3 alasan Risma ngotot tutup Dolly
A
A
A
Sindonews.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akhirnya angkat bicara terkait polemik penutupan Lokalisasi Dolly. Menurutnya, penutupan itu penting dilakukan, untuk menyelamatkan anak-anak di sekitar lokalisasi.
"Lokalisasi Dolly ditutup untuk menyelamatkan anak-anak yang tinggal di sekitar Dolly, karena banyak anak-anak yang tinggal di sekitar Dolly menjadi pelaku kriminal perdagangan manusia atau mucikari cilik (kucing garong)," ujar Risma, kepada wartawan, Kamis (8/5/2014).
Ditambahkan dia, pihaknya akna menutup lokalisasi Dolly. Menurutnya, dampak sosial dari lokalisasi Dolly jauh lebih besar bagi generasi muda, dari pada penutupannya.
"Penutupan Dolly ini oleh Pemkot Surabaya ini mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan para ulama atau tokoh agama," jelasnya.
Dilanjutkan Risma, sedikitnya ada tiga hal yang menjadi alasan penutupan Dolly. Pertama, letak lokalisasi yang berbaur dengan pemukiman masyarakat umum. Kedua, peraturan daerah yang melarang perdagangan manusia. Ketiga, dampak sosial bagi anak-anak yang tinggal di sekitar lokalisasi sangat buruk.
"Banyak pelaku kejahatan, khususnya perdagangan manusia yang dilakukan oleh anak-anak yang tinggal di Dolly," terangnya.
Sebelum penutupan lokalisasi Dolly dilakukan, Pemkot Surabaya gencar memberi pelatihan bagi para mucikari, maupun para wanita penghibur, seperti pelatihan memasak, menjahit, dan keterampilan lainnya untuk bekal mandiri atau berwiraswasta.
"Lokalisasi Dolly ditutup untuk menyelamatkan anak-anak yang tinggal di sekitar Dolly, karena banyak anak-anak yang tinggal di sekitar Dolly menjadi pelaku kriminal perdagangan manusia atau mucikari cilik (kucing garong)," ujar Risma, kepada wartawan, Kamis (8/5/2014).
Ditambahkan dia, pihaknya akna menutup lokalisasi Dolly. Menurutnya, dampak sosial dari lokalisasi Dolly jauh lebih besar bagi generasi muda, dari pada penutupannya.
"Penutupan Dolly ini oleh Pemkot Surabaya ini mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan para ulama atau tokoh agama," jelasnya.
Dilanjutkan Risma, sedikitnya ada tiga hal yang menjadi alasan penutupan Dolly. Pertama, letak lokalisasi yang berbaur dengan pemukiman masyarakat umum. Kedua, peraturan daerah yang melarang perdagangan manusia. Ketiga, dampak sosial bagi anak-anak yang tinggal di sekitar lokalisasi sangat buruk.
"Banyak pelaku kejahatan, khususnya perdagangan manusia yang dilakukan oleh anak-anak yang tinggal di Dolly," terangnya.
Sebelum penutupan lokalisasi Dolly dilakukan, Pemkot Surabaya gencar memberi pelatihan bagi para mucikari, maupun para wanita penghibur, seperti pelatihan memasak, menjahit, dan keterampilan lainnya untuk bekal mandiri atau berwiraswasta.
(san)