Jambret Sisca Yofie, Ade diancam Wawan
A
A
A
Sindonews.com - Pelaku jambret Sisca Yofie, Ade mengaku terpaksa melakukan tindakan kriminal terhadap Sisca, karena dipaksa Wawan, pamannya sendiri. Hal itu diungkapkan dalam Pengadilan Negeri (PN) Bandung yang diketuai Parulian Lumban Toruan.
Dalam kesaksiannya, Ade membeberkan jika pekerjaannya sehari-hari adalah seorang penyalur uang di sebuah koperasi dan juga bekerja sebagai pencuci piring, di Hotel Aston Pasteur.
Delapan bulan terakhir, Ade, istri, dan satu orang anaknya tinggal satu atap dengan keluarga Wawan, dan juga dua rumah tangga lainnya yang masih satu keluarga.
Singkat cerita, pada 5 Agustus 2013, tepat di hari penjambretan yang menewaskan Sisca, Ade baru bangun tidur sekira pukul 13.30 WIB. Lantas pukul 14.00 WIB, Wawan datang dan meminjam motor miliknya untuk membeli cat dan kembali pulang ke rumah sekira pukul 15.30 WIB.
"Saat pinjam motor, Wawan bawa tas selendang, tapi saya gak tahu isinya. Pas pulang juga sama saya tidak tahu dia bawa apa. Saya kira itu bawa proposal 17 Agustusan ke donatur, karena Wawan sering disuruh sama Pak RT," beber Ade, di muka sidang PN Bandung, Senin (24/2/2014).
Saat menjelang Magrib, Ade membantu kakeknya untuk membagikan tajil berbuka puasa di masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Tiba-tiba, Wawan menghampiri dirinya ke masjid dan menyuruh untuk ikut dengannya.
"Pas keluar di situ Wawan masih ngajakin ngajuin proposal. Wawan lalu ngajak saya ke gudang, terus di situ dia baru bilang mau ngejambret. Wawan bilang 'kamu gak usah takut. Kalau kamu takut nanti tungguin aja 15 meter (jarak)," ucapnya.
Ade yang semula tidak mau ikut tiba-tiba dipaksa oleh Wawan. Bahkan Wawan sempat menunjukan sebilah golok panjang yang seolah mengancam Ade untuk ikut menemani dirinya melakukan penjambretan.
Dengan terpaksa, Ade yang panik mengaku mau menuruti perkataan Wawan. Bahkan saat Wawan menyuruhnya untuk mengganti pakaian dan membawa helm, termasuk disuruh untuk memboncengnya.
"Waktu itu Wawan sudah bau minuman. Kalau lagi mabuk dia suka maksa. Lalu saya bawa motor, Wawan yang nunjukin arah. Lalu pas jalan disuruh berhenti di pos kamling. Di situ saya disuruh minum beer. Sudah itu lalu ke atas (lokasi penjambretan)," jelasnya.
Setelah sampai lokasi, Wawan dan Ade melihat sebuah mobil yang terbuka dengan seorang wanita di sampingnya. Setelah melewati korban, Wawan pun menyuruh agar Ade memutar balik motornya dan berhenti sekira 10 meter dari mobil korban.
Singkat kata, Wawan yang berhasil menjambret tas korban pun langsung kabur. Di tengah perjalanan Ade merasa motornya oleng. Namun saat dia bertanya kepada Wawan, Ade malah dimarahi dan disuruh untuk memacu motor lebih kencang.
Setibanya di Jalan Cipedes Tengah atau sekira 800 meter dari lokasi penjambretan, motor Suzuki Satria yang digunakan untuk menjambret tiba-tiba berhenti. Beberapa saat kemudian, Wawan pun turun dari motor dan memotong rambut korban yang tersangkut di gear motor.
"Udah itu motor nyala lagi dan langsung kabur. Sesampainya di Griya (Jalan Pasteur) saya pisah dan dikasih uang Rp50 ribu. Saya juga disuruh buang tas korban, dan saya buang itu ke selokan sekalian sama jaket yang saya pakai," tuturnya.
Hingga akhirnya, lima hari setelah kejadian, Ade yang merasa ketakutan menyerahkan diri kepada kepolisian di Mapolsekta Sukajadi.
Dalam kesaksiannya, Ade membeberkan jika pekerjaannya sehari-hari adalah seorang penyalur uang di sebuah koperasi dan juga bekerja sebagai pencuci piring, di Hotel Aston Pasteur.
Delapan bulan terakhir, Ade, istri, dan satu orang anaknya tinggal satu atap dengan keluarga Wawan, dan juga dua rumah tangga lainnya yang masih satu keluarga.
Singkat cerita, pada 5 Agustus 2013, tepat di hari penjambretan yang menewaskan Sisca, Ade baru bangun tidur sekira pukul 13.30 WIB. Lantas pukul 14.00 WIB, Wawan datang dan meminjam motor miliknya untuk membeli cat dan kembali pulang ke rumah sekira pukul 15.30 WIB.
"Saat pinjam motor, Wawan bawa tas selendang, tapi saya gak tahu isinya. Pas pulang juga sama saya tidak tahu dia bawa apa. Saya kira itu bawa proposal 17 Agustusan ke donatur, karena Wawan sering disuruh sama Pak RT," beber Ade, di muka sidang PN Bandung, Senin (24/2/2014).
Saat menjelang Magrib, Ade membantu kakeknya untuk membagikan tajil berbuka puasa di masjid yang tidak jauh dari rumahnya. Tiba-tiba, Wawan menghampiri dirinya ke masjid dan menyuruh untuk ikut dengannya.
"Pas keluar di situ Wawan masih ngajakin ngajuin proposal. Wawan lalu ngajak saya ke gudang, terus di situ dia baru bilang mau ngejambret. Wawan bilang 'kamu gak usah takut. Kalau kamu takut nanti tungguin aja 15 meter (jarak)," ucapnya.
Ade yang semula tidak mau ikut tiba-tiba dipaksa oleh Wawan. Bahkan Wawan sempat menunjukan sebilah golok panjang yang seolah mengancam Ade untuk ikut menemani dirinya melakukan penjambretan.
Dengan terpaksa, Ade yang panik mengaku mau menuruti perkataan Wawan. Bahkan saat Wawan menyuruhnya untuk mengganti pakaian dan membawa helm, termasuk disuruh untuk memboncengnya.
"Waktu itu Wawan sudah bau minuman. Kalau lagi mabuk dia suka maksa. Lalu saya bawa motor, Wawan yang nunjukin arah. Lalu pas jalan disuruh berhenti di pos kamling. Di situ saya disuruh minum beer. Sudah itu lalu ke atas (lokasi penjambretan)," jelasnya.
Setelah sampai lokasi, Wawan dan Ade melihat sebuah mobil yang terbuka dengan seorang wanita di sampingnya. Setelah melewati korban, Wawan pun menyuruh agar Ade memutar balik motornya dan berhenti sekira 10 meter dari mobil korban.
Singkat kata, Wawan yang berhasil menjambret tas korban pun langsung kabur. Di tengah perjalanan Ade merasa motornya oleng. Namun saat dia bertanya kepada Wawan, Ade malah dimarahi dan disuruh untuk memacu motor lebih kencang.
Setibanya di Jalan Cipedes Tengah atau sekira 800 meter dari lokasi penjambretan, motor Suzuki Satria yang digunakan untuk menjambret tiba-tiba berhenti. Beberapa saat kemudian, Wawan pun turun dari motor dan memotong rambut korban yang tersangkut di gear motor.
"Udah itu motor nyala lagi dan langsung kabur. Sesampainya di Griya (Jalan Pasteur) saya pisah dan dikasih uang Rp50 ribu. Saya juga disuruh buang tas korban, dan saya buang itu ke selokan sekalian sama jaket yang saya pakai," tuturnya.
Hingga akhirnya, lima hari setelah kejadian, Ade yang merasa ketakutan menyerahkan diri kepada kepolisian di Mapolsekta Sukajadi.
(san)