Banjir bandang di Mamuju, korban mulai dievakuasi

Minggu, 24 November 2013 - 18:08 WIB
Banjir bandang di Mamuju,...
Banjir bandang di Mamuju, korban mulai dievakuasi
A A A
Sindonews.com - Cuaca cerah akhirnya membuka Desa Salulebo, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), dari semua arah.

Seluruh bantuan langsung masuk ke lokasi dan didistribusikan ke delapan dusun. Tim juga turun mengevakuasi 1.143 jiwa yang terisolasi sejak Senin, 18 November 2013, dibantu aparat desa dan dusun.

Mereka semua keluar dari pengungsian, tidak ada korban jiwa, tapi ada pasien total sebanyak 89 orang, seorang diantaranya harus dirujuk ke rumah sakit di Makassar.

Rata-rata balita dan manula terserang penyakit grastitis yaitu peradangan atau pembengkakan lapisan lambung, maag, dan cacar air. Tim medis Pemkab Mateng dibantu oleh Tim Bantuan Medis (TBM) Calcaneus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, dan Arteria FK Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu Sulawesi Tengah.

Salah seorang tim medis Unisa, Palu, yang identitasnya enggan dikorankan menyebutkan, warga yang terserang penyakit grastitis dan maag disebabkan oleh makanan tidak teratur dan mentah. Sedang cacar air disebabkan kondisi lembab. Mereka berasal dari dusun Batu Papan, Batu Dinding, Salu Nusu, Batu Tangnga, Persamaian, Tanete Ballang dan Salulebo.

Seluruh tim medis menyusuri delapan dusun dengan jalan kaki. Mereka ditemani SARDA Sulawesi Barat, BPBD Sulawesi Barat, Tagana Sulawesi Barat, Pemkab Mateng dan sejumlah LSM.

Seorang tokoh masyarakat Mateng Aco Mulyadi, mengatakan, warga yang terisolasi itu memakan makanan apa adanya. Mulai buah-buahan hingga daun. "Mereka berusaha keras bertahan hidup. Beruntung Desa Salulebo' secara umum memiliki kekayaan berlimpah. Selama satu minggu mereka tidak memakan nasi, jagung ataupun ubi. Hanya buah-buahan dan dedaunan," katanya di sela-sela rehat menuju Dusun Batu Papan, Sabtu, 23 November 2013.

Kerja medis maraton dan dibagi tiga tim. Dusun Batu Papan ini, tim pertama pada pagi hari mengobati 13 pasien. kemudian mereka melanjutkan ke dusun Batu Dinding. Tim medis kedua mengobati 25 pasien. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Dusun Salu Nusu.

Malam harinya, tim medis ketiga tiba dan mengobati 15 pasien. Kemudian melanjutkan ke Dusun Batu Tangnga. Dusun Batu Papan merupakan wilayah terdekat di Dusun Salulebo', ibu kota Dusun Salulebo. Tim yang mendampingi medis kemudian membuka posko. Dan menyalurkan bantuan.

Di Dusun Batu Tangnga, beberapa warga harus berjalan kaki sepanjang tujuh kilometer hingga ke posko. Mereka umumnya yang bermukin di ujung dusun dan baru keluar dari pengungsian. "Cukup berat memang menyalurkan bantuan, karena kondisi lapangannya luar biasa. Butuh fisik ekstra. Sekarang saja di Dusun Batu Papan mulai kekurangan makanan. Padahal tim belum sampai di Dusun Tanete Ballang," katanya.

Ada kondisi memiriskan, dimana hanya warga yang terdata yang mendapat bantuan. Kemudian persediaan makanan bagi tim medis dan penyelamat lain menipis. Kepala BPBD Sulawesi Barat Darno Madjid mengatakan, pihaknya sudah bekerja maksimal dengan menurunkan seluruh kekuatan personel dan peralatan. Bersama Pemkab Mateng dia menyusuri hingga ke pedalaman wilayah.

"Memang belum semua bisa mendapat bantuan makanan. Tetapi paling tidak, Desa Salulebo sudah terbuka dulu. Ini tidak bisa tidak saya katakan bahwa Saya sudah diperintahkan gubernur untuk menyalurkan bantuan ke warga Desa Salulebo apapun rintangannya. Sebab mereka sudah terisolasi selama satu minggu," katanya, Minggu (24/11/2013).

Dari posko induk di Kecamatan Tobadak IV, ada dua sungai masing masing selebar 300 meter untuk menuju Desa Salulebo. Selama ini sungai itu meluap-luap, tapi sejak hari Sabtu cukup tenang. Kondisi ini dimanfaatkan seluruh tim untuk menuju lokasi bencana. Dan hingga berita ini disusun, cuaca secara umum di Mamuju cerah. Seluruh tim provinsi kemudian ditarik dan kembali ke Mamuju.

Salah seorang warga Desa Salulebo Sukirman mengatakan, bencana ini peringatan. Yang utama adalah ada Desa Salulebo di Indonesia. "Kami memang di wilayah terpencil dan tidak mengetahui perkembangan di luar. Kami sudah biasa gelap dan makan apa adanya. Terima kasih ada bantuan dan perhatian," tutur pria asal jawa berusia 65 tahun ini.

Demikian juga di Kecamatan Karossa. Kondisi berangsur pulih dan sejumlah petugas dari provinsi ditarik. Dikawasan ini bantuan lebih mudah disalurkan. Warga pun perlahan kembali beraktivitas. Meski seorang korban hilang, Rahma (3), belum juga ditemukan.
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8058 seconds (0.1#10.140)