Pengawasan warnet di Riau harus diperketat
A
A
A
Sindonews.com - Pihak kepolisian melansir Provinsi Riau merupakan daerah terbanyak masalah pelecehan terhadap anak dengan 64 kasus. Salah satu faktornya adalah tayangan film porno yang mudah diakses.
Di Pekanbaru, banyak warnet yang buka 24 jam dan paling banyak pengunjungnya adalah anak-anak. Mudahnya akses internet yang menyajikan film pornografi, menurut polisi, menjadi salah satu faktor terjadinya pelecehan terhadap anak.
Menurut tokoh masyarakat Riau Tenas Effendy, pemerintah harus duduk bersama untuk menangani maraknya warnet yang tidak memblok film pornografi. "Pemerintah harus duduk bersama untuk mencari solusi agar membatasi jam warnet. Karena warnet sangat potensial untuk anak-anak melihat tayangan negatif," kata Tenas, Kamis (8/5/2014).
Tenas yang juga Ketua Mejelis Kerapatan Lembaga Adat Melayani (LAM) Riau mengaku sangat terpukul atas maraknya kasus pelecehan terhadap anak di Riau. "Kejadian ini sangat miris, apalagi di Bumi Melayu yang dikenal dengan islaminya, tapi malah banyak kasus pelecehan seksusal. Ini sangat miris dan memilukan," tegasnya.
Sementara, polisi saat ini masih mendalami kasus pencabulan terhadap enam anak di Pekanbaru yang dilakukan tiga bersaudara. Satu dari pelaku yakni RD 16 belum berhasil ditangkap polisi. RD sendiri menurut polisi telah menyodomi 5 anak. "Salah satu faktor mengapa terjadi kasus sodomi itu karena pelaku sering menonton pornografi di warnet," kata Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Pekanbaru Iptu Josiha Lambiorbir.
Di Pekanbaru, banyak warnet yang buka 24 jam dan paling banyak pengunjungnya adalah anak-anak. Mudahnya akses internet yang menyajikan film pornografi, menurut polisi, menjadi salah satu faktor terjadinya pelecehan terhadap anak.
Menurut tokoh masyarakat Riau Tenas Effendy, pemerintah harus duduk bersama untuk menangani maraknya warnet yang tidak memblok film pornografi. "Pemerintah harus duduk bersama untuk mencari solusi agar membatasi jam warnet. Karena warnet sangat potensial untuk anak-anak melihat tayangan negatif," kata Tenas, Kamis (8/5/2014).
Tenas yang juga Ketua Mejelis Kerapatan Lembaga Adat Melayani (LAM) Riau mengaku sangat terpukul atas maraknya kasus pelecehan terhadap anak di Riau. "Kejadian ini sangat miris, apalagi di Bumi Melayu yang dikenal dengan islaminya, tapi malah banyak kasus pelecehan seksusal. Ini sangat miris dan memilukan," tegasnya.
Sementara, polisi saat ini masih mendalami kasus pencabulan terhadap enam anak di Pekanbaru yang dilakukan tiga bersaudara. Satu dari pelaku yakni RD 16 belum berhasil ditangkap polisi. RD sendiri menurut polisi telah menyodomi 5 anak. "Salah satu faktor mengapa terjadi kasus sodomi itu karena pelaku sering menonton pornografi di warnet," kata Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Pekanbaru Iptu Josiha Lambiorbir.
(zik)