Awas banjir, debit Sungai Cimanuk naik 200%
A
A
A
Sindonews.com – Ini peringatan bagi warga Garut terutama yang tinggal di kawasan hilir Sungai Cimanuk. Pasalnya, saat ini debit air sungai itu meningkat 200 persen atau sekira 13.500 liter per detik.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut Uu Saefudin mengatakan, peningkatan debit air sungai ini disebabkan oleh tingginya curah hujan selama sepekan terakhir.
“Tadi pagi diukur debit airnya meningkat sebanyak 13.500 liter per detik. Kita melakukan pengukuran di wilayah hulu Sungai Cimanuk,” kata Uu, Senin (20/1/2014).
Uu mengimbau agar setiap penduduk Garut yang tinggal di kawasan hilir Sungai Cimanuk untuk mewaspadai kondisi tersebut. Sebab, tingginya debit air di wilayah hulu akan berpotensi meluap.
“Kalau hujan, warga harus waspada luapan air sungai. Banjir bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Peningkatan debit air juga di antaranya diakibatkan oleh adanya penambahan atau suplai dari anak-anak Sungai Cimanuk,” ujarnya.
Lebih jauh Uu menjelaskan, pontensi luapan air dari sungai akan cukup besar apabila curah hujan turun dengan tidak merata. Sungai Cimanuk ini, kata dia, akan melintasi Sumedang, Majalengka dan bermuara di daerah Pantai Utara Jawa tepatnya di Indramayu.
“Peningkatan debit air ini telah terjadi di sekitar wilayah hulu sungai yang berada di kawasan Kecamatan Cisurupan dan Bayongbong. Debit air terus mengalami peningkatan hingga ke daerah hilir atau kawasan perkotaan Garut. Peningkatan debit air di wilayah hilir ini berasal dari anak sungai Cimanuk,” paparnya.
Pada kondisi normal, debit air Cimanuk hanya mencapai 4.500 liter per detik. Sementara pada musim kemarau debit air hanya mencapai 1.500 liter per detik.
“Air yang berasal dari Cimanuk ini telah dibagi ke saluran irigasi dengan debit 1.540 liter air per detiknya. Air ini digunakan untuk mengairi 870 hektare (ha) lahan pertananian. Khusus musim hujan sekarang, sekira 400 liter air dari lahan pertanian dibuang ke kawasan perkotaan karena cukup banyak,” imbuhnya.
Salah satu wilayah yang selalu menjadi langganan banjir pada 2012 dan 2013 lalu karena luapan air Sungai Cimanuk adalah Kampung Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul.
Seorang warga RT01/13 Kampung Cimacan, Azuk Marzuki (64), meminta agar pemerintah segera merelokasi permukiman mereka.
“Jarak antara rumah dengan sungai sangat dekat, hanya sekira 20 meter saja. Kadang-kadang, tingginya debit air selalu membuat permukaan air sungai dengan dinding pembatas tanah sejajar. Bila airnya dapat melewati dinding itu, rumah warga pasti kebanjiran. Kami berharap, pemerintah melakukan peninjauan untuk dapat melaksanakan relokasi,” tukasnya.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut Uu Saefudin mengatakan, peningkatan debit air sungai ini disebabkan oleh tingginya curah hujan selama sepekan terakhir.
“Tadi pagi diukur debit airnya meningkat sebanyak 13.500 liter per detik. Kita melakukan pengukuran di wilayah hulu Sungai Cimanuk,” kata Uu, Senin (20/1/2014).
Uu mengimbau agar setiap penduduk Garut yang tinggal di kawasan hilir Sungai Cimanuk untuk mewaspadai kondisi tersebut. Sebab, tingginya debit air di wilayah hulu akan berpotensi meluap.
“Kalau hujan, warga harus waspada luapan air sungai. Banjir bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Peningkatan debit air juga di antaranya diakibatkan oleh adanya penambahan atau suplai dari anak-anak Sungai Cimanuk,” ujarnya.
Lebih jauh Uu menjelaskan, pontensi luapan air dari sungai akan cukup besar apabila curah hujan turun dengan tidak merata. Sungai Cimanuk ini, kata dia, akan melintasi Sumedang, Majalengka dan bermuara di daerah Pantai Utara Jawa tepatnya di Indramayu.
“Peningkatan debit air ini telah terjadi di sekitar wilayah hulu sungai yang berada di kawasan Kecamatan Cisurupan dan Bayongbong. Debit air terus mengalami peningkatan hingga ke daerah hilir atau kawasan perkotaan Garut. Peningkatan debit air di wilayah hilir ini berasal dari anak sungai Cimanuk,” paparnya.
Pada kondisi normal, debit air Cimanuk hanya mencapai 4.500 liter per detik. Sementara pada musim kemarau debit air hanya mencapai 1.500 liter per detik.
“Air yang berasal dari Cimanuk ini telah dibagi ke saluran irigasi dengan debit 1.540 liter air per detiknya. Air ini digunakan untuk mengairi 870 hektare (ha) lahan pertananian. Khusus musim hujan sekarang, sekira 400 liter air dari lahan pertanian dibuang ke kawasan perkotaan karena cukup banyak,” imbuhnya.
Salah satu wilayah yang selalu menjadi langganan banjir pada 2012 dan 2013 lalu karena luapan air Sungai Cimanuk adalah Kampung Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul.
Seorang warga RT01/13 Kampung Cimacan, Azuk Marzuki (64), meminta agar pemerintah segera merelokasi permukiman mereka.
“Jarak antara rumah dengan sungai sangat dekat, hanya sekira 20 meter saja. Kadang-kadang, tingginya debit air selalu membuat permukaan air sungai dengan dinding pembatas tanah sejajar. Bila airnya dapat melewati dinding itu, rumah warga pasti kebanjiran. Kami berharap, pemerintah melakukan peninjauan untuk dapat melaksanakan relokasi,” tukasnya.
(lns)