Alasan PKL Dolly Minta Ganti Rugi Rp1 Miliar
A
A
A
SURABAYA - Pedagang Kaki Lima (PKL) yang beroperasi di kawasan lokalisasi Dolly meminta ganti rugi sebesar Rp1 miliar per kepala saat lokalisasi tersebut ditutup. Apa alasannya?
Menurut PKL, ketika lokalisasi itu ditutup mereka sudah tidak dapat mencari nafkah lagi. Hal itu terungkap saat Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana menggelar pertemuan dengan sejumlah elemen masyarakat lokalisasi Dolly dan Jarak di Balai RW VI Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Rabu (21/5/2014) malam.
Gatot, salah satu PKL meminta kepada Wakil Wali Kota untuk menyampaikan ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk memberikan uang ganti rugi usaha yang telah dibangun sejak lama itu. Nominalnya Rp1 miliar per kepala.
Ia mengatakan, di Gang Dolly ini ada 92 PKL yang selama ini bergantung atas keberadaan lokalisasi ini. "Di sini ada 92 PKL. Kalau ditutup, ke mana lagi kami harus mencari uang. Saya ingin tahu apakah Rp3 juta yang dijanjikan Pemkot satu bulan saja atau untuk selamanya," kata Gatot di hadapan Wakil Walikota Surabaya.
Kata Gatot, jika uang sebesar Rp3 juta diberikan sekali saja, tidak senilai dengan penghasilan para PKL. Sebab, dalam berjualan di lokalisasi para PKL ini mampu meraup untung Rp200 ribu hingga Rp500 ribu per hari.
"Lah, kalau uang segitu, ya mana cukup untuk biaya hidup keluarga kami sehari-hari. Kita bersedia menutup lokalisasi jika Pemkot memberi kami Rp1 miliar tiap pedagang, sudah selesai," tandas Gatot.
Menanggapi permintaan itu, Wisnu mengajak masyarakat agar berpikir realistis. Kata Wisnu, jika Pemkot menolak permintaan warga itu tentu harus memikirkan jaminan. Menurutnya, permintaan yang diajukan harus masuk akal.
"Kalau saya nuruti ganti rugi Rp1 miliar, sekarang saya tanya, sampeyan (Anda) bekerja buka warung 30 tahun, apa punya tabungan Rp1 miliar?" kata Wisnu balik bertanya.
Pemkot Surabaya tetap mengganti uang yang sepadan dengan apa yang didapat oleh PKL di sekitar Dolly. Pemkot akan menjamin para pedagang di Gang Dolly sampai bisa mandiri atau berdikari sendiri. "Itu konsep yang akan kita tawarkan. Kita akan ngomong ke Ibu Wali (Risma), konsepnya seperti ini kalau Dolly ditutup. Kalau saya mengawali membantu njenengan (Anda) dengan konsep saya seperti ini malah ngelunjak, ya saya tidak bisa apa-apa," pungkas Wisnu.
Menurut PKL, ketika lokalisasi itu ditutup mereka sudah tidak dapat mencari nafkah lagi. Hal itu terungkap saat Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana menggelar pertemuan dengan sejumlah elemen masyarakat lokalisasi Dolly dan Jarak di Balai RW VI Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Rabu (21/5/2014) malam.
Gatot, salah satu PKL meminta kepada Wakil Wali Kota untuk menyampaikan ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk memberikan uang ganti rugi usaha yang telah dibangun sejak lama itu. Nominalnya Rp1 miliar per kepala.
Ia mengatakan, di Gang Dolly ini ada 92 PKL yang selama ini bergantung atas keberadaan lokalisasi ini. "Di sini ada 92 PKL. Kalau ditutup, ke mana lagi kami harus mencari uang. Saya ingin tahu apakah Rp3 juta yang dijanjikan Pemkot satu bulan saja atau untuk selamanya," kata Gatot di hadapan Wakil Walikota Surabaya.
Kata Gatot, jika uang sebesar Rp3 juta diberikan sekali saja, tidak senilai dengan penghasilan para PKL. Sebab, dalam berjualan di lokalisasi para PKL ini mampu meraup untung Rp200 ribu hingga Rp500 ribu per hari.
"Lah, kalau uang segitu, ya mana cukup untuk biaya hidup keluarga kami sehari-hari. Kita bersedia menutup lokalisasi jika Pemkot memberi kami Rp1 miliar tiap pedagang, sudah selesai," tandas Gatot.
Menanggapi permintaan itu, Wisnu mengajak masyarakat agar berpikir realistis. Kata Wisnu, jika Pemkot menolak permintaan warga itu tentu harus memikirkan jaminan. Menurutnya, permintaan yang diajukan harus masuk akal.
"Kalau saya nuruti ganti rugi Rp1 miliar, sekarang saya tanya, sampeyan (Anda) bekerja buka warung 30 tahun, apa punya tabungan Rp1 miliar?" kata Wisnu balik bertanya.
Pemkot Surabaya tetap mengganti uang yang sepadan dengan apa yang didapat oleh PKL di sekitar Dolly. Pemkot akan menjamin para pedagang di Gang Dolly sampai bisa mandiri atau berdikari sendiri. "Itu konsep yang akan kita tawarkan. Kita akan ngomong ke Ibu Wali (Risma), konsepnya seperti ini kalau Dolly ditutup. Kalau saya mengawali membantu njenengan (Anda) dengan konsep saya seperti ini malah ngelunjak, ya saya tidak bisa apa-apa," pungkas Wisnu.
(zik)