287 balita di Sragen kekurangan gizi
A
A
A
Sindonews.com - Jumlah balita penderita kurang gizi di wilayah Sragen, diklaim menurun dua persen dari total jumlah balita di Sragen yang mencapai 59.495 jiwa. Tahun sebelumnya, balita yang menderita kurang gizi di Kabupaten Sragen mencapai angka 3,4 persen.
Kasi Gizi Dinas Kesehatan Sragen Siswiyardi mengatakan, ada sekira 287 balita di Kabupaten Sragen yang mengalami kurang gizi atau gizi buruk. Mereka tak mendapat asupan gizi yang cukup, sehingga kondisinya melemah.
"Hal tersebut terjadi karena banyaknya balita yang tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang, dan dipicu oleh faktor ekonomi keluarga. Juga disebabkan pola asuh yang salah dari orang tua," ungkap Siswiyardi, kepada wartawan, di Sragen, Jawa Tengah, Selasa (4/2/2014).
Namun begitu, dia menyatakan, kekurangan gizi yang dialami balita di Sragen, tidak termasuk kategori gizi buruk. Untuk itu, melalui petugas Dinkes di lapangan, pihaknya melakukan pengawasan intens dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama kurun waktu tiga bulan, yaitu pemberian makanan tambahan berupa susu dan biskuit.
Saat ini, kondisinya para balita itu sudah mulai membaik dan pertumbuhannya berangsur normal. "Selain langkah medis, kami juga memberikan PMT bagi balita. Memang berat badannya termasuk kurang dan pertumbuhannya lambat. Tapi secara keseluruhan tidak sampai mempengaruhi kesehatan anak," terangnya.
Untuk kembali memulihkan gizi balita, Pemkab Sragen telah menambah alokasi anggaran di APBD untuk pemenuhan gizi balita. Selain itu, pihaknya juga menambah Biaya Operasional Kesehatan (BOK) melalui APBN.
Dinkes juga menempatkan petugas kesehatan di semua pos pelayanan terpadu (Posyandu). Jumlah petugas kesehatan di tingkat Posyandu terdata sebanyak 7.652 orang yang tersebar di 1.575 posyandu, di Sragen.
"Mereka sebagai ujung tombak pengawasan kesehatan di tingkat desa yang mengawasi perkembangan balita, maupun ibu hamil. Saat ini kesadaran masyarakat untuk datang ke Posyandu sudah melampaui target, berada dikisaran 87 persen," ungkapnya.
Kasi Gizi Dinas Kesehatan Sragen Siswiyardi mengatakan, ada sekira 287 balita di Kabupaten Sragen yang mengalami kurang gizi atau gizi buruk. Mereka tak mendapat asupan gizi yang cukup, sehingga kondisinya melemah.
"Hal tersebut terjadi karena banyaknya balita yang tidak mendapatkan asupan gizi yang seimbang, dan dipicu oleh faktor ekonomi keluarga. Juga disebabkan pola asuh yang salah dari orang tua," ungkap Siswiyardi, kepada wartawan, di Sragen, Jawa Tengah, Selasa (4/2/2014).
Namun begitu, dia menyatakan, kekurangan gizi yang dialami balita di Sragen, tidak termasuk kategori gizi buruk. Untuk itu, melalui petugas Dinkes di lapangan, pihaknya melakukan pengawasan intens dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama kurun waktu tiga bulan, yaitu pemberian makanan tambahan berupa susu dan biskuit.
Saat ini, kondisinya para balita itu sudah mulai membaik dan pertumbuhannya berangsur normal. "Selain langkah medis, kami juga memberikan PMT bagi balita. Memang berat badannya termasuk kurang dan pertumbuhannya lambat. Tapi secara keseluruhan tidak sampai mempengaruhi kesehatan anak," terangnya.
Untuk kembali memulihkan gizi balita, Pemkab Sragen telah menambah alokasi anggaran di APBD untuk pemenuhan gizi balita. Selain itu, pihaknya juga menambah Biaya Operasional Kesehatan (BOK) melalui APBN.
Dinkes juga menempatkan petugas kesehatan di semua pos pelayanan terpadu (Posyandu). Jumlah petugas kesehatan di tingkat Posyandu terdata sebanyak 7.652 orang yang tersebar di 1.575 posyandu, di Sragen.
"Mereka sebagai ujung tombak pengawasan kesehatan di tingkat desa yang mengawasi perkembangan balita, maupun ibu hamil. Saat ini kesadaran masyarakat untuk datang ke Posyandu sudah melampaui target, berada dikisaran 87 persen," ungkapnya.
(san)