Gelombang tinggi, nelayan Kulon Progo tak berani melaut
A
A
A
Sindonews.com - Gelombang tinggi kembali melanda pantai selatan Jawa sejak empat hari belakangan. Ketinggian mencapai 3 hingga 5 meter dari gelombang normal. Sejumlah nelayan di pantai selatan Kulon Progo terpaksa menghentikan aktivitasnya mencari ikan.
"Ombaknya cukup besar, tidak ada yang berani melaut," jelas nelayan Pantai Bugel, Panjatan, Kulon Progo, Sunaryo.
Empasan gelombang telah menyebabkan abrasi di sepanjang Pantai Bugel. Daratan mulai terkikis empasan ombak. Akibatnya, pantai yang dulunya landai menjadi curam. Kondisi seperti ini pernah terjadi beberapa waktu lalu, namun secara alami bisa kembali landai. "Kalau curam seperti itu, sulit bagi kita untuk melaut," jelasnya.
Akibat ombak besar, seluruh nelayan tidak ada yang berani melaut. Praktis tidak ada pendapatan bagi mereka yang hanya mengandalkan dari mencari ikan. Banyak yang beralih menjadi buruh tani atau menggarap lahan pertanian.
Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya mengatakan, gelombang besar sudah terjadi sejak tiga hari lalu. Ketinggian gelombang antara 2 hingga 3 meter dari kondisi normal. Ini terjadi karena ada tekanan udara rendah di selatan Samudera Hindia di sekitar Australia. Akibatnya, kecepatan angin meningkat dan menyebabkan terjadinya gelombang besar. "Kita prediksi sampai satu pekan ke depan," ujarnya.
BMKG, ujar dia, telah melakukan koordinasi dengan BPBD yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka juga mengimbau kepada para nelayan untuk lebih waspada ketika melaut. Apalagi bagi perahu tempel yang ukurannya cukup kecil. Tony mengatakan, saat ini sebenanrya sudah memasuki musim kemarau. Namun masih ada potensi gangguan cuaca jangka pendek seperti hujan meningkat dan tekanan udara rendah. "Gangguan ini sifatnya hanya sesaat, jadi tidak akan lama, akan hilang," jelasnya.
"Ombaknya cukup besar, tidak ada yang berani melaut," jelas nelayan Pantai Bugel, Panjatan, Kulon Progo, Sunaryo.
Empasan gelombang telah menyebabkan abrasi di sepanjang Pantai Bugel. Daratan mulai terkikis empasan ombak. Akibatnya, pantai yang dulunya landai menjadi curam. Kondisi seperti ini pernah terjadi beberapa waktu lalu, namun secara alami bisa kembali landai. "Kalau curam seperti itu, sulit bagi kita untuk melaut," jelasnya.
Akibat ombak besar, seluruh nelayan tidak ada yang berani melaut. Praktis tidak ada pendapatan bagi mereka yang hanya mengandalkan dari mencari ikan. Banyak yang beralih menjadi buruh tani atau menggarap lahan pertanian.
Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Tony Agus Wijaya mengatakan, gelombang besar sudah terjadi sejak tiga hari lalu. Ketinggian gelombang antara 2 hingga 3 meter dari kondisi normal. Ini terjadi karena ada tekanan udara rendah di selatan Samudera Hindia di sekitar Australia. Akibatnya, kecepatan angin meningkat dan menyebabkan terjadinya gelombang besar. "Kita prediksi sampai satu pekan ke depan," ujarnya.
BMKG, ujar dia, telah melakukan koordinasi dengan BPBD yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka juga mengimbau kepada para nelayan untuk lebih waspada ketika melaut. Apalagi bagi perahu tempel yang ukurannya cukup kecil. Tony mengatakan, saat ini sebenanrya sudah memasuki musim kemarau. Namun masih ada potensi gangguan cuaca jangka pendek seperti hujan meningkat dan tekanan udara rendah. "Gangguan ini sifatnya hanya sesaat, jadi tidak akan lama, akan hilang," jelasnya.
(zik)