PSK Dolly juga peringati Hari Buruh Sedunia
A
A
A
Sindonews.com - Peringatan Hari Buruh Sedunia yang dilakukan hari ini, tidak hanya dilakukan oleh para buruh pabrik, dan tukang. Tetapi juga oleh para pekerja seksual (PSK) dan mucikari. Seperti yang terjadi di Gang Dolly, Surabaya.
Dalam aksinya, ratusan PSK Dolly menggelar aksi turun jalan, menolak penutupan lokalisasi. Para PSK, mucikari, dan PKL yang biasa mangkal di lokalisasi ini memulai aksinya dengan pembacaan Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Massa yang tergabung dalam Forum Pekerja Lokalisasi (FPL) ini menganggap, upaya pemerintah untuk menutup lokalisasi Dolly terlalu dini. Sementara masyarakat lokalisasi belum siap.
Sambil membentangkan poster yang bertuliskan 'Perjuangan Rakyat Tak Pernah Mati' para pendemo menggelar aksi longmarch dari lokalisasi yang konon pernah terbesar se Asia Tenggara itu.
Rutenya, dari Lokalisasi Dolly menuju Jalan Makam Kembang Kuning, kemudian Jalan Raya Darmo, dan berakhir di Jalan Gubernur Suryo, depan Gedung Negara Grahadi. Para pekerja lokalisasi ini akan bergabung dengan sejumlah buruh yang menggelar aksi demo Mayday.
Teguh, salah satu peserta aksi mengatakan, aksi ini adalah bentuk penolakkan penutupan lokalisasi Dolly oleh pemerintah.
"Kami menganggap penutupan ini terlalu dipaksakan. Karena masyarakat sekitar lokalalisasi belum siap," kata Teguh dalam aksi demo tolak penutupan, Kamis (1/5/2014).
Dia juga mengatakan, pelatihan yang digagas oleh pemerintah terhadap PSK dan mucikari tidak efektif. Karena pelatihan itu hanya digelar selama tiga hari. Sehingga, imbasnya belum terasa. Belum lagi dengan sejumlah pedagang yang bergantung atas keberadaan lokalisasi tersebut.
"Banyangkan saja pelatihan keterampilan PSK dan mucikari hanya tiga hari. Mereka bisa apa. Intinya kami belum siap untuk penutupan," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya memastikan, lokalisasi Gang Dolly akan tutup pada 19 Juni 2014. Penutupan ini menuai kontra di kalangan Pemkot Surabaya. Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana mengaku penutupan itu terlalu dini, dan masyarakat sekitar tidak ajak bicara.
Dalam aksinya, ratusan PSK Dolly menggelar aksi turun jalan, menolak penutupan lokalisasi. Para PSK, mucikari, dan PKL yang biasa mangkal di lokalisasi ini memulai aksinya dengan pembacaan Pancasila dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Massa yang tergabung dalam Forum Pekerja Lokalisasi (FPL) ini menganggap, upaya pemerintah untuk menutup lokalisasi Dolly terlalu dini. Sementara masyarakat lokalisasi belum siap.
Sambil membentangkan poster yang bertuliskan 'Perjuangan Rakyat Tak Pernah Mati' para pendemo menggelar aksi longmarch dari lokalisasi yang konon pernah terbesar se Asia Tenggara itu.
Rutenya, dari Lokalisasi Dolly menuju Jalan Makam Kembang Kuning, kemudian Jalan Raya Darmo, dan berakhir di Jalan Gubernur Suryo, depan Gedung Negara Grahadi. Para pekerja lokalisasi ini akan bergabung dengan sejumlah buruh yang menggelar aksi demo Mayday.
Teguh, salah satu peserta aksi mengatakan, aksi ini adalah bentuk penolakkan penutupan lokalisasi Dolly oleh pemerintah.
"Kami menganggap penutupan ini terlalu dipaksakan. Karena masyarakat sekitar lokalalisasi belum siap," kata Teguh dalam aksi demo tolak penutupan, Kamis (1/5/2014).
Dia juga mengatakan, pelatihan yang digagas oleh pemerintah terhadap PSK dan mucikari tidak efektif. Karena pelatihan itu hanya digelar selama tiga hari. Sehingga, imbasnya belum terasa. Belum lagi dengan sejumlah pedagang yang bergantung atas keberadaan lokalisasi tersebut.
"Banyangkan saja pelatihan keterampilan PSK dan mucikari hanya tiga hari. Mereka bisa apa. Intinya kami belum siap untuk penutupan," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya memastikan, lokalisasi Gang Dolly akan tutup pada 19 Juni 2014. Penutupan ini menuai kontra di kalangan Pemkot Surabaya. Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana mengaku penutupan itu terlalu dini, dan masyarakat sekitar tidak ajak bicara.
(san)