20 penderes nila di Kulonprogo tewas selama 2013
A
A
A
Sindonews.com - Kasus jatuhnya penderes kelapa atau penyadap nira, di Kulonprogo, cukup tinggi. Selama 2013, tercatat ada 42 kasus penderes. Dari 42 kasus itu, 20 orang penderes di antaranya meninggal dunia.
“Memang kecelakaan penderes ini masih tinggi,” ujar kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kulonprogo Eko Pranyoto, kepada wartawan, Rabu (15/1/2014).
Selain 20 meninggal dunia, kecelakaan ini juga menyebabkan enam penderes luka berat, dan 16 luka ringan. Pemkab Kulonprogo sendiri telah mengasuransikan para penderes.
Sehingga, ketika terjadi kasus itu lagi, akan diberikan santunan dengan besaran Rp3 juta untuk korban meninggal dunia, Rp2,5 juta untuk luka ringan, dan Rp7,5 juta untuk luka berat. “Awal 2014 ini sudah ada empat kasus dan ada yang meninggal dunia,” jelasnya.
Diakuinya, risiko jatuh bagi penderes ini cukup tinggi. Setiap hari, seorang penderes harus mengambil nira pada pagi dan sore hari. Padahal, setiap hari ada puluhan pohon yang harus diambil.
Pemkab pernah menawarkan penggunaan alat pengaman. Namun alat ini tidak bisa dipakai, karena penderes cukup kerepotan dan alatnya ribet, serta kurang praktis. Tak ayal, banyak penderes memilih memanjat tanpa alat pengaman.
“Memang kecelakaan penderes ini masih tinggi,” ujar kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kulonprogo Eko Pranyoto, kepada wartawan, Rabu (15/1/2014).
Selain 20 meninggal dunia, kecelakaan ini juga menyebabkan enam penderes luka berat, dan 16 luka ringan. Pemkab Kulonprogo sendiri telah mengasuransikan para penderes.
Sehingga, ketika terjadi kasus itu lagi, akan diberikan santunan dengan besaran Rp3 juta untuk korban meninggal dunia, Rp2,5 juta untuk luka ringan, dan Rp7,5 juta untuk luka berat. “Awal 2014 ini sudah ada empat kasus dan ada yang meninggal dunia,” jelasnya.
Diakuinya, risiko jatuh bagi penderes ini cukup tinggi. Setiap hari, seorang penderes harus mengambil nira pada pagi dan sore hari. Padahal, setiap hari ada puluhan pohon yang harus diambil.
Pemkab pernah menawarkan penggunaan alat pengaman. Namun alat ini tidak bisa dipakai, karena penderes cukup kerepotan dan alatnya ribet, serta kurang praktis. Tak ayal, banyak penderes memilih memanjat tanpa alat pengaman.
(san)