Warga Candisari Prambanan terancam longsoran batu
A
A
A
Sindonews.com - Tebing batu yang berada di Dusun Watu Kangsi, Wukirharjo, Prambanan Sleman mengancam 15 KK Warga Candisari yang berada di bawahnya.
Saat ini tebing batu tersebut mengalami keretakan dengan panjang sekitar lima meter dan lebar satu meter akibat gempa bumi 2006 lalu. Bila terus-terusan tergerus air, dikhawatirkan retakan tebing batu itu akan longsor dan menimpa pemukiman di bawahnya.
Kabid Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Heru Saptono mengimbau warga Dusun Watu Kangsi, Wukirharjo, Prambanan agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan saat hujan dengan intensitas yang tinggi seperti saat ini. Menurut dia, Januari hingga Februari diperkirakan puncak musim penghujan.
“Tebing itu berpotensi longsor jika intensitas hujan di atas 50 mm dan berlangsung sekitar satu jam,” papar Heru di sela-sela peninjauan tebing batu tersebut, Rabu (8/1/2014).
Di bawah tebing batu yang retak tersebut juga tidak ada penyangganya, jika diguyur hujan terus menerus dan berlangsung lebih dari satu jam, meski tidak dengan intensitas tinggi juga dapat menyebabkan tebing batu longsor. Apalagi sekarang retakan tebing batu posisinya mengantung.
"Sebagai antisipasi, agar air tidak menggerus retakan, maka perlu adanya talut penahan,” terangnya.
Ada empat desa yang dinilai Heru terancam longsoran yakni Gayamharjo, Wukirharjo, Sambirejo, Sumberharjo.
Dari jumlah tersebut sedikitnya ada 99 titik yang berpotensi longsor dan mengancam 280 KK. Terdiri dari Gayamharjo 27 KK, Wukirharjo 18 KK, Sambirejo 44 KK dan Sumberharjo 197 KK.
“Pada bulan Desember lalu, di Klumprit II, Wukirharjo sudah terjadi tanah longsor sepanjang 10 meter dengan ketinggian delapan meter dan menimpa rumah warga setempat, Sukarno,” terangnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo meminta kepada BPBD untuk segera melakukan penangganan terhadap masalah tersebut. Termasuk untuk pembangunan talut di sekitar tebing Watu Kangsi, Wukirharjo diharapkan segera dapat dilaksanakan.
“Kalau bisa sebelum Februari talut itu sudah ada,” harapnya.
Sri Purnomo menambahkan, pihaknya juga telah memberikan pelatihan simulasi penanganan bencana tanah longsor. Selain untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, kegiatan tersebut juga sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat terhadap penanggulangan bencana.
Sehingga masyarakat memahami dan dapat meminimalisasi serta mengantisipasi dampak bencana tersebut sejak dini. “Untuk desa Wukirharjo ini juga sudah dideklarasikan sebagai desa siaga bencana,” tandasnya.
Saat ini tebing batu tersebut mengalami keretakan dengan panjang sekitar lima meter dan lebar satu meter akibat gempa bumi 2006 lalu. Bila terus-terusan tergerus air, dikhawatirkan retakan tebing batu itu akan longsor dan menimpa pemukiman di bawahnya.
Kabid Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Heru Saptono mengimbau warga Dusun Watu Kangsi, Wukirharjo, Prambanan agar meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan saat hujan dengan intensitas yang tinggi seperti saat ini. Menurut dia, Januari hingga Februari diperkirakan puncak musim penghujan.
“Tebing itu berpotensi longsor jika intensitas hujan di atas 50 mm dan berlangsung sekitar satu jam,” papar Heru di sela-sela peninjauan tebing batu tersebut, Rabu (8/1/2014).
Di bawah tebing batu yang retak tersebut juga tidak ada penyangganya, jika diguyur hujan terus menerus dan berlangsung lebih dari satu jam, meski tidak dengan intensitas tinggi juga dapat menyebabkan tebing batu longsor. Apalagi sekarang retakan tebing batu posisinya mengantung.
"Sebagai antisipasi, agar air tidak menggerus retakan, maka perlu adanya talut penahan,” terangnya.
Ada empat desa yang dinilai Heru terancam longsoran yakni Gayamharjo, Wukirharjo, Sambirejo, Sumberharjo.
Dari jumlah tersebut sedikitnya ada 99 titik yang berpotensi longsor dan mengancam 280 KK. Terdiri dari Gayamharjo 27 KK, Wukirharjo 18 KK, Sambirejo 44 KK dan Sumberharjo 197 KK.
“Pada bulan Desember lalu, di Klumprit II, Wukirharjo sudah terjadi tanah longsor sepanjang 10 meter dengan ketinggian delapan meter dan menimpa rumah warga setempat, Sukarno,” terangnya.
Bupati Sleman Sri Purnomo meminta kepada BPBD untuk segera melakukan penangganan terhadap masalah tersebut. Termasuk untuk pembangunan talut di sekitar tebing Watu Kangsi, Wukirharjo diharapkan segera dapat dilaksanakan.
“Kalau bisa sebelum Februari talut itu sudah ada,” harapnya.
Sri Purnomo menambahkan, pihaknya juga telah memberikan pelatihan simulasi penanganan bencana tanah longsor. Selain untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana, kegiatan tersebut juga sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat terhadap penanggulangan bencana.
Sehingga masyarakat memahami dan dapat meminimalisasi serta mengantisipasi dampak bencana tersebut sejak dini. “Untuk desa Wukirharjo ini juga sudah dideklarasikan sebagai desa siaga bencana,” tandasnya.
(lns)