TKI asal Purwakarta diduga dibunuh di Qatar
Minggu, 23 Maret 2014 - 16:11 WIB
TKI asal Purwakarta diduga dibunuh di Qatar
A
A
A
Sindonews.com - Nasib nahas kembali dialami tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Kali ini menimpa Lilis Utari bin Saca Ibrahim (30) warga RT19/05 Desa Darangdan, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta.
Dia dikabarkan tewas dibunuh di tempat kerjanya, Qatar. Hingga kini modus pembunuhan korban masih simpang siur, terlebih keluarga belum menerima kejelasan dari pihak berwenang secara resmi.
Kabar terbunuhnya Lilis diterima pihak keluarga dari teman kerjanya di Qatar melalui sambungan seluler pada 9 Februari 2014 lalu.
"Sebelumnya kami hanya dikabari Lilis meninggal. Tapi setelah itu teman Lilis menelepon kami, katanya Lilis bukan meninggal biasa atau sakit, tapi meninggal dibunuh. Saat kami tanyakan dibunuh siapa, dia (teman korban) tidak mau menyebutkan,"ungkap Eri (67) Ibu korban saat ditemui di rumahnya, Minggu (23/2/2014).
Satu bulan setelah Lilis dikabarkan meninggal, sampai sekarang keluarganya belum menerima kejelasan kepulangan jasadnya.
Eri mendapat kabar, hingga sekarang jasad anak ketiganya itu masih berada di kamar jenazah rumah sakit di Qatar.
"Kami sangat berharap sekali jasad Lilis segera dipulangkan ke rumah, bagaimanapun caranya," timpal Eri.
Dia menceritakan, Lilis berangkat berkerja ke Qatar sekitar dua tahun lalu melalui PT BGS di Jakarta.
Lilis nekat meninggalkan anaknya yang semata wayang agar bisa membiayai sekolah. Di kampung Lilis hidup menjanda bertahun-tahun. Saat ini anaknya sudah duduk di kelas II SMP.
"Seharunya Lilis pada pertengahan tahun 2014 ini pulang. Tapi tuhan berkehendak lain," kata Eri.
Sebelum dikabarkan meninggal, kata Eri, Lilis rutin mengabari keluarga setiap satu atau dua minggu sekali melalui sambungan seluler.
Selama ditempat kerja Lilis mengaku telah menikah kembali dengan seorang laki-laki asal Republik Arab Suriah, dan berjanji akan membawanya ke Indonesia.
"Menurut teman Lilis yang mengabari kami, Lilis sebelum meninggal pindah bekerja di salon. Sementara sebelumnya bekerja sebagai PRT (pembantu rumah tangga).
Meninggalnya Lilis hingga kini masih misterius. Apalagi temannya yang di Qatar sekarang sudah tidak bisa dihubungi lagi,"tutur Eri.
Karena keterbatasan pengetahuan, keluarga Lilis tidak bisa berbuat banyak, mereka mengandalkan sponsor yang membawa Lilis bekerja sebagai TKI agar jasadnya segera dipulangkan.
"Hingga sekarang Pak Sahril (sponsor TKI) yang katanya sedang mengusahakan kepulangan jasad Lilis melalui perusahaan yang memberangkatnya dua tahun lalu, belum juga memberi kabar kembali," ujar wanita paruh baya ini.
Eri berharap pemerintah pusat melalui instansi terkait turut turun tangan membantu proses kepulangan jenazah anaknya Lilis.
Dia dikabarkan tewas dibunuh di tempat kerjanya, Qatar. Hingga kini modus pembunuhan korban masih simpang siur, terlebih keluarga belum menerima kejelasan dari pihak berwenang secara resmi.
Kabar terbunuhnya Lilis diterima pihak keluarga dari teman kerjanya di Qatar melalui sambungan seluler pada 9 Februari 2014 lalu.
"Sebelumnya kami hanya dikabari Lilis meninggal. Tapi setelah itu teman Lilis menelepon kami, katanya Lilis bukan meninggal biasa atau sakit, tapi meninggal dibunuh. Saat kami tanyakan dibunuh siapa, dia (teman korban) tidak mau menyebutkan,"ungkap Eri (67) Ibu korban saat ditemui di rumahnya, Minggu (23/2/2014).
Satu bulan setelah Lilis dikabarkan meninggal, sampai sekarang keluarganya belum menerima kejelasan kepulangan jasadnya.
Eri mendapat kabar, hingga sekarang jasad anak ketiganya itu masih berada di kamar jenazah rumah sakit di Qatar.
"Kami sangat berharap sekali jasad Lilis segera dipulangkan ke rumah, bagaimanapun caranya," timpal Eri.
Dia menceritakan, Lilis berangkat berkerja ke Qatar sekitar dua tahun lalu melalui PT BGS di Jakarta.
Lilis nekat meninggalkan anaknya yang semata wayang agar bisa membiayai sekolah. Di kampung Lilis hidup menjanda bertahun-tahun. Saat ini anaknya sudah duduk di kelas II SMP.
"Seharunya Lilis pada pertengahan tahun 2014 ini pulang. Tapi tuhan berkehendak lain," kata Eri.
Sebelum dikabarkan meninggal, kata Eri, Lilis rutin mengabari keluarga setiap satu atau dua minggu sekali melalui sambungan seluler.
Selama ditempat kerja Lilis mengaku telah menikah kembali dengan seorang laki-laki asal Republik Arab Suriah, dan berjanji akan membawanya ke Indonesia.
"Menurut teman Lilis yang mengabari kami, Lilis sebelum meninggal pindah bekerja di salon. Sementara sebelumnya bekerja sebagai PRT (pembantu rumah tangga).
Meninggalnya Lilis hingga kini masih misterius. Apalagi temannya yang di Qatar sekarang sudah tidak bisa dihubungi lagi,"tutur Eri.
Karena keterbatasan pengetahuan, keluarga Lilis tidak bisa berbuat banyak, mereka mengandalkan sponsor yang membawa Lilis bekerja sebagai TKI agar jasadnya segera dipulangkan.
"Hingga sekarang Pak Sahril (sponsor TKI) yang katanya sedang mengusahakan kepulangan jasad Lilis melalui perusahaan yang memberangkatnya dua tahun lalu, belum juga memberi kabar kembali," ujar wanita paruh baya ini.
Eri berharap pemerintah pusat melalui instansi terkait turut turun tangan membantu proses kepulangan jenazah anaknya Lilis.
(sms)