Toleransi, warisan Kiai Sahal Mahfudz terhadap NU

Jum'at, 24 Januari 2014 - 14:51 WIB
Toleransi, warisan Kiai...
Toleransi, warisan Kiai Sahal Mahfudz terhadap NU
A A A
Sindonews.com - Selain dikenal sebagai sosok yang ahli dalam bidang ilmu fiqih, KH Sahal Mahfudz juga sebagai tokoh Islam yang ramah dan toleran. Berpulangnya kiai kharismatik asal Pati, Jawa Tengah itu, menyisakan duka yang mendalam bagi warga Nahdliyyin.

Koordinator Jaringan GusDurian (kelompok pencinta Gus Dur) Aan Ashori mengatakan, Kiai Sahal merupakan Ketua Rois Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Dia memiliki kemampuan ilmu fiqih yang mendalam, dan termasuk sosok utama yang mampu menjaga toleransi beragama di Indonesia.

"Beliau sangat toleran dan tetap menjaga keberagaman di Indonesia. Meski secara disiplin ilmu beliau tidak diragukan. NU sangat kehilangan. Bangsa ini butuh sosok seperti beliau," kata Aan, saat berbincang dengan wartawan, Jumat (24/1/2014).

Kata Aan, sikap Kiai Sahal yang toleran sangat terlihat ketika dinamika penyesatan Islam Syiah yang bergulir beberapa waktu lalu. Ada cerita menarik dalam perjalanan pluralisme di Indonesia, terkait Pengasuh Ponpes Mathaliul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah.

Sekitar Tahun 2012, pasca meletusnya kasus Syiah Sampang, puluhan Kiai Madura dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mendatangi Mbah Sahal di kediamannya. Mereka melakukan lobi kepada Kiai Sahal agar menyetujui aspirasi mereka untuk menyesatkan aliran Syiah.

Kata Aan, dalam para kiai melakukan pertemuan di salah satu ruangan kediaman Kiai Sahal. Atas tragedi Sampang itu, para kiai berbuat sedemikian rupa agar Kiai Sahal menyetujui untuk membuat sesat aliran Syiah.

"Kiai Sahal hanya mendengar saja. Sampai pada akhirnya beliau berkomentar pendek. Kira-kira seperti ini 'Jangan libatkan saya (dalam urusan penyesatan Syiah)'. Setelah berkomentar seperti itu, Kiai Sahal masuk ke dalam rumah dan tidak kembali ke forum tersebut," kata Aan sembari menirukan pernyataan Kiai Sahal.

Setelah mendapatkan pernyataan, mereka akhirnya pulang dengan kecewa karena gagal melobi Kiai Sahal.

Meninggalnya Kiai Sahal, dalam situasi Darurat Intoleransi di Indonesia saat ini, sangat kehilangan. Namun demikian, dia menganggap, Kiai Sahal sama dengan Gus Dur, tidak meninggal, melainkan hanya pulang. "Tentunya warisan menjaga keberagaman, toleransi dan persatuan akan terjaga," tukasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5424 seconds (0.1#10.140)