Tanggul jebol, 3 desa di Blitar kebanjiran
A
A
A
Sindonews.com - Ratusan rumah warga di tiga desa, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, terendam luapan air sungai desa setempat. Jebolnya tanggul mengakibatkan air menggenangi jalan desa hingga setinggi satu meter.
Air sungai yang bercampur dengan hujan tersebut juga menerobos masuk ke dalam rumah warga hingga ketinggian 25 sentimeter.
Menurut keterangan Wakil Bupati Blitar, Rijanto, yang langsung meninjau lokasi, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam musibah alam ini. "Saat ini kita sedang menangani peristiwa alam ini," ujarnya, Jumat (20/12/2013).
Dari informasi yang dihimpun, banjir terjadi malam hari bersamaan dengan hujan deras. Diduga karena faktor usia, dinding tanggul rengkah dan jebol sepanjang satu meter. Sementara debit air Sungai Ngunut yang terbentengi tanggul sudah melampaui batas normal.
Secara geografis permukiman warga Desa Sutojayan, Desa Kalipang dan Desa Bacem yang terendam air, berada di lokasi daerah aliran sungai. Daratan tempat permukiman berada relatif lebih rendah. Karenanya, ketika sungai meluap, dengan mudah kebanjiran.
Sejumlah warga memilih mengevakuasi diri ke rumah kerabat yang diperkirakan aman dari jangkauan air. Namun tidak sedikit yang bertahan dan hanya menyelamatkan perkakas yang tidak tahan air.
Menurut Rijanto, pemkab menyiapkan Lapangan Brubuh yang berada tidak jauh dari lokasi sebagai pusat evakuasi warga. "Kita sudah menyiapkan semua yang dibutuhkan warga," pungkasnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah, anggota BPBD Kabupaten Blitar, Katidjan, mengatakan, bahwa banjir yang terjadi belum termasuk kategori musibah yang mengkhawatirkan.
"Ini banjir yang rutin terjadi. Setiap musim hujan selalu terjadi demikian. Upaya penanggulangan telah dilakukan," ujarnya.
Menurut analisa Katidjan, banjir lebih disebabkan ketidakmampuan Sungai Ngunut menampung limpahan air. Selain faktor pengendapan (sedimentasi) pada dasar sungai, ada empat anak sungai lain, yakni dari wilayah selatan dan timur, yang membuat Sungai Ngunut tidak berdaya menerima kiriman air.
Sementara di luar itu, kondisi drainase di sekitar daerah aliran sungai, diakui Katidjan tidak berfungsi baik. "Sungai Ngunut sendiri adalah sungai tadah hujan. Karenanya solusi ke depan harus ada pengerukan, termasuk perbaikan drainase," jelasnya.
Sementara mengenai adanya informasi dua rumah warga Desa Maron, Kecamatan Kademangan hilang akibat terjangan banjir, Katidjan mengaku belum menerima laporan.
"Terkait kabar itu kita akan cek secepatnya. Karena sampai kini belum ada laporan yang masuk," pungkasnya.
Air sungai yang bercampur dengan hujan tersebut juga menerobos masuk ke dalam rumah warga hingga ketinggian 25 sentimeter.
Menurut keterangan Wakil Bupati Blitar, Rijanto, yang langsung meninjau lokasi, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam musibah alam ini. "Saat ini kita sedang menangani peristiwa alam ini," ujarnya, Jumat (20/12/2013).
Dari informasi yang dihimpun, banjir terjadi malam hari bersamaan dengan hujan deras. Diduga karena faktor usia, dinding tanggul rengkah dan jebol sepanjang satu meter. Sementara debit air Sungai Ngunut yang terbentengi tanggul sudah melampaui batas normal.
Secara geografis permukiman warga Desa Sutojayan, Desa Kalipang dan Desa Bacem yang terendam air, berada di lokasi daerah aliran sungai. Daratan tempat permukiman berada relatif lebih rendah. Karenanya, ketika sungai meluap, dengan mudah kebanjiran.
Sejumlah warga memilih mengevakuasi diri ke rumah kerabat yang diperkirakan aman dari jangkauan air. Namun tidak sedikit yang bertahan dan hanya menyelamatkan perkakas yang tidak tahan air.
Menurut Rijanto, pemkab menyiapkan Lapangan Brubuh yang berada tidak jauh dari lokasi sebagai pusat evakuasi warga. "Kita sudah menyiapkan semua yang dibutuhkan warga," pungkasnya.
Sementara dikonfirmasi terpisah, anggota BPBD Kabupaten Blitar, Katidjan, mengatakan, bahwa banjir yang terjadi belum termasuk kategori musibah yang mengkhawatirkan.
"Ini banjir yang rutin terjadi. Setiap musim hujan selalu terjadi demikian. Upaya penanggulangan telah dilakukan," ujarnya.
Menurut analisa Katidjan, banjir lebih disebabkan ketidakmampuan Sungai Ngunut menampung limpahan air. Selain faktor pengendapan (sedimentasi) pada dasar sungai, ada empat anak sungai lain, yakni dari wilayah selatan dan timur, yang membuat Sungai Ngunut tidak berdaya menerima kiriman air.
Sementara di luar itu, kondisi drainase di sekitar daerah aliran sungai, diakui Katidjan tidak berfungsi baik. "Sungai Ngunut sendiri adalah sungai tadah hujan. Karenanya solusi ke depan harus ada pengerukan, termasuk perbaikan drainase," jelasnya.
Sementara mengenai adanya informasi dua rumah warga Desa Maron, Kecamatan Kademangan hilang akibat terjangan banjir, Katidjan mengaku belum menerima laporan.
"Terkait kabar itu kita akan cek secepatnya. Karena sampai kini belum ada laporan yang masuk," pungkasnya.
(rsa)