BMKG warning Jateng, BPBD siapkan Rp9 M
A
A
A
Sindonews.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah menyiapkan anggaran Rp9 miliar menyusul “warning” Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebut puncak curah hujan di Jateng terjadi Januari-Februari.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng, Sarwa Pramana, mengatakan, anggaran tersebut akan dibagikan kepada 35 BPBD di Jawa Tengah sebagai antisipasi bencana alam selama musim hujan. Apalagi, daerah-daerah di Jawa Tengah rentan terjadi bencana banjir, longsor, hingga puting beliung.
"Daerah rawan bencana di Jawa Tengah, peringkat pertama ditempati Kabupaten Cilacap. Sedangkan di peringkat kedua ditempati Kabupaten Karanganyar, karena wilayah ini selain sering dilanda banjir karena meluapnya aliran sungai Bengawan Solo juga rentan terjadinya tanah longsor," jelas Sarwa Pramana, di Karanganyar, Rabu (18/12/2013).
Besarnya potensi bencana di Jawa Tengah, mendorong BPBD melakukan koordinasi dengan mengumpulkan satuan penanggulangan bencana di eks Karesidenan Surakarta. Selain memetakan daerah rawan bencana alam yang diperkirakan mengalami pergeseran, BPBD juga diinstruksikan menyiapkan sarana, prasarana, dan personel.
"Kami sudah melakukan 11 langkah untuk mengantisipasi terjadinya bencana dan khusus untuk wilayah eks Karesidenan Surakarta yang perlu diwaspadai adalah luapan dari Bengawan Solo dan tanah longsor," paparnya.
Meluapnya Bengawan Solo, ungkap Sarwa, merupakan salah satu pemicu banjir saat musim hujan yang melanda wilayah Solo, Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen. Selain itu, juga memetakan daerah Klaten yang memiliki 10 aliran sungai yang rawan jebol.
"Wilayah Karesidenan Surakarta yang paling rawan bencana memang Karanganyar," ungkapnya.
Berdasarkan data BPBD Jateng, pada 2012 tercatat 1.003 kejadian bencana alam dengan kerugian senilai Rp159 miliar. Hingga akhir September 2013 tercatat 309 bencana alam.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng, Sarwa Pramana, mengatakan, anggaran tersebut akan dibagikan kepada 35 BPBD di Jawa Tengah sebagai antisipasi bencana alam selama musim hujan. Apalagi, daerah-daerah di Jawa Tengah rentan terjadi bencana banjir, longsor, hingga puting beliung.
"Daerah rawan bencana di Jawa Tengah, peringkat pertama ditempati Kabupaten Cilacap. Sedangkan di peringkat kedua ditempati Kabupaten Karanganyar, karena wilayah ini selain sering dilanda banjir karena meluapnya aliran sungai Bengawan Solo juga rentan terjadinya tanah longsor," jelas Sarwa Pramana, di Karanganyar, Rabu (18/12/2013).
Besarnya potensi bencana di Jawa Tengah, mendorong BPBD melakukan koordinasi dengan mengumpulkan satuan penanggulangan bencana di eks Karesidenan Surakarta. Selain memetakan daerah rawan bencana alam yang diperkirakan mengalami pergeseran, BPBD juga diinstruksikan menyiapkan sarana, prasarana, dan personel.
"Kami sudah melakukan 11 langkah untuk mengantisipasi terjadinya bencana dan khusus untuk wilayah eks Karesidenan Surakarta yang perlu diwaspadai adalah luapan dari Bengawan Solo dan tanah longsor," paparnya.
Meluapnya Bengawan Solo, ungkap Sarwa, merupakan salah satu pemicu banjir saat musim hujan yang melanda wilayah Solo, Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen. Selain itu, juga memetakan daerah Klaten yang memiliki 10 aliran sungai yang rawan jebol.
"Wilayah Karesidenan Surakarta yang paling rawan bencana memang Karanganyar," ungkapnya.
Berdasarkan data BPBD Jateng, pada 2012 tercatat 1.003 kejadian bencana alam dengan kerugian senilai Rp159 miliar. Hingga akhir September 2013 tercatat 309 bencana alam.
(rsa)