Banjir parah, sejumlah akses vital di Semarang lumpuh
A
A
A
Sindonews.com - Hujan deras tanpa henti yang mengguyur wilayah Jawa Tengah, selama tiga hari berturut-turut mangakibatkan sejumlah ruas jalan di jalur Pantura Semarang-Kendal terendam banjir dengan ketinggian antara 50-150 cm.
Akibatnya, jalan Trans Nasional tersebut tidak bisa dilalui kendaraan. Waktu tempuhpun menjadi lebih lama, yakni lebih dari 13 jam. Padahal, jika dalam kondisi normal jalur tersebut bisa ditempuh dengan waktu 30 menit sampai satu jam.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kemacetan mulai terjadi sejak pukul 02.00 dini hari. Dimulai ketika jalur Pantura-Mangkang tergenang air setinggi lebih dari satu meter. Akibatnya semua kendaraan dari arah timur (Semarang) maupun barat (Jakarta) tak bergerak, karena tidak berani menerjang banjir.
Kemacetan total terjadi lebih dari 10 km, mulai dari Kalibanteng sampai Mangkang. Kemacetan juga terjadi di pintu Tol Krapyak sepanjang lebih dari tiga km.
Kendaraan baru bisa berjalan sekira pukul 08.00 WIB, setelah air yang menggenangi jalan mulai surut. Namun kendaraan tetap merayap. Lepas dari kemacetan di Semarang, kemacetan kembali terjadi di Kendal, mulai dari perbatasan Semarang-Kendal, sampai dengan Kota Kabupaten, kendaraan tak bisa bergerak karena banjir.
"Saya jam 03.00 WIB sampai di depan kantor Pengadilan Negeri (PN) Semarang (Jalan Siliwangi). Sampai jam 08.00 WIB, baru bisa jalan, dan ini di Kendal sudah macet lagi," kata Ali seorang sopir minibus yang hendak menuju Brebes, Selasa (4/2/2014).
Untuk menghindari kemacetan di jalur Kota, sejumlah pengendara baik pribadi maupun umum mencoba mencari jalan lain melalui jalur dalam, melalui Kaliwungu, Brangsong, Pegandon, Gemuh, kemudian tembus Cepiring. Kendaraan-kendaraan besar mulai berani menerjang banjir, setelah air mulai surut.
Sementara itu, Wakapolres Kendal Kompol Muliyawati Syam mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun, banjir yang menggenangi jalur utama Pantura di depan Polres Kendal, Brangsong, dan Cepiring, mencapai ketinggian rata-rata sekitar 70 cm. Tidak hanya jalur utama, jalan tembus Kaliwungu-Cepiring juga terputus.
"Jalan tembus Boja longsor di Singorojo. Pengguna jalan baru bisa berjalan setelah melewati Cepiring, namun tetap harus hati-hati karena jalan rusak," terangnya.
Banjir yang melanda kota Semarang mengakibatkan arus lalulintas macet total. Ketinggian air rata-rata mencapai hingga 80 centimeter. Hanya kendaraan besar seperti truk dan bus saja yang mampu melintas.
Seperti tapak di Jalan Raya Kali Gawe, tepatnya di terowongan jalan tol dari dan menuju Demak. Genangan air mencapai 50-80 cm mengakibatkan jalan menjadi macet. Kendaraan roda dua yang memaksakan diri melintas mogok.
Guna mengurangi kemacetan panjang dari arah terminal menuju dalam Kota Semarang, pengguna sepeda motor diperbolehkan pihak jasa marga melintas ke jalan bebas hambatan.
Tidak hanya jalan raya, Stasiun Tawang Semarang juga tergenang air. Meski tidak menggenangi rel, namun banjir sempat masuk ke ruang tunggu dengan ketinggian mencapai 30-50 cm. Banjir juga menggenangi akses jalan menuju Stasiun Tawang, terutama di daerah Kota Lama, hingga 50-75 cm.
Akibat banjir tersebut, akses jalan menuju Tawang tutup. Bahkan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IV Semarang menetapkan status berhenti luar biasa (BLB) di Stasiun Poncol.
Humas PT KAI Daop IV Semarang Eko Budiyanto mengatakan, banjir sempat mengenangi rel dan gogos di perlintasan Kalibodri-Waleri Kaliwungu-Kalibodri dan lintas Mangkang-Jrakah. Namun tidak berlangsung lama, karena sekitar pukul 06.00 WIB, rel sudah dapat dilalui.
Eko menyebutkan, ada beberapa KA yang mengalami keterlambatan, yakni kereta Matarmaja, Sembrani, Senja Utama, dan Argo Anggrek. "Keterlambatan diakibatkan menunggu air surut dan perbaikan rel akibat banjir semalam. Mulai malam tadi semua KA berhenti (BLB) di Poncol untuk melayani naik turun penumpang," katanya.
Akibatnya, jalan Trans Nasional tersebut tidak bisa dilalui kendaraan. Waktu tempuhpun menjadi lebih lama, yakni lebih dari 13 jam. Padahal, jika dalam kondisi normal jalur tersebut bisa ditempuh dengan waktu 30 menit sampai satu jam.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kemacetan mulai terjadi sejak pukul 02.00 dini hari. Dimulai ketika jalur Pantura-Mangkang tergenang air setinggi lebih dari satu meter. Akibatnya semua kendaraan dari arah timur (Semarang) maupun barat (Jakarta) tak bergerak, karena tidak berani menerjang banjir.
Kemacetan total terjadi lebih dari 10 km, mulai dari Kalibanteng sampai Mangkang. Kemacetan juga terjadi di pintu Tol Krapyak sepanjang lebih dari tiga km.
Kendaraan baru bisa berjalan sekira pukul 08.00 WIB, setelah air yang menggenangi jalan mulai surut. Namun kendaraan tetap merayap. Lepas dari kemacetan di Semarang, kemacetan kembali terjadi di Kendal, mulai dari perbatasan Semarang-Kendal, sampai dengan Kota Kabupaten, kendaraan tak bisa bergerak karena banjir.
"Saya jam 03.00 WIB sampai di depan kantor Pengadilan Negeri (PN) Semarang (Jalan Siliwangi). Sampai jam 08.00 WIB, baru bisa jalan, dan ini di Kendal sudah macet lagi," kata Ali seorang sopir minibus yang hendak menuju Brebes, Selasa (4/2/2014).
Untuk menghindari kemacetan di jalur Kota, sejumlah pengendara baik pribadi maupun umum mencoba mencari jalan lain melalui jalur dalam, melalui Kaliwungu, Brangsong, Pegandon, Gemuh, kemudian tembus Cepiring. Kendaraan-kendaraan besar mulai berani menerjang banjir, setelah air mulai surut.
Sementara itu, Wakapolres Kendal Kompol Muliyawati Syam mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun, banjir yang menggenangi jalur utama Pantura di depan Polres Kendal, Brangsong, dan Cepiring, mencapai ketinggian rata-rata sekitar 70 cm. Tidak hanya jalur utama, jalan tembus Kaliwungu-Cepiring juga terputus.
"Jalan tembus Boja longsor di Singorojo. Pengguna jalan baru bisa berjalan setelah melewati Cepiring, namun tetap harus hati-hati karena jalan rusak," terangnya.
Banjir yang melanda kota Semarang mengakibatkan arus lalulintas macet total. Ketinggian air rata-rata mencapai hingga 80 centimeter. Hanya kendaraan besar seperti truk dan bus saja yang mampu melintas.
Seperti tapak di Jalan Raya Kali Gawe, tepatnya di terowongan jalan tol dari dan menuju Demak. Genangan air mencapai 50-80 cm mengakibatkan jalan menjadi macet. Kendaraan roda dua yang memaksakan diri melintas mogok.
Guna mengurangi kemacetan panjang dari arah terminal menuju dalam Kota Semarang, pengguna sepeda motor diperbolehkan pihak jasa marga melintas ke jalan bebas hambatan.
Tidak hanya jalan raya, Stasiun Tawang Semarang juga tergenang air. Meski tidak menggenangi rel, namun banjir sempat masuk ke ruang tunggu dengan ketinggian mencapai 30-50 cm. Banjir juga menggenangi akses jalan menuju Stasiun Tawang, terutama di daerah Kota Lama, hingga 50-75 cm.
Akibat banjir tersebut, akses jalan menuju Tawang tutup. Bahkan, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi IV Semarang menetapkan status berhenti luar biasa (BLB) di Stasiun Poncol.
Humas PT KAI Daop IV Semarang Eko Budiyanto mengatakan, banjir sempat mengenangi rel dan gogos di perlintasan Kalibodri-Waleri Kaliwungu-Kalibodri dan lintas Mangkang-Jrakah. Namun tidak berlangsung lama, karena sekitar pukul 06.00 WIB, rel sudah dapat dilalui.
Eko menyebutkan, ada beberapa KA yang mengalami keterlambatan, yakni kereta Matarmaja, Sembrani, Senja Utama, dan Argo Anggrek. "Keterlambatan diakibatkan menunggu air surut dan perbaikan rel akibat banjir semalam. Mulai malam tadi semua KA berhenti (BLB) di Poncol untuk melayani naik turun penumpang," katanya.
(san)