Unair masuk 200 terbaik kampus di Asia
A
A
A
Sindonews.com – Alumni, mahasiswa dan civitas akademika Universitas Airlangga (Unair) patut berbangga. Kampus negeri tertua di Jatim ini masuk jajaran 200 terbaik Asia versi Quacquarelli Symonds World University Rankings (QSWUR).
Sesuai data yang ada, Unair berada di peringkat 127, selisih dua tingkat dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menduduki peringkat ke 125 Asia.
Sedangkan Universitas Indonesia (UI) menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masuk 100 besar Asia dengan menduduki peringkat 71.
Kampus lainnya yang masuk 200 besar Asia, Universitas Gajahmada (UGM) Yogjakarta yang berada di posisi 195.
Dari sisi urutan skala nasional, UI berada pada urutan pertama, disusul ITB, Unair dan UGM. Posisi UGM ini turun satu tingkat digeser Unair.
Tahun 2013 lalu, Unair berada di peringkat 145 Asia atau nomor empat di Indonesia. Sementara nomor tiga ditempati UGM.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Unair, Bagus Ani Putra, menyambut gembira peringkat tersebut. Peringkat yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Menurut dia, ada banyak indikator penilaian QSWUR. Di antaranya, indeks sitasi publikasi ilmiah, reputasi akademik, alumni, mahasiswa fakultas, paper per fakultas, sitasi per paper, dan kerjasama internasional yang meliputi kedatangan dosen/mahasiswa asing ke, jumlah mahasiswa asing yang kuliah serta exchange mahasiswa.
Indeks yang ada dinilai langsung lembaga perangking yang melakukan survei ke pihak eksternal. Bagus menilai idelanya jumlah mahasiswa asing di lembaga pendidikannya cukup membantu penilaian, bahkan menjadi nilai plus.
Penilaian ini, kata Bagus, akan memantabkan tekad untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan. Kualitas perkuliahan, SDM dan sebagainya akan kami tingkatkan,” timpalnya.
Bagus juga berbangga karena Unair berada di peringkat pertama terkait indeks sitasi publikasi ilmiah. Indeks sitasi publikasi ilmiah unair mencapai 100. Artinya, hasil penelitian Unair banyak dijadikan rujukan ilmuwan internasional.
Prestasi Unair ini mengungguli Tokyo Medical and Dental University (99,9) dan National University of Singapore (99,8).
Sementara itu, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Unair, Tjitjik Srie Tjahjandarie, menambahkan pencapaian ini patut diapresiasi.
Menilik jumlah publikasi yang rendah, Unair berhasil mendapatkan indeks sitasi tertinggi di Asia.Tjitjik menilai ini cerminan bahwa penelitian Unair diperhitungkan internasional.
“Keberhasilan Unair dalam meningkatkan peringkatnya di kancah dunia tidak terlepas dari komitmen semua stakeholder untuk mencapai road map,” tutur anggota Dewan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini.
Memiliki anggaran Rp800 miliar membuat Unair menggeser NUS yang anggarannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan Unair. Untuk UI dan UGM anggarannya hampir mencapai Rp2 triliun.
Tjitjik menilai ini bukti Unair mampu melaksanakan PTN BH dengan bijak. “Kebijakan pengelolaan keuangan Unair terbukti efisien,” paparnya.
Di sisi lain, lembaga penelitian Unair juga diakui internasional. Salah satunya adalah Institute of Tropical Disease (ITD) Unair yang menjadi pusat studi pengendalian penyakit tropik dunia.
Hal membanggakan lainnya, Unair dipercaya Australia, Jepang dan Korea untuk melakukan penelitian bersama dalam pengendalian penyakit tropik.
Sesuai data yang ada, Unair berada di peringkat 127, selisih dua tingkat dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menduduki peringkat ke 125 Asia.
Sedangkan Universitas Indonesia (UI) menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masuk 100 besar Asia dengan menduduki peringkat 71.
Kampus lainnya yang masuk 200 besar Asia, Universitas Gajahmada (UGM) Yogjakarta yang berada di posisi 195.
Dari sisi urutan skala nasional, UI berada pada urutan pertama, disusul ITB, Unair dan UGM. Posisi UGM ini turun satu tingkat digeser Unair.
Tahun 2013 lalu, Unair berada di peringkat 145 Asia atau nomor empat di Indonesia. Sementara nomor tiga ditempati UGM.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Unair, Bagus Ani Putra, menyambut gembira peringkat tersebut. Peringkat yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Menurut dia, ada banyak indikator penilaian QSWUR. Di antaranya, indeks sitasi publikasi ilmiah, reputasi akademik, alumni, mahasiswa fakultas, paper per fakultas, sitasi per paper, dan kerjasama internasional yang meliputi kedatangan dosen/mahasiswa asing ke, jumlah mahasiswa asing yang kuliah serta exchange mahasiswa.
Indeks yang ada dinilai langsung lembaga perangking yang melakukan survei ke pihak eksternal. Bagus menilai idelanya jumlah mahasiswa asing di lembaga pendidikannya cukup membantu penilaian, bahkan menjadi nilai plus.
Penilaian ini, kata Bagus, akan memantabkan tekad untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas lembaga pendidikan. Kualitas perkuliahan, SDM dan sebagainya akan kami tingkatkan,” timpalnya.
Bagus juga berbangga karena Unair berada di peringkat pertama terkait indeks sitasi publikasi ilmiah. Indeks sitasi publikasi ilmiah unair mencapai 100. Artinya, hasil penelitian Unair banyak dijadikan rujukan ilmuwan internasional.
Prestasi Unair ini mengungguli Tokyo Medical and Dental University (99,9) dan National University of Singapore (99,8).
Sementara itu, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Unair, Tjitjik Srie Tjahjandarie, menambahkan pencapaian ini patut diapresiasi.
Menilik jumlah publikasi yang rendah, Unair berhasil mendapatkan indeks sitasi tertinggi di Asia.Tjitjik menilai ini cerminan bahwa penelitian Unair diperhitungkan internasional.
“Keberhasilan Unair dalam meningkatkan peringkatnya di kancah dunia tidak terlepas dari komitmen semua stakeholder untuk mencapai road map,” tutur anggota Dewan Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini.
Memiliki anggaran Rp800 miliar membuat Unair menggeser NUS yang anggarannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan Unair. Untuk UI dan UGM anggarannya hampir mencapai Rp2 triliun.
Tjitjik menilai ini bukti Unair mampu melaksanakan PTN BH dengan bijak. “Kebijakan pengelolaan keuangan Unair terbukti efisien,” paparnya.
Di sisi lain, lembaga penelitian Unair juga diakui internasional. Salah satunya adalah Institute of Tropical Disease (ITD) Unair yang menjadi pusat studi pengendalian penyakit tropik dunia.
Hal membanggakan lainnya, Unair dipercaya Australia, Jepang dan Korea untuk melakukan penelitian bersama dalam pengendalian penyakit tropik.
(sms)