Tindak kriminalitas masih hantui pariwisata Bali

Kamis, 12 Desember 2013 - 10:10 WIB
Tindak kriminalitas...
Tindak kriminalitas masih hantui pariwisata Bali
A A A
Sindonews.com - Berbagai tindak kejahatan baik yang menempatkan wisatawan asing sebagai korban atau pelaku, menjadi persoalan serius yang dihadapi Bali, sebagai daerah tujuan pariwisata dunia.

Pulau Bali dikenal sampai mancanegara, tak heran bila jutaan turis datang berlibur ke Pulau Seribu Pura setiap tahunnya. Kuta sebagai salah satu daerah tujuan wisata, telah berubah bak kampung turis dengan makin banyaknya wisatawan asing yang berlibur, bahkan tak jarang yang menetap menjadi ekspatriat.

"Bali diminati banyak orang, tidak hanya wisatawan, sampai teroris pun menjadikan Bali sebagai target aksinya," ujar praktisi hukum Simon Nahak dalam sebuah seminar di Kampus Universitas Warmadewa Denpasar, Rabu 11 Desember 2013 malam.

Banyaknya wisatawan, selain mendatangkan gemericiknya dolar, juga tak jarang dimanfaatkan pelaku kejahatan. Tindak pidana pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan lainnya menjadi cerita yang kerap kali didengar dan dialami wisatawan.

Hal ini, kata Simon, menjadi keprihatinan bersama. Sebab jika terus berlangsung akan semakin mencoreng citra pariwisata Bali. Untuk itu, kata dia, perlu ada upaya penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku kejahatan.

Hal sama dirasakan tokoh masyarakat Kuta Wayan Puspanegara, yang menilai problem keamanan dan gangguan kamtibmas sampai saat ini belum mampu terpecahkan secara baik.

Banyak kasus dialami turis yang dilakukan pelaku-pelaku mulai anak-anak sampai dewasa. Bahkan, kecenderungannya angka kejahatan di Kuta dan sekitarnya terus meningkat.

"Kuta telah berkembang demikian cepat, banyak wisatawan dunia di sini yang banyak mengubah kehidupan masyarakat," kata anggota DPRD Badung dalam seminar "Refleksi Akhir Tahun 2013: penegakan hukum kriminalotas dan dampaknya terhadap citra pariwisata Bali".

Dengan perubahan masyarakat yang demikian cepat, akibat banyaknya wistawan asing dan pesatnya industri pariwisata itu, ternyata tidak mampu diantisipasi dengan baik.

Instrumen kepolisian yang sekarang di mana masalah penegakan hukum dan kamtibmas yang hanya ditangani kepolisian setingkat sektor akan sulit diharapkan bisa memberikan jaminan bagi wisatawan asing khususnya.

"Persoalan Kuta ini sangat kompleks, karena banyak warga asing di sini, tidak mampu diimbangi aparat setingkat Polsek. Belum lagi masalah SDM," tukasnya.

Makanya, Puspanegara mengusulkan agar ke depan Kuta atau daerah pariwisata Bali yang memiliki mobilitas wisatawan asing cukup banyak agar instansi kepolisian lebih tinggi wewenangnya sekelas kota metropolitan.

Dengan begitu, setiap potensi, ancaman, gangguan keamanan, dan tindak kejahatan bisa diantisipasi, dan ditangani secara cepat. Masalah keamanan, menjadi kunci utama bagi Bali, sebagai daerah tujuan pariwisata. "Bagaimana kita bisa menciptakan zero criminal, itu kunci utama pariwisata Bali," tuturnya.

Dalam pandangan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sri Wigunawati, justru melihat dampak negatif dengan banyaknya wistawan asing yang tidak diantisipasi oleh pemerintah dan masyarakat.

Dia menyebut, berbagai tindak kejahatan di Bali, tidak hanya menjadikan turis sebagai korban, namun sebaliknya, mereka sebagai pelaku. Kasus pedofilia dengan korban anak-anak di bawah umur, maupun narkoba adalah kasus yang menonjol dan sangat memprihatinkan semua pihak.

Pelaku kejahatan melibatkan orang asing, harus menjadi perhatian semua pihak jika tidak ingin generasi muda di Bali tercerabut dari akar budaya dan sendi-sendi nilai budaya Bali.

"Pariwisata memang telah memberi pendapatan besar bagi Bali, namun jangan sampai itu mengorbankan kepentingan masyarakat dan budaya Bali sendiri yang harus dijaga dengan baik," tutup politikus Golkar itu.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2007 seconds (0.1#10.140)