Obat mengandung babi biki warga waswas
A
A
A
Sindonews.com - Obat yang diduga mengandung unsur babi disinyalir beredar di Indonesia. Banyak warga yang tidak tahu dan akhirnya merasa waswas, khususnya bagi kaum muslim.
"Saya baru tahu bahwa obat-obat ada yang mengandung unsur babi," kata Ali Sopa (26), karyawan swasta asal Bandung.
Dalam menyikapi persoalan itu, pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus segera mengambil solusi. Berbagai pihak terkait pun harus memiliki visi-misi sejalan untuk melindungi umat muslim. Ia pun mendukung adanya sertifikasi halal untuk obat.
Neneng Ida (25), karyawati bank swasta di Bandung, juga mengaku baru tahu ada obat mengandung unsur babi. Hal itu kini membuatnya waswas jika ingin mengonsumsi obat.
"Saya malah baru tahu, jadi takut juga sekarang," ucapnya. Ia pun sepakat harus ada sertifikasi halal untuk obat. Tak hanya itu, komposisi obat pun harus tercantum jelas, jangan cuma mencantumkan istilah medis yang tidak diketahui publik.
"Kita yang awam mana tahu istilah-istilah (medis) yang mengandung unsur babi," ungkapnya.
Desti Griherliani (28), karyawan swasta di Bandung, juga mengaku tidak tahu ada obat mengandung unsur babi dan mendukung adanya sertifikasi halal obat.
"Selama ini kita tidak tahu ada obat yang mengandung unsur babi. Karena sekarang sudah tahu, jadi harus lebih hati-hati kalau membeli obat," jelasnya.
Soal sertifikasi, ia memberi penekanan agar pemerintah dan pihak terkait menjalankan aturan dengan konsisten. Pengawasan dan sanksi harus dijalankan dengan tegas.
"Selama ini pemerintah belum tegas dalam menerapkan beberapa aturan," tandas Desti.
"Saya baru tahu bahwa obat-obat ada yang mengandung unsur babi," kata Ali Sopa (26), karyawan swasta asal Bandung.
Dalam menyikapi persoalan itu, pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus segera mengambil solusi. Berbagai pihak terkait pun harus memiliki visi-misi sejalan untuk melindungi umat muslim. Ia pun mendukung adanya sertifikasi halal untuk obat.
Neneng Ida (25), karyawati bank swasta di Bandung, juga mengaku baru tahu ada obat mengandung unsur babi. Hal itu kini membuatnya waswas jika ingin mengonsumsi obat.
"Saya malah baru tahu, jadi takut juga sekarang," ucapnya. Ia pun sepakat harus ada sertifikasi halal untuk obat. Tak hanya itu, komposisi obat pun harus tercantum jelas, jangan cuma mencantumkan istilah medis yang tidak diketahui publik.
"Kita yang awam mana tahu istilah-istilah (medis) yang mengandung unsur babi," ungkapnya.
Desti Griherliani (28), karyawan swasta di Bandung, juga mengaku tidak tahu ada obat mengandung unsur babi dan mendukung adanya sertifikasi halal obat.
"Selama ini kita tidak tahu ada obat yang mengandung unsur babi. Karena sekarang sudah tahu, jadi harus lebih hati-hati kalau membeli obat," jelasnya.
Soal sertifikasi, ia memberi penekanan agar pemerintah dan pihak terkait menjalankan aturan dengan konsisten. Pengawasan dan sanksi harus dijalankan dengan tegas.
"Selama ini pemerintah belum tegas dalam menerapkan beberapa aturan," tandas Desti.
(lns)