Penyakit Makin Parah, Buruh Tani Ditolak 2 RS di Purwakarta
A
A
A
PURWAKARTA - "Orang miskin dilarang sakit". Begitulah kira-kira kalimat yang tepat untuk Yana Suryana (45), warga Kampung Andir, RT 18/05 Desa Cianting, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Saat penyakitnya semakin parah dan harus segera mendapatkan perawatan medis, buruh tani yang sudah bertahun-tahun menderita penyakit gangguan pernapasan ini ditolak untuk dirawat oleh dua rumah sakit di Purwakarta.
Adik ipar Yana, Wahyu Iskandar (32), menyebutkan, alasan dua rumah sakit menolak kakak iparnya dirawat karena kamar perawatan rumah sakit sudah penuh oleh pasien lain. Sekarang, Yana yang dibawa pulang kembali ke rumahnya, kondisinya memprihatinkan. Dia tergolek tak berdaya tanpa diobati dan hanya dirawat ala kadarnya oleh kerabat serta keluarganya di rumah.
Wahyu menceritakan, sebelumnya Yana sempat ditangani secara medis di Puskesmas Sukatani. Namun karena keterbatasan peralatan medis kemudian dirujuk ke RSUD Bayu Asih pada Kamis (15/5/2014) pekan lalu. Di rumah sakit pelat merah tersebut, Yana yang sudah masuk UGD tiba-tiba saja ditolak dirawat. "Alasan penolakan pihak RSUD Bayu Asih karena kamar perawatan sudah penuh oleh pasien lain," ujar Wahyu, Senin (19/5/2014).
Keluarga yang bingung, selanjutnya disarankan untuk membawa Yana ke salah satu rumah sakit swasta, atas rujukan pihak RSUD Bayu Asih. Tapi sama saja. Di rumah sakit swasta itu pihaknya juga ditolak dengan alasan yang sama.
Wahyu yang bersama bidan desa membawa Yana, tidak punya pilihan lain hingga memutuskan untuk pulang setelah ditolak oleh dua rumah sakit tersebut. Kemudian Yana dibawa kembali ke Puskesmas Sukatani. Namun, dokter puskesmas tetap menyarankan agar Yana secepatnya mendapat pertolongan dan harus dirawat di rumah sakit. Sebab, pihak pusekesmas memiliki keterbatasan peralatan dan obat-obatan.
Dihubungi terpisah, Direktur RSUD Bayu Asih Dr Agung Darwis membenarkan saat ini pasien di RSUD Bayu Asih sedang penuh. Apalagi untuk pasien kelas III. Terkait adanya persoalan pasien yang ditolak oleh rumah sakit, menurut Agung, bukan persoalan aneh. Biasanya persoalan itu terjadi karena pasien tetap ingin dirawat di ruangan perawatan kelas III yang seluruh biaya pengobatan dan perawatannya ditanggung pemerintah. Sementara ruang perawatan kelas III sudah penuh. Jika memaksakan harus dirawat, harus di ruang perawatan kelas II atau I, dengan seluruh biaya perawatan dan pengobatan ditanggung oleh pasien.
"Jadi bukan ditolak, itu karena pasien ingin gratis dirawat di kelas III. Masak dipaksakan kalau sudah penuh, Kang. Masak harus dirawat di bawah pohon beringin. Tapi kalau mau sedikit saja ngeluarin biaya sebetulnya bisa di kelas II dan I," jelas Agung.
Saat penyakitnya semakin parah dan harus segera mendapatkan perawatan medis, buruh tani yang sudah bertahun-tahun menderita penyakit gangguan pernapasan ini ditolak untuk dirawat oleh dua rumah sakit di Purwakarta.
Adik ipar Yana, Wahyu Iskandar (32), menyebutkan, alasan dua rumah sakit menolak kakak iparnya dirawat karena kamar perawatan rumah sakit sudah penuh oleh pasien lain. Sekarang, Yana yang dibawa pulang kembali ke rumahnya, kondisinya memprihatinkan. Dia tergolek tak berdaya tanpa diobati dan hanya dirawat ala kadarnya oleh kerabat serta keluarganya di rumah.
Wahyu menceritakan, sebelumnya Yana sempat ditangani secara medis di Puskesmas Sukatani. Namun karena keterbatasan peralatan medis kemudian dirujuk ke RSUD Bayu Asih pada Kamis (15/5/2014) pekan lalu. Di rumah sakit pelat merah tersebut, Yana yang sudah masuk UGD tiba-tiba saja ditolak dirawat. "Alasan penolakan pihak RSUD Bayu Asih karena kamar perawatan sudah penuh oleh pasien lain," ujar Wahyu, Senin (19/5/2014).
Keluarga yang bingung, selanjutnya disarankan untuk membawa Yana ke salah satu rumah sakit swasta, atas rujukan pihak RSUD Bayu Asih. Tapi sama saja. Di rumah sakit swasta itu pihaknya juga ditolak dengan alasan yang sama.
Wahyu yang bersama bidan desa membawa Yana, tidak punya pilihan lain hingga memutuskan untuk pulang setelah ditolak oleh dua rumah sakit tersebut. Kemudian Yana dibawa kembali ke Puskesmas Sukatani. Namun, dokter puskesmas tetap menyarankan agar Yana secepatnya mendapat pertolongan dan harus dirawat di rumah sakit. Sebab, pihak pusekesmas memiliki keterbatasan peralatan dan obat-obatan.
Dihubungi terpisah, Direktur RSUD Bayu Asih Dr Agung Darwis membenarkan saat ini pasien di RSUD Bayu Asih sedang penuh. Apalagi untuk pasien kelas III. Terkait adanya persoalan pasien yang ditolak oleh rumah sakit, menurut Agung, bukan persoalan aneh. Biasanya persoalan itu terjadi karena pasien tetap ingin dirawat di ruangan perawatan kelas III yang seluruh biaya pengobatan dan perawatannya ditanggung pemerintah. Sementara ruang perawatan kelas III sudah penuh. Jika memaksakan harus dirawat, harus di ruang perawatan kelas II atau I, dengan seluruh biaya perawatan dan pengobatan ditanggung oleh pasien.
"Jadi bukan ditolak, itu karena pasien ingin gratis dirawat di kelas III. Masak dipaksakan kalau sudah penuh, Kang. Masak harus dirawat di bawah pohon beringin. Tapi kalau mau sedikit saja ngeluarin biaya sebetulnya bisa di kelas II dan I," jelas Agung.
(zik)