Dampak tambang batu bara, sekolah terendam banjir
A
A
A
Sindonews.com - Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 19 Samarinda terendam banjir setiap kali turun hujan. Hal itu merupakan dampak dari tambang batu bara di Samarinda. Padahal, genangan air itu mengganggu proses belajar mengajar.
Solusi jangka pendek yang bisa dilaksanakan saat ini adalah memindahkan sekolah tersebut ke lokasi baru yang bebas banjir.
Kepala Sekolah SMPN 19 Samarinda, Syahrul mengatakan, sekolahnya yang terletak di kilometer 37, Jalan poros Samarinda-Bontang itu kini rentan kebanjiran. Setiap hujan turun, air menggenangi sekolah hingga ke dalam kelas.
“Hujan turun dalam beberapa hari terakhir membuat sekolah kami tenggelam. Siswa tidak diliburkan, hanya saja lebih cepat dipulangkan,” kata Syahrul, Rabu (4/12/2013).
Dia menjelaskan, selain tergenang air, banjir yang datang juga membawa sedimentasi lumpur. Sehingga, jika hujan turun saat jam sekolah, siswa terpaksa membersihkan kelas dari sedimentasi itu.
“Ada dua perusahaan tambang di sekitar sekolah yakni PT Lana Harita Indonesia dan PT Buana Rizky Armia. Keduanya berkontribusi mengirim air saat hujan, namun untuk lumpur paling banyak dari PT Lana Harita,” katanya.
Syahrul juga khawatir dengan siswanya yang akan mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN). Jika tidak ada solusi jangka pendek secepatnya, dia khawatir akan mengganggu persiapan dan pelaksanaan UAN itu.
“Kalau kegiatan belajar seperti hari biasa masih bisa dilakukan meski hujan dan banjir kerap terjadi. Tapi kalau untuk persiapan dan pelaksanaan UAN tak bisa dilakukan, kasihan siswa,” tambahnya.
Usulan pemindahan sekolah sudah disampaikan ke Pemerintah Kota Samarinda. Tidak hanya itu, DPRD Samarinda juga sudah bereaksi dengan menuntut tanggung jawab dua perusahaan tambang tersebut.
Solusi jangka pendek yang bisa dilaksanakan saat ini adalah memindahkan sekolah tersebut ke lokasi baru yang bebas banjir.
Kepala Sekolah SMPN 19 Samarinda, Syahrul mengatakan, sekolahnya yang terletak di kilometer 37, Jalan poros Samarinda-Bontang itu kini rentan kebanjiran. Setiap hujan turun, air menggenangi sekolah hingga ke dalam kelas.
“Hujan turun dalam beberapa hari terakhir membuat sekolah kami tenggelam. Siswa tidak diliburkan, hanya saja lebih cepat dipulangkan,” kata Syahrul, Rabu (4/12/2013).
Dia menjelaskan, selain tergenang air, banjir yang datang juga membawa sedimentasi lumpur. Sehingga, jika hujan turun saat jam sekolah, siswa terpaksa membersihkan kelas dari sedimentasi itu.
“Ada dua perusahaan tambang di sekitar sekolah yakni PT Lana Harita Indonesia dan PT Buana Rizky Armia. Keduanya berkontribusi mengirim air saat hujan, namun untuk lumpur paling banyak dari PT Lana Harita,” katanya.
Syahrul juga khawatir dengan siswanya yang akan mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN). Jika tidak ada solusi jangka pendek secepatnya, dia khawatir akan mengganggu persiapan dan pelaksanaan UAN itu.
“Kalau kegiatan belajar seperti hari biasa masih bisa dilakukan meski hujan dan banjir kerap terjadi. Tapi kalau untuk persiapan dan pelaksanaan UAN tak bisa dilakukan, kasihan siswa,” tambahnya.
Usulan pemindahan sekolah sudah disampaikan ke Pemerintah Kota Samarinda. Tidak hanya itu, DPRD Samarinda juga sudah bereaksi dengan menuntut tanggung jawab dua perusahaan tambang tersebut.
(lns)