Tolak Pembangunan Apartemen, Warga Geruduk Kantor Wali Kota Bandung
A
A
A
BANDUNG - Puluhan warga RT 07 RW 02, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat, menggeruduk Kantor Wali Kota Bandung, Selasa (3/6/2014). Di depan kantor orang nomor satu di Kota Bandung, warga meneriakkan aspirasinya.
Mereka menuntut ditutupnya proyek pembangunan Gateway Apartment di kawasan Pasteur. Pembangunan di sana dinilai banyak melanggar peraturan. "Intinya kami meminta IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dicabut, bongkar bangunannya menjadi seperti semula karena di sana daerah resapan air," kata koordinator aksi, Ratna Ningsih.
Menurutnya, pembangunan apartemen itu tidak mengantongi izin dari warga sekitar. Yang ada hanya izin dari pihak RW 02, bukan dari warga. Ia menduga, pihak RT dan RW setempat mendapat tekanan agar mengizinkan pembangunan apartemen. "Entah siapa yang menekannya," cetusnya.
Ratna mengatakan, pembangunan apartemen itu sangat bising dan mengganggu kenyamanan warga. Sebab, pembangunan dilakukan selama 24 jam nonstop. "Di sana juga ada kolam penampungan air dan di sana jadi tempat perkembangbiakan nyamuk," tuturnya.
Kondisi itu dikhawatirkan akan membuat warga terserang penyakit. Selain itu, kawasan sekitar juga sering banjir setelah adanya pembangunan apartemen. Padahal sebelumnya kawasan sekitar tidak pernah banjir. "Kenapa kami bergerak begini? Karena seolah-olah dilakukan pembiaran oleh pemerintah," tandas Retno.
Mereka menuntut ditutupnya proyek pembangunan Gateway Apartment di kawasan Pasteur. Pembangunan di sana dinilai banyak melanggar peraturan. "Intinya kami meminta IMB (Izin Mendirikan Bangunan) dicabut, bongkar bangunannya menjadi seperti semula karena di sana daerah resapan air," kata koordinator aksi, Ratna Ningsih.
Menurutnya, pembangunan apartemen itu tidak mengantongi izin dari warga sekitar. Yang ada hanya izin dari pihak RW 02, bukan dari warga. Ia menduga, pihak RT dan RW setempat mendapat tekanan agar mengizinkan pembangunan apartemen. "Entah siapa yang menekannya," cetusnya.
Ratna mengatakan, pembangunan apartemen itu sangat bising dan mengganggu kenyamanan warga. Sebab, pembangunan dilakukan selama 24 jam nonstop. "Di sana juga ada kolam penampungan air dan di sana jadi tempat perkembangbiakan nyamuk," tuturnya.
Kondisi itu dikhawatirkan akan membuat warga terserang penyakit. Selain itu, kawasan sekitar juga sering banjir setelah adanya pembangunan apartemen. Padahal sebelumnya kawasan sekitar tidak pernah banjir. "Kenapa kami bergerak begini? Karena seolah-olah dilakukan pembiaran oleh pemerintah," tandas Retno.
(zik)