Peserta ujian Paket B bawa anak ke kelas
A
A
A
Sindonews.com - Ada pemandangan berbeda saat pelaksanaan Ujian Nasional (UN) program Paket B di Klaten, Jawa Tengah. Tidak seperti biasa, saat ujian berlangsung suasana di dalam kelas tampak berisik. Namun, oleh pengawas ujian dibiarkan.
Ternyata, suara berisik itu berasal dari tangisan anak salah seorang peserta ujian yang banyak berasal dari ibu-ibu. Jumlah ibu yang membawa serta bayinya dalam ujian juga tidak sedikit.
Seperti yang terpantau di SMP Muhammadiyah 1 Klaten, Jawa Tengah. Sambil mengerjakan soal yang diujikan, Muji Purwanti (40), warga Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten, mensusui anaknya di dalam kelas.
Beberapa menit pertama, saat mengisi identitas dalam lembar jawab UN, Muji masih terus menggendong anaknya dengan kain jarik, sembil duduk di meja ujian. Kendati tidak menangis, anak Muji tidak bisa diam. Dia terus bergerak digendongan.
Bahkan saat dirinya memberi bulatan pensil pada lembar jawaban. Muji mengaku, dirinya terpaksa membawa anak yang masih berumur satu tahun itu saat ujian. Selain anaknya masih bayi, di rumah, anaknya tidak ada yang menjaga.
Sedangkan kedua anaknya yang lain, belum bisa mengurus adiknya yang masih bayi. Sehingga, meskipun mengalami sedikit kesulitan, Muji tetap membawa bayinya ke sekolah untuk mengikuti ujian.
“Masak ditinggal sendirian di rumah? Suami sedang kerja, kedua kakaknya belum bisa mengurusi adiknya. Ya mau tidak mau harus saya bawa sambil mengerjakan UN, saya juga momong anak,” jelas Muji, saat ditemui usai mengikuti UN, di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2014).
Muji mengaku, motifasinya ikut ujian UN kejar Paket B ini, karena dirinya ingin mendapatkan ijazah. Sebab, dirinya keburu menikah. Sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah. Setelah dapat ijazah, dia berharap bisa bekerja.
“Dapat ijazah terus melamar kerja jadi buruh di pabrik. Soalnya, syaratnya harus punya ijazah. Lah, waktu itu saya sekolahnya belum selesai keburu dipaksa menikah. Untuk bantu suami mencari uang, demi membiayai sekolah ketiga anak saya," jelasnya.
Tak hanya Muji, para perserta ujian lainnya juga membawa anaknya yang berusia sekira 4-5 tahun. Anak-anak tersebut terkadang bermain di dalam ruang ujian, atau hanya diam di samping ibunya yang sedang mengerjakan soal.
Terpisah, Kasi Pendidikan Masyarakat, Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesetaraan, Bidang Pendidikan Non Formal, Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Esty Supartini mengaku, tidak ada larangan para ujian membawa anak-anaknya.
Sebab, kebanyakan para peserta UN program Paket B hanya lulusan SD. Dan keikutsertaan mereka dalam UN ini bertujuan untuk mendapatkan ijazah yang setara dengan SMP.
“Silahkan membawa anak ke lokasi ujian. Selama aturan UN tetap ditaati. Untuk jumlahnya, peserta UN program kejar Paket B tahun ini sebanyak 138 orang, dari tujuh PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Jumlahnya memang menurun dari tahun kemarin yang mencapai 300-an peserta,” pungkasnya.
Ternyata, suara berisik itu berasal dari tangisan anak salah seorang peserta ujian yang banyak berasal dari ibu-ibu. Jumlah ibu yang membawa serta bayinya dalam ujian juga tidak sedikit.
Seperti yang terpantau di SMP Muhammadiyah 1 Klaten, Jawa Tengah. Sambil mengerjakan soal yang diujikan, Muji Purwanti (40), warga Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Klaten, mensusui anaknya di dalam kelas.
Beberapa menit pertama, saat mengisi identitas dalam lembar jawab UN, Muji masih terus menggendong anaknya dengan kain jarik, sembil duduk di meja ujian. Kendati tidak menangis, anak Muji tidak bisa diam. Dia terus bergerak digendongan.
Bahkan saat dirinya memberi bulatan pensil pada lembar jawaban. Muji mengaku, dirinya terpaksa membawa anak yang masih berumur satu tahun itu saat ujian. Selain anaknya masih bayi, di rumah, anaknya tidak ada yang menjaga.
Sedangkan kedua anaknya yang lain, belum bisa mengurus adiknya yang masih bayi. Sehingga, meskipun mengalami sedikit kesulitan, Muji tetap membawa bayinya ke sekolah untuk mengikuti ujian.
“Masak ditinggal sendirian di rumah? Suami sedang kerja, kedua kakaknya belum bisa mengurusi adiknya. Ya mau tidak mau harus saya bawa sambil mengerjakan UN, saya juga momong anak,” jelas Muji, saat ditemui usai mengikuti UN, di Klaten, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2014).
Muji mengaku, motifasinya ikut ujian UN kejar Paket B ini, karena dirinya ingin mendapatkan ijazah. Sebab, dirinya keburu menikah. Sehingga tidak dapat menyelesaikan sekolah. Setelah dapat ijazah, dia berharap bisa bekerja.
“Dapat ijazah terus melamar kerja jadi buruh di pabrik. Soalnya, syaratnya harus punya ijazah. Lah, waktu itu saya sekolahnya belum selesai keburu dipaksa menikah. Untuk bantu suami mencari uang, demi membiayai sekolah ketiga anak saya," jelasnya.
Tak hanya Muji, para perserta ujian lainnya juga membawa anaknya yang berusia sekira 4-5 tahun. Anak-anak tersebut terkadang bermain di dalam ruang ujian, atau hanya diam di samping ibunya yang sedang mengerjakan soal.
Terpisah, Kasi Pendidikan Masyarakat, Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesetaraan, Bidang Pendidikan Non Formal, Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten Esty Supartini mengaku, tidak ada larangan para ujian membawa anak-anaknya.
Sebab, kebanyakan para peserta UN program Paket B hanya lulusan SD. Dan keikutsertaan mereka dalam UN ini bertujuan untuk mendapatkan ijazah yang setara dengan SMP.
“Silahkan membawa anak ke lokasi ujian. Selama aturan UN tetap ditaati. Untuk jumlahnya, peserta UN program kejar Paket B tahun ini sebanyak 138 orang, dari tujuh PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Jumlahnya memang menurun dari tahun kemarin yang mencapai 300-an peserta,” pungkasnya.
(san)