Sepanjang 2013, Tana Toraja diterjang 37 bencana alam
A
A
A
Sindonews.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Tana Toraja mencatat, sepanjang tahun 2013 sudah 37 kasus bencana alam terjadi di Kabupaten Tana Totraja yang dikenal dengan sebutan Bumi Lakipadada.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD kabupaten Tana Toraja RR Ganepo mengatakan, ada tiga jenis bencana yang melanda Kabupaten Tana Toraja sepanjang 2013, mulai dari tanah longsor, angin puting beliung, dan kebakaran. Untuk tanah longsor, BPBD mencatat ada tujuh kejadian.
Lokasi yang rawan bencana tanah longsor, di antaranya adalah Desa Poton, Kecamatan Bonggokaradeng, Desa Pasang, Kecamatan Makale Selatan, Desa Bau, Kecamatan Bittuang, Desa Raru Sibunuan, Kecamatan Sangalla Utara, dan Desa Topao, Kecamatan Rembon. Sebanyak 85 kepala keluarga dinyatakan menjadi korban bencana ini.
Untuk angin puting beliung, tercatat sebanyak lima kejadian terjadi di Desa Kole Barebatu, Desa Leatung, Desa Buntu Masakke, Desa Sillanan, dan Kelurahan Kamali. Bencana ini telah menimbulkan korban 11 kepala keluarga.
Sementara bencana kebakaran sepanjang tahun 2013, sedikitnya terjadi 25 kejadian dan tersebar di beberapa kecamatan. Di antaranya kecamatan Bonggokaradeng, Mengkendek, Rantetayo, dan Bittuang. Jumlah kepala keluarga yang menjadi korban dalam peristiwa ini sebanyak 40 kepala keluarga.
“Jumlah kejadian bencana itu hasil laporan dan pendataan petugas di lapangan. KK yang menjadi korban bencana pada umumnya mengalami kerugian materil, karena rumah tinggalnya rusak. Belum ada satupun korban meninggal,” ujarnya di Makale, Selasa(10/12/2013).
Dia mengatakan, potensi bencana alam seperti tanah longsor masih menghantui sejumlah wilayah di Kabupaten Tana Toraja, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan yang kondisi tanahnya labil. Apalagi, saat ini kabupaten Tana Toraja memasuki musim hujan.
Untuk mengatasi bencana alam, BPBD Tana Toraja berkoordinasi dengan dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta pemerintah kecamatan, kelurahan, dan desa untuk memantau potensi bencana yang mungkin terjadi saat hujan deras turun.
Masyarakat pun dihimbau untuk segera melaporkan ke BPBD jika di wilayahnya tanda-tanda yang berpotensi menyebabkan bencana sehingga bisa diambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak luas jika bencana terjadi.
“Meski kami terus memantau, namun Informasi potensi bencana sangat kami butuhkan sehingga bisa segera dilakukan upaya untuk mengantisipasi dampak dari bencana,” ujarnya.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) kabupaten Tana Toraja, Heasrim Siama menyatakan pihaknya sudah memberikan bantuan tanggap darurat bagi KK yang menjadi korban dari kejadian bencana yang terjadi sepanjang tahun 2013.
Dinsosnakertrans juga terus berkoordinasi dengan BPBD Tana Toraja terkait potensi bencana alam yang kemungkinan akan melanda sejumlah wilayah di daerahnya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPBD kabupaten Tana Toraja RR Ganepo mengatakan, ada tiga jenis bencana yang melanda Kabupaten Tana Toraja sepanjang 2013, mulai dari tanah longsor, angin puting beliung, dan kebakaran. Untuk tanah longsor, BPBD mencatat ada tujuh kejadian.
Lokasi yang rawan bencana tanah longsor, di antaranya adalah Desa Poton, Kecamatan Bonggokaradeng, Desa Pasang, Kecamatan Makale Selatan, Desa Bau, Kecamatan Bittuang, Desa Raru Sibunuan, Kecamatan Sangalla Utara, dan Desa Topao, Kecamatan Rembon. Sebanyak 85 kepala keluarga dinyatakan menjadi korban bencana ini.
Untuk angin puting beliung, tercatat sebanyak lima kejadian terjadi di Desa Kole Barebatu, Desa Leatung, Desa Buntu Masakke, Desa Sillanan, dan Kelurahan Kamali. Bencana ini telah menimbulkan korban 11 kepala keluarga.
Sementara bencana kebakaran sepanjang tahun 2013, sedikitnya terjadi 25 kejadian dan tersebar di beberapa kecamatan. Di antaranya kecamatan Bonggokaradeng, Mengkendek, Rantetayo, dan Bittuang. Jumlah kepala keluarga yang menjadi korban dalam peristiwa ini sebanyak 40 kepala keluarga.
“Jumlah kejadian bencana itu hasil laporan dan pendataan petugas di lapangan. KK yang menjadi korban bencana pada umumnya mengalami kerugian materil, karena rumah tinggalnya rusak. Belum ada satupun korban meninggal,” ujarnya di Makale, Selasa(10/12/2013).
Dia mengatakan, potensi bencana alam seperti tanah longsor masih menghantui sejumlah wilayah di Kabupaten Tana Toraja, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan yang kondisi tanahnya labil. Apalagi, saat ini kabupaten Tana Toraja memasuki musim hujan.
Untuk mengatasi bencana alam, BPBD Tana Toraja berkoordinasi dengan dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta pemerintah kecamatan, kelurahan, dan desa untuk memantau potensi bencana yang mungkin terjadi saat hujan deras turun.
Masyarakat pun dihimbau untuk segera melaporkan ke BPBD jika di wilayahnya tanda-tanda yang berpotensi menyebabkan bencana sehingga bisa diambil langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak luas jika bencana terjadi.
“Meski kami terus memantau, namun Informasi potensi bencana sangat kami butuhkan sehingga bisa segera dilakukan upaya untuk mengantisipasi dampak dari bencana,” ujarnya.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) kabupaten Tana Toraja, Heasrim Siama menyatakan pihaknya sudah memberikan bantuan tanggap darurat bagi KK yang menjadi korban dari kejadian bencana yang terjadi sepanjang tahun 2013.
Dinsosnakertrans juga terus berkoordinasi dengan BPBD Tana Toraja terkait potensi bencana alam yang kemungkinan akan melanda sejumlah wilayah di daerahnya.
(san)