Di Banyuasin UN digelar di ruangan yang lapuk
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) SMP sederajat dimulai hari ini Senin (5/5/2014) secara serentak.
Namun dalam pelaksanaannya masih saja menyisahkan berbagai potret ketimpangan. Di SMP Negeri 1 Kecamatan Makatijaya Banyuasin, pelaksanaan ujian malah digelar di empat ruangan dengan stuktur bangunan kayu yang dibangun sudah sejak tahun 1980.
Sekolah yang menjadi salah satu sekolah favorit di kawasan perairan Banyuasin itu, masih memiliki bangunan sekolah yang dibangun dari kayu.
Baik dinding dan lantai terbuat dari kayu yang sudah cukup lama, bahkan beberapa bagian bangunan sekolah sudah lapuk dimakan usia.
Bangunan sekolah yang dibangun berbentuk rumah panggung ini, sudah mengalami banyak kerusakan. Baik dinding yang jebol dan sebagian atap yang sudah rusak.
Namun karena bangunan sekolah ini memiliki jumlah siswa yang banyak, maka pelaksanaan ujian nasional kelas IX dilaksanakan di bangunan kayu tersebut.
Sebanyak empat lokal dari bangunan sekolah tersebut dibangun dari kayu dan merupakan bangunan asal sekolah.
“Memang ada sebagian yang ujian di ruangan lama, karena memang jumlah ruangannya kurang. Kondisi ruangan lama itu juga cukup memprihatinkan karena masih bangunan kayu,” kata Kepala Tata Usaha Sekolah, Jemaat, Minggu 4 Mei 2014.
Dia mengatakan, bagunan lokal kayu yang masih dipergunakan untuk proses belajar mengajar kelas III memang sudah banyak yang rusak.
Proses perawatan yang intens menyebabkan bangunan kayu itu cukup awet. Misalnya secara rutin, pihak sekolah membersihkan lantai kayu dengan solar. Akibatnya lantai kayu menjadi lebih tahan lama.
“Ini saja sudah dirawat maksimal dengan mengepel lantai kayu dengan menggunakan solar. Jika tidak, bangunan dan lantai akan lebih banyak rusak,”timpal dia.
Untuk pelaksanaan UN, di sekolah yang merupakan warisan dari program Transmigrasi tahun 1980an ini akan diikuti oleh 170 siswa. Dimana sebagiannya akan melaksanakan ujian di ruangan kayu tersebut.
Di sekolah ini, sudah dibangun tiga lokal tambahan sejak tahun 2003. Namun saat ini, bangunan lokal dengan stuktur batu dan lantai marmer itu sudah mulai rusak.
Satu lokal memiliki atap yang bocor hampir setengah bagian atap. Akibatnya,proses pembelajaran tidak bisa dilaksanakan maksimal.
Jika hujan, bangunan lokal yang dipergunakan bagi proses pembelajaran kelas VII ini harus memberhentikan proses belajar.
Bahkan, jika hujannya pada malam hari, maka saat jam masuk sekolah para siswa di kelas VII ini terpaksa harus membersihkan kelas mereka yang bocor karena hujan.
“Itulah kenapa UN kelas IX dilaksanakan di bangunan sekolah lama, karena di ruangan yang baru kondisinya juga sudah tak nyaman. Apalagi jika hujan, maka pelaksanaan ujian bisa-bisa dihentikan, karena atap sekolah bocor,” ungkap staf sekolah lainnya, Amir.
Namun dalam pelaksanaannya masih saja menyisahkan berbagai potret ketimpangan. Di SMP Negeri 1 Kecamatan Makatijaya Banyuasin, pelaksanaan ujian malah digelar di empat ruangan dengan stuktur bangunan kayu yang dibangun sudah sejak tahun 1980.
Sekolah yang menjadi salah satu sekolah favorit di kawasan perairan Banyuasin itu, masih memiliki bangunan sekolah yang dibangun dari kayu.
Baik dinding dan lantai terbuat dari kayu yang sudah cukup lama, bahkan beberapa bagian bangunan sekolah sudah lapuk dimakan usia.
Bangunan sekolah yang dibangun berbentuk rumah panggung ini, sudah mengalami banyak kerusakan. Baik dinding yang jebol dan sebagian atap yang sudah rusak.
Namun karena bangunan sekolah ini memiliki jumlah siswa yang banyak, maka pelaksanaan ujian nasional kelas IX dilaksanakan di bangunan kayu tersebut.
Sebanyak empat lokal dari bangunan sekolah tersebut dibangun dari kayu dan merupakan bangunan asal sekolah.
“Memang ada sebagian yang ujian di ruangan lama, karena memang jumlah ruangannya kurang. Kondisi ruangan lama itu juga cukup memprihatinkan karena masih bangunan kayu,” kata Kepala Tata Usaha Sekolah, Jemaat, Minggu 4 Mei 2014.
Dia mengatakan, bagunan lokal kayu yang masih dipergunakan untuk proses belajar mengajar kelas III memang sudah banyak yang rusak.
Proses perawatan yang intens menyebabkan bangunan kayu itu cukup awet. Misalnya secara rutin, pihak sekolah membersihkan lantai kayu dengan solar. Akibatnya lantai kayu menjadi lebih tahan lama.
“Ini saja sudah dirawat maksimal dengan mengepel lantai kayu dengan menggunakan solar. Jika tidak, bangunan dan lantai akan lebih banyak rusak,”timpal dia.
Untuk pelaksanaan UN, di sekolah yang merupakan warisan dari program Transmigrasi tahun 1980an ini akan diikuti oleh 170 siswa. Dimana sebagiannya akan melaksanakan ujian di ruangan kayu tersebut.
Di sekolah ini, sudah dibangun tiga lokal tambahan sejak tahun 2003. Namun saat ini, bangunan lokal dengan stuktur batu dan lantai marmer itu sudah mulai rusak.
Satu lokal memiliki atap yang bocor hampir setengah bagian atap. Akibatnya,proses pembelajaran tidak bisa dilaksanakan maksimal.
Jika hujan, bangunan lokal yang dipergunakan bagi proses pembelajaran kelas VII ini harus memberhentikan proses belajar.
Bahkan, jika hujannya pada malam hari, maka saat jam masuk sekolah para siswa di kelas VII ini terpaksa harus membersihkan kelas mereka yang bocor karena hujan.
“Itulah kenapa UN kelas IX dilaksanakan di bangunan sekolah lama, karena di ruangan yang baru kondisinya juga sudah tak nyaman. Apalagi jika hujan, maka pelaksanaan ujian bisa-bisa dihentikan, karena atap sekolah bocor,” ungkap staf sekolah lainnya, Amir.
(sms)