Bantuan korban banjir di Jakbar belum merata

Bantuan korban banjir di Jakbar belum merata
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 14.000 dari 23.000 jiwa yang mengalami kebanjiran di Jakarta Barat mengungsi. Bantuan dari berbagai pihak pun datang, namun sejumlah pengungsi masih banyak yang belum mendapatkan bantuan itu.
Sumiyati Alamsiah (43), warga Rt 12/08, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengatakan, sejak mengungsi dibantaran rel kereta api Pesing selama hampir satu minggu dirinya hanya mendapatkan dua liter beras. Bahkan nasi bungkus pun tidak.
"Ya kami makan seadanya yang bisa kami beli di Pasar Pesing Koneng. Seperti ikan asin, teri dan sebagainya yang murah. Itupun cuma bisa sehari sekali kami makan, malam mie instan," kata Sumiyati bersama belasan pengungsi lainya di lokasi pengungsi, Selasa 21 Januari 2014.
Sumiyati bersama ratusan warga lainya memilih mengungsi di bantaran rel kereta api meski hanya beratapan terpal dan tidak berdinding. Padahal, untuk seluruh RW08 yang mengalami kebanjiran ditampung di SDN 09-10 Kedoya Utara yang sudah sepekan tidak beraktifitas lantaran tergenang banjir setinggi 20-40 centimeter "Jauh mengungsi di SD, lagian sudah penuh juga kemarin pas kami kesana," ujarnya.
Ketua RT 12/08, M Jimbo mengakui, tidak adanya bantuan yang datang untuk sejumlah pengungsi yang ada di bantaran rel kereta api Pesing. Padahal, dia melihat berbagai bantuan datang ke posko pengungsian yang ada di SDN 09-10 Kedoya Utara.
"Bantuan banyak datang ke SD, tapi enggak sampai ke sini (rel kereta api Pesing). Camat saja belum pernah datang ke sini selama seminggu kami kebanjiran," keluhnya.
Lokasi pengungsian di bantaran rel kereta api Pesing, kata Jimbo sedikitnya terdapat 50 KK. Mereka selama ini mengandalkan air bersih dari sejumlah fasilitas umum yang ada di dekat pengungsian, baik masjid maupun pasar.
"MCK (mandi cuci kakus) di pasar, kalau nyuci ya pakai air banjir sini," ungkapnya.
Baca:
Pompa air tak dapat tolong banjir di Jakbar
Sumiyati Alamsiah (43), warga Rt 12/08, Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat mengatakan, sejak mengungsi dibantaran rel kereta api Pesing selama hampir satu minggu dirinya hanya mendapatkan dua liter beras. Bahkan nasi bungkus pun tidak.
"Ya kami makan seadanya yang bisa kami beli di Pasar Pesing Koneng. Seperti ikan asin, teri dan sebagainya yang murah. Itupun cuma bisa sehari sekali kami makan, malam mie instan," kata Sumiyati bersama belasan pengungsi lainya di lokasi pengungsi, Selasa 21 Januari 2014.
Sumiyati bersama ratusan warga lainya memilih mengungsi di bantaran rel kereta api meski hanya beratapan terpal dan tidak berdinding. Padahal, untuk seluruh RW08 yang mengalami kebanjiran ditampung di SDN 09-10 Kedoya Utara yang sudah sepekan tidak beraktifitas lantaran tergenang banjir setinggi 20-40 centimeter "Jauh mengungsi di SD, lagian sudah penuh juga kemarin pas kami kesana," ujarnya.
Ketua RT 12/08, M Jimbo mengakui, tidak adanya bantuan yang datang untuk sejumlah pengungsi yang ada di bantaran rel kereta api Pesing. Padahal, dia melihat berbagai bantuan datang ke posko pengungsian yang ada di SDN 09-10 Kedoya Utara.
"Bantuan banyak datang ke SD, tapi enggak sampai ke sini (rel kereta api Pesing). Camat saja belum pernah datang ke sini selama seminggu kami kebanjiran," keluhnya.
Lokasi pengungsian di bantaran rel kereta api Pesing, kata Jimbo sedikitnya terdapat 50 KK. Mereka selama ini mengandalkan air bersih dari sejumlah fasilitas umum yang ada di dekat pengungsian, baik masjid maupun pasar.
"MCK (mandi cuci kakus) di pasar, kalau nyuci ya pakai air banjir sini," ungkapnya.
Baca:
Pompa air tak dapat tolong banjir di Jakbar
(mhd)