Korban bom Tentena hidup dengan 6 serpihan bom di tubuh
A
A
A
THIUS (49), korban ledakan bom, di Pasar Tentena, pada 28 Mei 2005, sembilan tahun hidup dengan enam potongan besi serpihan bom di tubuhnya. Enam potongan besi itu, tiga di antaranya berada di pinggul.
Keberadaan potongan potongan besi yang merupakan material bom itu membuatnya merasa sangat kesakitan. Karena rasa sakit dan penderitaannya itu, dia tidak dapat bekerja mencari nafkah dan lebih banyak berbaring di rumah.
Selama sembilan tahun menahan rasa sakit, Thius tidak tahan lagi. Sebab, rasa sakit itu sangat menyiksanya. Namun, untuk operasi pengangkatan dia tidak memiliki uang. Untuk itu, pada awal 2014, dia mengadu ke seorang anggota DPRD Poso yang kemudian membawanya untuk di-rontgen di RSUD Poso.
"Kondisi saya pada saat ini saya merasakan sangat mengganggu sekali dan sangat sakit sekali, karena serpihan yang masih ada di dalam tubuh saya ini. Serpihan itu terjadinya bom di Tentena, pada 28 Mei 2005," ujar Thius, kepada wartawan, Selasa (21/1/2014).
Ditambahkan dia, sebelumnya dia pernah menjalani operasi pengangkatan serpihan bom di Jakarta. Sejak itu, dirinya merasa baikan. Namun, setelah sembilan tahun rasa sakit akibat serpihan itu semakin parah.
"Jadi pada saat ini saya baru merasakan, merasakan sangat sakit. Serpihan yang masih ada di dalam tubuh. Serpihannya ini sesuai dengan hasil rontgen yang ada, serpihan bom ini berarti yang masih ada enam buah serpihan bom. Terdiri dari besi 8 di pinggul kanan ada tiga, di tangan kanan ada tiga," ungkapnya.
Ditambahkan dia, hari ini dia dijadwalkan akan menjalani operasi pengangkatan kembali serpihan bom itu. Saat ini, dia membutuhkan uang Rp10 juta untuk biaya membeli obat sebelum dan sesudah pelaksanaan operasi.
"Sayangnya hingga Senin 20 Januari 2014 sore, uang itu belum didapatkan. Padahal pagi ini saya harus dioperasi. Permohonan bantuan yang disampaikan ke kantor Bupati Poso pun belum ditanggapi dengan alasan masih diproses. Namun tanpa kepastian apakah bantuan itu akan turun atau tidak," tukasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Poso Fredrik Torunde mengatakan, pihaknya menyesalkan lambatnya mendapat informasi bahwa masih ada korban bom Tetena yang masih menyisakan sakit.
"Ternyata masih ada sisa yang belum dapat diangkat oleh tim medis, ada enam potongan besi 8, dan satu potongan paku. Paku empat inci yang masih ada di bagian pantat belakang. Ini menjadi tugas kita secara keseluruhan," tukasnya.
Bom Tentena 2005 adalah sebuah peristiwa ledakan bom, di Pasar Tentena pada 28 Mei 2005. Ledakan ini menewaskan sekira 20 orang dan melukai 50 orang lainnya.
Keberadaan potongan potongan besi yang merupakan material bom itu membuatnya merasa sangat kesakitan. Karena rasa sakit dan penderitaannya itu, dia tidak dapat bekerja mencari nafkah dan lebih banyak berbaring di rumah.
Selama sembilan tahun menahan rasa sakit, Thius tidak tahan lagi. Sebab, rasa sakit itu sangat menyiksanya. Namun, untuk operasi pengangkatan dia tidak memiliki uang. Untuk itu, pada awal 2014, dia mengadu ke seorang anggota DPRD Poso yang kemudian membawanya untuk di-rontgen di RSUD Poso.
"Kondisi saya pada saat ini saya merasakan sangat mengganggu sekali dan sangat sakit sekali, karena serpihan yang masih ada di dalam tubuh saya ini. Serpihan itu terjadinya bom di Tentena, pada 28 Mei 2005," ujar Thius, kepada wartawan, Selasa (21/1/2014).
Ditambahkan dia, sebelumnya dia pernah menjalani operasi pengangkatan serpihan bom di Jakarta. Sejak itu, dirinya merasa baikan. Namun, setelah sembilan tahun rasa sakit akibat serpihan itu semakin parah.
"Jadi pada saat ini saya baru merasakan, merasakan sangat sakit. Serpihan yang masih ada di dalam tubuh. Serpihannya ini sesuai dengan hasil rontgen yang ada, serpihan bom ini berarti yang masih ada enam buah serpihan bom. Terdiri dari besi 8 di pinggul kanan ada tiga, di tangan kanan ada tiga," ungkapnya.
Ditambahkan dia, hari ini dia dijadwalkan akan menjalani operasi pengangkatan kembali serpihan bom itu. Saat ini, dia membutuhkan uang Rp10 juta untuk biaya membeli obat sebelum dan sesudah pelaksanaan operasi.
"Sayangnya hingga Senin 20 Januari 2014 sore, uang itu belum didapatkan. Padahal pagi ini saya harus dioperasi. Permohonan bantuan yang disampaikan ke kantor Bupati Poso pun belum ditanggapi dengan alasan masih diproses. Namun tanpa kepastian apakah bantuan itu akan turun atau tidak," tukasnya.
Sementara itu, anggota DPRD Poso Fredrik Torunde mengatakan, pihaknya menyesalkan lambatnya mendapat informasi bahwa masih ada korban bom Tetena yang masih menyisakan sakit.
"Ternyata masih ada sisa yang belum dapat diangkat oleh tim medis, ada enam potongan besi 8, dan satu potongan paku. Paku empat inci yang masih ada di bagian pantat belakang. Ini menjadi tugas kita secara keseluruhan," tukasnya.
Bom Tentena 2005 adalah sebuah peristiwa ledakan bom, di Pasar Tentena pada 28 Mei 2005. Ledakan ini menewaskan sekira 20 orang dan melukai 50 orang lainnya.
(san)