Tanah mahal, rumah bersubsidi di Kota Semarang tinggal mimpi

Kamis, 15 Mei 2014 - 21:59 WIB
Tanah mahal, rumah bersubsidi di Kota Semarang tinggal mimpi
Tanah mahal, rumah bersubsidi di Kota Semarang tinggal mimpi
A A A
Sindonews.com – Pengembang perumahan rakyat sudah tidak mungkin membangun perumahan rakyat di Kota Semarang. Hal ini dikarenakan semakin tingginya harga tanah di Kota Lunpia ini.

Wakil Ketua DPD REI Jateng Bidang Promosi, Publikasi, Pameran dan Humas Dibya K Hidayat mengaku, harga tanah di Kota Semarang sudah diatas Rp500.000 sampai jutaan rupiah permeternya.

Dengan harga tanah yang cukup tinggi tersebut, tidak mungkin develpor perumahan rakyat mampu membangun perumahan baru di Kota Semarang.

Menurut Dia, harga tanah untuk perumahan rakyat, maksimal Rp100.000 per meter dan lebih dari itu pengembang akan menjerit.

Meskipun saat ini berdasarkan keputusan Kementerian Perumahan Rakyat harga rumah bersubsidi di Jawa Tengah mencapai Rp118 Juta per unit, tetap saja developer kesulitan untuk melakukan pembangunan.

“Sekarang ini di Semarang sudah tidak mungkin membangun perumahan rakyat. Oleh Karen itu sekarang banyak pengembang yang justru lari ke pinggiran, atau ke daerah-daerah yang masih bisa medapatkan tanah dengan harga murah,” ujar Dibya, di sela-sela pembukaan Pameran Perumahan REI Expo di Mal Paragon, Kamis (15/5/2014).

Menurut dia, kenaikan harga tanah di Kota Semarang saat ini sudah tidak bisa diprediksi lagi, terutama untuk daerah-daerah bisnis dan daerah yang sudah padat penduduk.

”Kalau dipinggiran memang masih bisa diprediksi tetapi kalau untuk di tengah kota harganya bisa berbeda-beda dan pasti mahal,” imbuhnya.

Oleh karena itu untuk mensiati mahalnya harga tanah pengembang harus putar otak, saat ini terus digagas adalah pengembangan rumah susun.

Menurut dia, Kementerian Perumahan Rakyat juga tengah mewacanakan mencabut subsidi perumahan landed house dan dialihkan ke vertikal house atau rumah susun.

“Pilihannya adalah mengembangkan perumahan vertikal atau pindah-pindah dari daerah satu ke daerah lain untuk mendapatkan harga tanah yang murah. Dengan perumahan vertikal, efisiensi kebutuhan tanah bisa ditekan,” jelasnya.

Wakil Ketua REI Jateng Bidang Rumah Sederhana Andi Kurniawan menambahkan, sebagian pengembang perumahan sederhana atau perumahan rakyat saat ini sudah mulai beralih ke perumah menengah.

“Anggota kita 80% adalah pengembangan perumahan rakyat, tetapi 80% itu pula saat ini kondisinya kembang kempis,” ujarnya.

Dia mengakui, harga tanah menjadi faktor utama pembangunan perumahan rakyat. Jika harga tanah melambung praktis tidak akan memungkinkan dibangun perumahan rakyat.

“Yang masih bertahan adalah mereka yang ada di daerah, itupun sekarang kondisinya sudah sulit untuk bisa mendapatkan tanah dengan harga yang sesuai, kalaupun mendapatkan harga yang sesuai namun lokasinya yang tidak prospektif,” imbuhnya.

Prospek perumahan rakyat di Jawa Tengah sebenarnya masih cukup menjanjikan, mengingat kebutuhan rumah layak huni terus mengalami peningkatan.
(ilo)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1065 seconds (0.1#10.140)