Hujan, demo buruh bubar
Hujan, demo buruh bubar
A
A
A
Sindonews.com - Demonstrasi ratusan buruh di depan Gedung Grahadi, Surabaya terpaksa harus bubar. Demo menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) 2014 ini bukan dibubarkan oleh aparat keamanan, tapi karena tiba-tiba hunan deras.
Pantauan di lokasi, para buruh ini menggelar demo sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu ratusan buruh yang gabung dalam Federasi Serikat Buruh Madani (FSBM) menuntut kenaikan UMK sebebar Rp3 Juta. Aksi para buruh ini mendapat penjagaan ketat dari aparat kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Surabaya.
Sambil berorasi para buruh ini juga membentangkan sejumlah spanduk dan poster berisi tuntutan kenaikan UMK.
"Angka UMK Rp3 juta harga mati. Jika tidak maka pada 19-21 November kami akan datang dengan massa lebih besar dan menduduki Grahadi, serta melakukan mogok daerah," ujar koordinator aksi, Vidi Reza, di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (5/11/2013).
Para buruh juga meminta agar Gubernur Jawa Timur tidak menyepakatai UMK Surabaya sebesar Rp2,2 Juta. Sebab, angka tersebut dianggap masih tidak layak untuk buruh di Kota Surabaya.
"Meski Apindo juga keberatan, tapi kami berharap gubernur tidak mendengarkan dan tetap menyetujui kenaikan UMK hingga 50 persen," tandasnya.
Sekitar 30 menit para buruh ini berorasi, tiba-tiba kota Surabaya diguyur hujan deras. Kontan saja, baik polisi maupun buruh langsung 'bubar' untuk mencari tempat berteduh.
Sejumlah buruh tampak harus menutupi peralatan sound sistem agar terhindar dari guyuran air hujan.
Sementara itu, informasi dari Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Pemprov Jatim sampai hari ini, tercatat masih ada empat daerah di Jatim yang belum mengusulkan UMK.
Sedangkan, 34 daerah lainnya sudah. Sesuai peraturan berlaku, penetapan UMK 2014 akan diumumkan pada 21 November 2013 atau 40 hari sebelum UMK baru mulai resmi diberlakukan.
Pantauan di lokasi, para buruh ini menggelar demo sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu ratusan buruh yang gabung dalam Federasi Serikat Buruh Madani (FSBM) menuntut kenaikan UMK sebebar Rp3 Juta. Aksi para buruh ini mendapat penjagaan ketat dari aparat kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Surabaya.
Sambil berorasi para buruh ini juga membentangkan sejumlah spanduk dan poster berisi tuntutan kenaikan UMK.
"Angka UMK Rp3 juta harga mati. Jika tidak maka pada 19-21 November kami akan datang dengan massa lebih besar dan menduduki Grahadi, serta melakukan mogok daerah," ujar koordinator aksi, Vidi Reza, di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (5/11/2013).
Para buruh juga meminta agar Gubernur Jawa Timur tidak menyepakatai UMK Surabaya sebesar Rp2,2 Juta. Sebab, angka tersebut dianggap masih tidak layak untuk buruh di Kota Surabaya.
"Meski Apindo juga keberatan, tapi kami berharap gubernur tidak mendengarkan dan tetap menyetujui kenaikan UMK hingga 50 persen," tandasnya.
Sekitar 30 menit para buruh ini berorasi, tiba-tiba kota Surabaya diguyur hujan deras. Kontan saja, baik polisi maupun buruh langsung 'bubar' untuk mencari tempat berteduh.
Sejumlah buruh tampak harus menutupi peralatan sound sistem agar terhindar dari guyuran air hujan.
Sementara itu, informasi dari Dinas Tenaga Kerja dan Kependudukan Pemprov Jatim sampai hari ini, tercatat masih ada empat daerah di Jatim yang belum mengusulkan UMK.
Sedangkan, 34 daerah lainnya sudah. Sesuai peraturan berlaku, penetapan UMK 2014 akan diumumkan pada 21 November 2013 atau 40 hari sebelum UMK baru mulai resmi diberlakukan.
(lns)
Explore More