Kisah anak putus sekolah yang fasih 4 bahasa asing

Senin, 11 November 2013 - 14:54 WIB
Kisah anak putus sekolah...
Kisah anak putus sekolah yang fasih 4 bahasa asing
A A A
Sindonews.com - Pemberitaan media tentang kecerdesaan istimewa yang dimiliki Muhammad Rizki Ramadan (10), warga Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mencuri perhatian pemerintah setempat.

Pada Minggu malam, Bupati Agam, Indra Catri, beserta sejumlah perangkat daerah dan puluhan warga, bertandang ke rumah orangtua Rizki di Jorong Lurah, Surau Barangjuang, Kenagarian Kubang Putiah, Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam.

Bupati memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Agam untuk mendalami potensi yang dimiliki serta mencari pola pendidikan yang cocok untuk Rizki. Menurut Indra, Pemda Agam berkewajiban memfasilitasi agar Rizki sekolah lagi di sekolah khusus anak-anak cerdas.

Untuk menentukan nasib kelanjutan pendidikan Rizki, dalam waktu dekat Dinas Pendidikan bakal melakukan tes psikologi.

“Tes psikologi dulu supaya tidak salah langkah, makanya saya buru-buru melihat kondisinya agar tahu langkah apa yang akan diambil. Apakah kategorinya superior atasu superior khusus, ini juga harus dicermati,” ujarnya.

Dia pun memaklumi keputusan SD Negeri Cangkiang yang hanya hanya mengizinkan Rizki mengenyam pendidikan selama enam bulan di sana. Saat itu Rizki terdaftar sebagai siswa kelas satu, dan usianya masih tujuh tahun.

“Karena mungkin di sekolah tempat anaknya sekolah dulu, guru yang khusus memahami karakter Rizki tidak ada,” katanya.

Sementara itu, orangtua berharap Rizki dapat melanjutkan pendidikan setelah tiga tahun putus sekolah. Berbagai pihak telah menghubungi keluarga, menyatakan peduli akan kelanjutan pendidikannya. “Kepedulian banyak datang, ada dari perguruan tinggi, psikologi, dan warga di Sumatera Barat,” terang Armadanis, ibunda Rizki.

Kendati begitu, keluarga sepakat menyerahkan penanganan pendidikan Rizki kepada pemerintah setempat. Bahkan bila Rizki harus belajar di luar Agam, keluarga tidak mempersoalkan asal tetap diizinkan mendampingi.

“Kami ingin sekali Rizki maju. Kalau Rizki harus disekolahkan ke luar daerah, kami setuju tapi kami temani dulu, karena melepasnya sendirian kami belum sanggup,” aku Armadanis.

Diketahui, bungsu dari pasangan Mayunis dan Armadanis itu dikeluarkan dari sekolahnya pada 2010. Pihak sekolah menganggap Rizki mengganggu proses belajar mengajar, karena dia bisa marah bila guru menerangkan pelajaran lebih dari sekali. Padahal, teman-teman kelasnya belum semua mengerti pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Selama tiga tahun setelah putus sekolah, Rizki hanya bermain di rumah. Rizki fasih berbahasa Inggris, India, Mandarin, dan Malaysia yang dipelajarinya secara otodidak. Selain gemar menonton pertandingan bola, bocah tersebut juga tak melewatkan pemberitaan di televisi.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0965 seconds (0.1#10.140)