Keluarga terduga teroris Surabaya pasrah
A
A
A
Sindonews.com - Pihak keluarga terduga teroris mengaku pasrah dengan ditangkapnya salah satu anggota keluarganya. Latifiah, kakak ipar terduga teroris Madjid, menyerahkan semuanya kepada pihak kepolisian.
"Kami menyerahkan semuanya kepada pihak kepolisian. Saya tidak menyangka jika adik ipar saya ini menjadi terduga teroris," kata Latifiah, di lokasi kejadian, Selasa (21/1/2013) dini hari.
Latifiah juga mengaku tidak tahu jika di dalam rumah tersebut ada bom. Pasalnya, Madjid dikenal sebagai pemuda yang pendiam dan jarang berkomukasi. Latifiah juga mengaku jarang bertemu dengan adik iparnya itu karena sibuk dengan pekerjaannya.
"Memang jarang bertemu. Saya berangkat kerja pukul 05.00 WIB. Tapi pas pulang juga jarang bertemu," jelasnya.
Sehingga, Latifiah tidak mengetahui secara detail aktivitas sehari-hari adik iparnya itu. Yang dia tahu, hanya Madjid sering keluar memakai kopiah seperti orang yang hendak berangkat mengaji.
Tentunya, prilaku itu tidak membuat Latifah curiga lantaran yang bersangkutan memang pernah mengenyam pendidikan pesantren. "Saya enggak menduga macam-macam, karena memang dia (Madjid) sempat mondok," jelas perempuan berkerudung seraya mengaku tidak mengetahui pesantren mana yang dimaksud.
Sebelumnya, Tim Densus menangkap dua orang terduga teroris di Kawasan Kedung Cowek, Kenjeran, Surabaya. Dari penangkapan itu, polisi menggeladah rumah yang diduga menjadi markas kegiatan teroris tersebut.
Hasilnya, polisi menyita dua bom siap ledak, detonator, tabung besi dan 1 kantung paku dengan panjang 5 Cm.
Densus juga menemukan buku-buku dan bendera berwarna hitam. Sementara, dari interogasi sementara, dua terduga teroris itu berencana akan meledakkan lokalisasi Dolly, diskotik, serta pos polisi di Surabaya.
"Kami menyerahkan semuanya kepada pihak kepolisian. Saya tidak menyangka jika adik ipar saya ini menjadi terduga teroris," kata Latifiah, di lokasi kejadian, Selasa (21/1/2013) dini hari.
Latifiah juga mengaku tidak tahu jika di dalam rumah tersebut ada bom. Pasalnya, Madjid dikenal sebagai pemuda yang pendiam dan jarang berkomukasi. Latifiah juga mengaku jarang bertemu dengan adik iparnya itu karena sibuk dengan pekerjaannya.
"Memang jarang bertemu. Saya berangkat kerja pukul 05.00 WIB. Tapi pas pulang juga jarang bertemu," jelasnya.
Sehingga, Latifiah tidak mengetahui secara detail aktivitas sehari-hari adik iparnya itu. Yang dia tahu, hanya Madjid sering keluar memakai kopiah seperti orang yang hendak berangkat mengaji.
Tentunya, prilaku itu tidak membuat Latifah curiga lantaran yang bersangkutan memang pernah mengenyam pendidikan pesantren. "Saya enggak menduga macam-macam, karena memang dia (Madjid) sempat mondok," jelas perempuan berkerudung seraya mengaku tidak mengetahui pesantren mana yang dimaksud.
Sebelumnya, Tim Densus menangkap dua orang terduga teroris di Kawasan Kedung Cowek, Kenjeran, Surabaya. Dari penangkapan itu, polisi menggeladah rumah yang diduga menjadi markas kegiatan teroris tersebut.
Hasilnya, polisi menyita dua bom siap ledak, detonator, tabung besi dan 1 kantung paku dengan panjang 5 Cm.
Densus juga menemukan buku-buku dan bendera berwarna hitam. Sementara, dari interogasi sementara, dua terduga teroris itu berencana akan meledakkan lokalisasi Dolly, diskotik, serta pos polisi di Surabaya.
(san)