TKW asal Mentawai diperlakukan bagai binatang di Brunei Darussalam
A
A
A
Sindonews.com - Peringatan Hari Buruh Sedunia merupakan momentum bagi para buruh untuk mengadukan tuntutan mereka. Seperti yang terjadi di Sumatera Barat (Sumbar). Empat orang warga Mentawai mendatangi gedung DPRD Sumbar.
Kedatangan mereka untuk mengadukan nasib ke enam rekan mereka yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Brunei Darussalam. Satu dari enam TKW yang ada, bahkan dikabarkan berhasil kabur dari rumah majikannya dan sembunyai di hutan.
Kedatangan warga Mentawai ini, disambut perwakilan Forum Parlemen DPRD Sumbar. Kepada mereka, warga menyampaikan penyiksaan dan praktik perdagangan manusia yang mereka alami.
Para TKW asal Mentawai itu, dijual untuk menjadi pembantu rumah tangga di Brunei. Diceritakan, ke enam warga Mentawai itu sudah bekerja sebagai pembantu rumah tangga sejak enam bulan lalu.
Selama itu, mereka tidak pernah digaji, dan diperlakukan seperti binatang. Mereka kerap diberi makan bekas makanan sisa majikannya. Tidak tahan dengan perlakuan itu, satu di antara enam orang itu melarikan diri dan sembunyi di hutan.
Dia adalah Marsiti Sapoji Marnitus. Saat itu, Marsiti masih berada di hutan dan berhasil kabur dari rumah majikannya. Dia sempat menghubungi salah seorang keluarganya dengan meminta bantuan agar bisa menyelamatkan mereka dari rumah majikannya masing-masing.
Usai mendengar laporan tersebut, Forum Parlemen DPRD Provinsi Sumbar berjanji akan segera memberikan laporan ke komisi terkait.
Kedatangan mereka untuk mengadukan nasib ke enam rekan mereka yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Brunei Darussalam. Satu dari enam TKW yang ada, bahkan dikabarkan berhasil kabur dari rumah majikannya dan sembunyai di hutan.
Kedatangan warga Mentawai ini, disambut perwakilan Forum Parlemen DPRD Sumbar. Kepada mereka, warga menyampaikan penyiksaan dan praktik perdagangan manusia yang mereka alami.
Para TKW asal Mentawai itu, dijual untuk menjadi pembantu rumah tangga di Brunei. Diceritakan, ke enam warga Mentawai itu sudah bekerja sebagai pembantu rumah tangga sejak enam bulan lalu.
Selama itu, mereka tidak pernah digaji, dan diperlakukan seperti binatang. Mereka kerap diberi makan bekas makanan sisa majikannya. Tidak tahan dengan perlakuan itu, satu di antara enam orang itu melarikan diri dan sembunyi di hutan.
Dia adalah Marsiti Sapoji Marnitus. Saat itu, Marsiti masih berada di hutan dan berhasil kabur dari rumah majikannya. Dia sempat menghubungi salah seorang keluarganya dengan meminta bantuan agar bisa menyelamatkan mereka dari rumah majikannya masing-masing.
Usai mendengar laporan tersebut, Forum Parlemen DPRD Provinsi Sumbar berjanji akan segera memberikan laporan ke komisi terkait.
(san)