222 replika masjid pecahkan rekor IBOR
A
A
A
Sindonews.com - Banyak cara dilakukan untuk mengasah kreatifitas para siswa. Seperti yang dilakukan siswa SMAN 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan dalam memanfaatkan limbah kertas koran.
Kreasi unik siswa kelas X membuat replika masjid ini bahkan mampu menembus rekor Indonesia Book of Records (IBOR). Ini setelah 222 replika masjid bisa terselesaikan dalam tempo tiga bulan atau selama masa jam mata pelajaran seni dan budaya.
Sebanyak 222 replika masjid karya siswa tersebut dipamerkan di halaman sekolah dalam rangka peringatan Hari Guru dan ulang tahun SMAN 1 Kejayan ke 22 tahun.
Replika ini ditiru dari berbagai masjid berarsitektur Jawa, Eropa dan Timur Tengah. Selain masjid, ada beberapa replika gereja yang dibuat oleh siswa yang beragama Kristen-Katholik.
Menurut Edi Santoso, guru Seni dan Budaya SMAN 1 Kejayan, para siswa memberikan kebebasan untuk membuat model replika masjid. Mereka bisa mencontoh model arsitektur masjid dari berbagai belahan dunia melalui internet. Dengan bahan dasar limbah kertas koran yang dilinting menyerupai pipa, kemudian disusun membentuk konstruksi masjid lengkap dengan aksesoris kubah dan menara.
"Kami ingin mengajak siswa untuk berfikir kreatif, salah satunya dengan pembuatan replika masjid. Dengan bahan dasar limbah kertas koran yang dilinting, dibentuk replika masjid dengan berbagai model arsitektur," kata Edi Santoso.
Pemilihan tema replika masjid ini sekaligus untuk memperingati tahun baru Islam. Sementara jumlah 222 ini berasal dari usia sekolah yang saat ini telah mencapai 22 tahun. Untuk memenuhi angka tersebut, setiap siswa diwajibkan untuk membuat karyanya sendiri.
"Replika masjid ini hanya sebagai stimulan agar siswa bisa berbuat dan mengembangkan kreatifitasnya dengan memanfaatkan limbah kertas koran. Jika dilakukan dengan lebih baik, tentu akan memiliki nilai ekonomis," tandas Edi Santoso.
Hasil karya siswa ini tak luput dari perhatian Indonesia Book of Records (IBOR) yang memberikan piagam Rekor Indonesia 2013 untuk ketiga kalinya. Dua penghargaan serupa diraih atas pembuatan replika 178 candi pada November 2011 dan 200 candi pada November 2012.
Yulia Dewi Urifah, salah seorang siswi kelas X IPA 1, mengungkapkan, tingkat kesulitan dalam pembuatan replika terletak pada penataan lintingan kertas hingga membentuk konstruksi bangunan. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian agar konstruksi bangunan tersusun menyerupai bentuk aslinya.
Kreasi unik siswa kelas X membuat replika masjid ini bahkan mampu menembus rekor Indonesia Book of Records (IBOR). Ini setelah 222 replika masjid bisa terselesaikan dalam tempo tiga bulan atau selama masa jam mata pelajaran seni dan budaya.
Sebanyak 222 replika masjid karya siswa tersebut dipamerkan di halaman sekolah dalam rangka peringatan Hari Guru dan ulang tahun SMAN 1 Kejayan ke 22 tahun.
Replika ini ditiru dari berbagai masjid berarsitektur Jawa, Eropa dan Timur Tengah. Selain masjid, ada beberapa replika gereja yang dibuat oleh siswa yang beragama Kristen-Katholik.
Menurut Edi Santoso, guru Seni dan Budaya SMAN 1 Kejayan, para siswa memberikan kebebasan untuk membuat model replika masjid. Mereka bisa mencontoh model arsitektur masjid dari berbagai belahan dunia melalui internet. Dengan bahan dasar limbah kertas koran yang dilinting menyerupai pipa, kemudian disusun membentuk konstruksi masjid lengkap dengan aksesoris kubah dan menara.
"Kami ingin mengajak siswa untuk berfikir kreatif, salah satunya dengan pembuatan replika masjid. Dengan bahan dasar limbah kertas koran yang dilinting, dibentuk replika masjid dengan berbagai model arsitektur," kata Edi Santoso.
Pemilihan tema replika masjid ini sekaligus untuk memperingati tahun baru Islam. Sementara jumlah 222 ini berasal dari usia sekolah yang saat ini telah mencapai 22 tahun. Untuk memenuhi angka tersebut, setiap siswa diwajibkan untuk membuat karyanya sendiri.
"Replika masjid ini hanya sebagai stimulan agar siswa bisa berbuat dan mengembangkan kreatifitasnya dengan memanfaatkan limbah kertas koran. Jika dilakukan dengan lebih baik, tentu akan memiliki nilai ekonomis," tandas Edi Santoso.
Hasil karya siswa ini tak luput dari perhatian Indonesia Book of Records (IBOR) yang memberikan piagam Rekor Indonesia 2013 untuk ketiga kalinya. Dua penghargaan serupa diraih atas pembuatan replika 178 candi pada November 2011 dan 200 candi pada November 2012.
Yulia Dewi Urifah, salah seorang siswi kelas X IPA 1, mengungkapkan, tingkat kesulitan dalam pembuatan replika terletak pada penataan lintingan kertas hingga membentuk konstruksi bangunan. Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian agar konstruksi bangunan tersusun menyerupai bentuk aslinya.
(lns)