Dada Rosada imbau PNS Bandung kembalikan kerugian negara

Dada Rosada imbau PNS Bandung kembalikan kerugian negara
A
A
A
Sindonews.com - Dua terdakwa kasus suap hakim bansos, mantan Wali Kota Bandung Dada Rosada dan mantan Sekda Bandung Edi Siswadi, pernah mengimbau anak buahnya di Pemkot Bandung untuk membantu membayar kerugian negara dalam kasus penyimpangan dana bansos.
“Ada imbauan untuk membantu mengembalikan kerugian negara (kasus bansos). Tapi tidak merespon. Peristiwa itu terjadi di rumah pribadi Pak Dada tahun 2012,” kata Iming Ahmad, mantan Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (saat ini menjabat Staf Ahli Wali Kota), di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Kamis (20/2/2014).
Pernyataan itu dibenarkan Kepala Bappeda Kota Bandung Gunadi Sukma yang juga dihadirkan menjadi saksi. Namun dia menegaskan, dirinya tidak pernah memberikan uang yang diminta Dada. “Tidak, tidak pernah memberi uang kepada Pak Dada atau Pak Edi,” jelas Gunadi.
Namun demikian, para saksi yang hadirkan mengaku sempat memberikan bantuan dana untuk membayar honor pengacara yang menjadi penasehat hukum terdakwa dalam kasus penyelewengan dana bansos tersebut.
“Saya kasih Rp5 juta ke Pak Herry untuk honor pengacara. Uang pribadi, solidaritas saja. Saya tidak tahu namanya (pengacara yang dimaksud),” terang Gunadi.
Sementara itu, Dirut PDAM Tirtawening Pian Sopian menambahkan, dirinya juga memberi uang Rp7,5 juta kepada Herry.
Sedangkan saksi Iming Ahmad mengaku, memberikan uang sebesar Rp5 juta untuk membayar honor pengacara sejumlah PNS yang menjadi terdakwa dalam kasus penyelengan bansos. Begitupun dengan Asisten II Pemkot Bandung Rusjaf Adimenggala yang memberikan sumbangan untuk membayar honor pengacara.
Mendengar pengakuan saksi, JPU dari KPK merasa heran. Dia kemudian mencecar kebenaran keterangan saksi. Pasalnya, imbauan dari atasan mereka tidak dihiraukan. Namun mereka mengaku memberi uang terhadap Hery yang saat itu jabatannya setingkat dengan para saksi.
“Imbauan atasan tidak direspon, tetapi ketika yang jabatannya sederajat malah direspon,” ungkap jaksa penuh tanda tanya.
Berbeda dengan sidang-sidang sebelumnya, sidang lanjutan kasus suap dua mantan pimpinan di Kota Bandung ini, para saksi memberikan keterangan di depan majelis secara serempak dalam satu kesempatan. Sebelumnya, pemberian keterangan saksi dilakukan terpisah.
Usai mendengarkan keterangan sejumlah saksi, dan jaksa, sidang pun ditutup. Sidang lanjutan dijadwalkan akan kembali digelar pada Kamis 27 Februari 2014, dengan agenda yang sama, yakni mendengarkan keterangan saksi-saksi.
“Sidang dilanjutkan, Kamis tanggal 27 Februari 2014 minggu depan,” terang Ketua Majelis Hakim PN Bandung Nur Hakim.
“Ada imbauan untuk membantu mengembalikan kerugian negara (kasus bansos). Tapi tidak merespon. Peristiwa itu terjadi di rumah pribadi Pak Dada tahun 2012,” kata Iming Ahmad, mantan Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan (saat ini menjabat Staf Ahli Wali Kota), di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Kamis (20/2/2014).
Pernyataan itu dibenarkan Kepala Bappeda Kota Bandung Gunadi Sukma yang juga dihadirkan menjadi saksi. Namun dia menegaskan, dirinya tidak pernah memberikan uang yang diminta Dada. “Tidak, tidak pernah memberi uang kepada Pak Dada atau Pak Edi,” jelas Gunadi.
Namun demikian, para saksi yang hadirkan mengaku sempat memberikan bantuan dana untuk membayar honor pengacara yang menjadi penasehat hukum terdakwa dalam kasus penyelewengan dana bansos tersebut.
“Saya kasih Rp5 juta ke Pak Herry untuk honor pengacara. Uang pribadi, solidaritas saja. Saya tidak tahu namanya (pengacara yang dimaksud),” terang Gunadi.
Sementara itu, Dirut PDAM Tirtawening Pian Sopian menambahkan, dirinya juga memberi uang Rp7,5 juta kepada Herry.
Sedangkan saksi Iming Ahmad mengaku, memberikan uang sebesar Rp5 juta untuk membayar honor pengacara sejumlah PNS yang menjadi terdakwa dalam kasus penyelengan bansos. Begitupun dengan Asisten II Pemkot Bandung Rusjaf Adimenggala yang memberikan sumbangan untuk membayar honor pengacara.
Mendengar pengakuan saksi, JPU dari KPK merasa heran. Dia kemudian mencecar kebenaran keterangan saksi. Pasalnya, imbauan dari atasan mereka tidak dihiraukan. Namun mereka mengaku memberi uang terhadap Hery yang saat itu jabatannya setingkat dengan para saksi.
“Imbauan atasan tidak direspon, tetapi ketika yang jabatannya sederajat malah direspon,” ungkap jaksa penuh tanda tanya.
Berbeda dengan sidang-sidang sebelumnya, sidang lanjutan kasus suap dua mantan pimpinan di Kota Bandung ini, para saksi memberikan keterangan di depan majelis secara serempak dalam satu kesempatan. Sebelumnya, pemberian keterangan saksi dilakukan terpisah.
Usai mendengarkan keterangan sejumlah saksi, dan jaksa, sidang pun ditutup. Sidang lanjutan dijadwalkan akan kembali digelar pada Kamis 27 Februari 2014, dengan agenda yang sama, yakni mendengarkan keterangan saksi-saksi.
“Sidang dilanjutkan, Kamis tanggal 27 Februari 2014 minggu depan,” terang Ketua Majelis Hakim PN Bandung Nur Hakim.
(san)