Pemuda gila dibunuh adik kandung
A
A
A
Sindonews.com – Seorang pemuda di Dukuh Karang Balikan RT 7 RW 3, Desa Tambakrejo, Kecamatan Patebon, Kendal nekat membunuh kakak kandungnya.
Pembunuhan tersebut dilakukan karena kakak kandungnya memiliki latar belakang kejiwaan, mengamuk dan hendak membunuh ibunya dengan sebilah celurit.
Peristiwa itu bermula saat Panji Yuliyanto (25) mengamuk dan mendatangi Sulasmi(47) ibu kandungnya dengan menenteng sebilah celurit. Namun, saat Panji memasuk rumah, dia dihalangi oleh adiknya, Muhammad Hardiyanto (19).
Lantaran kejiwaannya terganggu, Panji pun semakin mengamuk. Dia pun kemudian mengejar Hardiyanto hingga ke halaman rumah. Bahkan, Panji melempar celurit itu ke arah Hardiyanto. Beruntung, celurit itu tidak mengenai tubuh adiknya itu.
Setelah itu, Hardiyanto justru dengan cepat mengambil celurit yang menancap di dinding kayu, untuk kemudian menyabetkan ke perut kakaknya hingga tewas.
Panji tewas akibat luka di perut bagian kiri dengan panjang sekitar 10 sentimeter. Hardiyanto pun menyerahkan diri ke Polsek Patebon, beberapa saat setelah kejadian.
“Awalnya saya tidak bermaksud membunuh kaka saya. Itu saya lakukan karena tadi kakak kembali mengamuk dan mengancam ibu. Dia juga membawa celurit,” kata Hardiyanto, di Mapolsek Patebon, Selasa (21/1/2014).
Pemuda kelahiran 30 September 1989 ini menambahkan, saat hendak masuk rumah, kakaknya melihatnya seperti menghalangi. Dia pun lari, dan sempat dilempar celurit dua kali.
“Dilempar celurit tapi meleset. Saya ambil celurit itu dan membacoknya,” lanjutnya.
Menurutnya, kakak kandung itu memang punya penyakit kejiwaan sejak kecil. Seringkali mengamuk tanpa sebab yang jelas, dengan mengancam semua orang yang ada di sekitarnya. Selain itu, korban juga kerap merusak perabotan rumah tangga saat kumat.
“Memang sejak kecil sudah terganggu kejiwaannya. Dia sering mengamuk dan mengancam keluarga serta tetangga,” paparnya.
Salah seorang warga Dukuh Karang Balikan, Rohim (47) mengatakan korban memang sering mengamuk dan melukai orang yang berada di sekitarnya. “Kalau sedang ngamuk¸semua orang memilih lari daripada kenapa-kenapa,” katanya.
Beberapa waktu lalu, istri Sukoco, tetangganya yang sedang menjemur pakaian juga menjadi korban amukan Panji. Hingga saat ini, ibu Sukoco kakinya masih sakit pada bagian dengkul.
“Itu kan memang sakit kejiwaan sejak kecil,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolsek Patebon, AKP Suparno menuturkan pelaku memang membacok korban lantaran tidak terima Sutarmi, yang tak lain adalah ibu kandungnya diancam dan dimaki-maki oleh korban dengan menggunakan celurit.
Melihat nyawa sang ibu terancam, pelaku langsung mengejar dengan maksud membela ibunya.
“Korban diketahui mengidap gangguan jiwa dan sering marah, pelakuyang tidak terima berusaha membela ibunya. Hingga terjadilah pembunuhan itu,” terangnya.
Sejauh ini, pihaknya sudah mendalami kasus ini dengan memeriksa tiga saksi yakni Sapto Kemandoko (perangkat desa), Sulasmi (Ibu Korban), serta Siti Yuliana (tetangga korban). “Kasus ini masih dalam penyidikan,” tandasnya.
Pembunuhan tersebut dilakukan karena kakak kandungnya memiliki latar belakang kejiwaan, mengamuk dan hendak membunuh ibunya dengan sebilah celurit.
Peristiwa itu bermula saat Panji Yuliyanto (25) mengamuk dan mendatangi Sulasmi(47) ibu kandungnya dengan menenteng sebilah celurit. Namun, saat Panji memasuk rumah, dia dihalangi oleh adiknya, Muhammad Hardiyanto (19).
Lantaran kejiwaannya terganggu, Panji pun semakin mengamuk. Dia pun kemudian mengejar Hardiyanto hingga ke halaman rumah. Bahkan, Panji melempar celurit itu ke arah Hardiyanto. Beruntung, celurit itu tidak mengenai tubuh adiknya itu.
Setelah itu, Hardiyanto justru dengan cepat mengambil celurit yang menancap di dinding kayu, untuk kemudian menyabetkan ke perut kakaknya hingga tewas.
Panji tewas akibat luka di perut bagian kiri dengan panjang sekitar 10 sentimeter. Hardiyanto pun menyerahkan diri ke Polsek Patebon, beberapa saat setelah kejadian.
“Awalnya saya tidak bermaksud membunuh kaka saya. Itu saya lakukan karena tadi kakak kembali mengamuk dan mengancam ibu. Dia juga membawa celurit,” kata Hardiyanto, di Mapolsek Patebon, Selasa (21/1/2014).
Pemuda kelahiran 30 September 1989 ini menambahkan, saat hendak masuk rumah, kakaknya melihatnya seperti menghalangi. Dia pun lari, dan sempat dilempar celurit dua kali.
“Dilempar celurit tapi meleset. Saya ambil celurit itu dan membacoknya,” lanjutnya.
Menurutnya, kakak kandung itu memang punya penyakit kejiwaan sejak kecil. Seringkali mengamuk tanpa sebab yang jelas, dengan mengancam semua orang yang ada di sekitarnya. Selain itu, korban juga kerap merusak perabotan rumah tangga saat kumat.
“Memang sejak kecil sudah terganggu kejiwaannya. Dia sering mengamuk dan mengancam keluarga serta tetangga,” paparnya.
Salah seorang warga Dukuh Karang Balikan, Rohim (47) mengatakan korban memang sering mengamuk dan melukai orang yang berada di sekitarnya. “Kalau sedang ngamuk¸semua orang memilih lari daripada kenapa-kenapa,” katanya.
Beberapa waktu lalu, istri Sukoco, tetangganya yang sedang menjemur pakaian juga menjadi korban amukan Panji. Hingga saat ini, ibu Sukoco kakinya masih sakit pada bagian dengkul.
“Itu kan memang sakit kejiwaan sejak kecil,” imbuhnya.
Sementara itu, Kapolsek Patebon, AKP Suparno menuturkan pelaku memang membacok korban lantaran tidak terima Sutarmi, yang tak lain adalah ibu kandungnya diancam dan dimaki-maki oleh korban dengan menggunakan celurit.
Melihat nyawa sang ibu terancam, pelaku langsung mengejar dengan maksud membela ibunya.
“Korban diketahui mengidap gangguan jiwa dan sering marah, pelakuyang tidak terima berusaha membela ibunya. Hingga terjadilah pembunuhan itu,” terangnya.
Sejauh ini, pihaknya sudah mendalami kasus ini dengan memeriksa tiga saksi yakni Sapto Kemandoko (perangkat desa), Sulasmi (Ibu Korban), serta Siti Yuliana (tetangga korban). “Kasus ini masih dalam penyidikan,” tandasnya.
(lns)