BPBD Klaten Konsentrasi Hadapi Kekeringan

Minggu, 25 Mei 2014 - 17:20 WIB
BPBD Klaten Konsentrasi...
BPBD Klaten Konsentrasi Hadapi Kekeringan
A A A
KLATEN - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, mulai berkonsentrasi menghadapi bencana kekeringan. Konsentrasi itu dilakukan setelah sebelumnya banyak waktu yang tersita karena Gunung Merapi berstatus Waspada.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Klaten Joko Rukminto menyebutkan, bencana musiman itu saat ini mulai mengancam warga. Hal itu seiring turunnya intensitas hujan yang ada di Kabupaten Klaten dan sekitarnya.

Ia menyebutkan daerah yang terdampak bencana kekeringan itu cukup banyak dan tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Klaten. Daerah itu di antaranya Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Jatinom, Tulung, Gantiwarno, dan beberapa wilayah lainnya. Menurutnya, dari daerah itu, yang paling parah adalah wilayah lereng Merapi seperti Kemalang dan Kecamatan Manisrenggo.

Menurutnya, sumber air di wilayah itu hanya sedikit jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Untuk keperluan sehari-hari, warga banyak yang mengandalkan air hujan yang ditampung oleh warga secara mandiri. Namun, karena curah hujan mulai menurun, persediaan yang ada di dalam tampungan warga juga ikut menipis.

Dengan kondisi itu, pihaknya mengaku bakal melakukan pengedropan air bagi warga yang sudah membutuhkan. Nantinya air akan dibagikan secara merata melalui truk-truk tangki yang dimiliki oleh BPBD Klaten.

"Tidak hanya di lereng Merapi, namun dropping air juga kami lakukan di daerah-daerah yang terdampak kekeringan. Namun kami berharap agar bencana kekeringan kali ini tidak panjang hingga berbulan-bulan lamanya," ucapnya.

Sementara itu, warga Panggang, Sukamto, mengatakan pihaknya tidak terlalu berharap banyak kepada BPBD. Pasalnya, pengedropan air yang dilakukan oleh BPBD itu waktunya tidak menentu. Bahkan, banyak warga yang telanjur kehabisan air bersih, sementara pengedropan air belum juga tiba.

Menurutnya, warga memilih membeli air kepada operator truk tangki swasta, yang lebih terjamin ketepatan waktunya. Hal itu terpaksa dilakukan oleh warga, meskipun harga air untuk satu tangki ukuran sekitar 6.000 liter itu cukup mahal. "Kalau beli harganya berkisar pada Rp100.000-Rp150.000 untuk setiap truk tangki. Nantinya air itu cukup dipakai untuk beberapa hari saja karena harus berbagi dengan ternak," ucapnya.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9439 seconds (0.1#10.140)