Meski sepi penumpang, tetap bertahan
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kota Solo terus mempertahankan proyek wisata transportasi yang ada. Wisata transportasi terus dikembangkan meskipun saat ini peminatnya menurun.
Sejak beberapa tahun lalu Pemkot Solo mengembangkan wisata transportasi yang terdiri dari Sepur Kluthuk Jaladara, Bus Tingkat Werkudara serta Railbus Bathara Kresna.
Akan tetapi dalam perjalanannya, tiga moda transportasi yang dipakai untuk wisata tersebut belum sepenuhnya diminati oleh masyarakat.
Hal tersebut diakui oleh Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedrajad. Ia mengakui jika moda transportasi tersebut belum mampu jalan terus secara konstan.
Moda transportasi itu bergerak jika ada peminat yang ingin mencarter untuk keliling kota. Itupun tidak setiap hari ada orang atau biro wisata yang mencarternya.
Dari tiga transportasi itu yang paling sepi peminatnya adalah Sepur Kluthuk Jaladara. Sepinya peminat ini lantaran mahalnya biaya sewa untuk menggunakan kereta uap buatan abad ke-19 itu, yakni lebih sekitar Rp1,8 juta. Sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa menaiki kereta tersebut.
Akan tetapi meskipun sepi peminat, pihaknya mengaku bakal terus mempertahankan kereta uap tersebut. pasalnya kereta itu merupakan salah satu kereta uap yang masih beroperasi di dunia. Tidak hanya itu, rel yang digunakan oleh kereta uap tersebut merupakan rel dalam kota yang juga tidak dimiliki oleh kota-kota lain yang ada di dunia.
“Bagaimanapun itu harus dipertahankan, itu semua adalah bagian dari peninggalan sejarah yang harus dilestarikan. Di seluruh dunia hanya ada beberapa kota yang memiliki kereta uap seperti ini,” ujar pria yang akrab disapa Herman tersebut.
Meskipun demikian pihaknya yakin, ke depannya kereta dan bus tersebut bakal diminati oleh masyarakat. Selain itu transportasi wisata itu bakal menjadi tujuan utama turis untuk datang ke Solo.
Sementara itu, Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Widdi Srihanto, menyebutkan pihaknya sudah berjuang keras untuk mempromosikan transportasi wisata itu di kalangan masyarakat. Akan tetapi promosi tersebut belum mampu mengangkat jumlah peminat transportasi tersebut.
Sejak beberapa tahun lalu Pemkot Solo mengembangkan wisata transportasi yang terdiri dari Sepur Kluthuk Jaladara, Bus Tingkat Werkudara serta Railbus Bathara Kresna.
Akan tetapi dalam perjalanannya, tiga moda transportasi yang dipakai untuk wisata tersebut belum sepenuhnya diminati oleh masyarakat.
Hal tersebut diakui oleh Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedrajad. Ia mengakui jika moda transportasi tersebut belum mampu jalan terus secara konstan.
Moda transportasi itu bergerak jika ada peminat yang ingin mencarter untuk keliling kota. Itupun tidak setiap hari ada orang atau biro wisata yang mencarternya.
Dari tiga transportasi itu yang paling sepi peminatnya adalah Sepur Kluthuk Jaladara. Sepinya peminat ini lantaran mahalnya biaya sewa untuk menggunakan kereta uap buatan abad ke-19 itu, yakni lebih sekitar Rp1,8 juta. Sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa menaiki kereta tersebut.
Akan tetapi meskipun sepi peminat, pihaknya mengaku bakal terus mempertahankan kereta uap tersebut. pasalnya kereta itu merupakan salah satu kereta uap yang masih beroperasi di dunia. Tidak hanya itu, rel yang digunakan oleh kereta uap tersebut merupakan rel dalam kota yang juga tidak dimiliki oleh kota-kota lain yang ada di dunia.
“Bagaimanapun itu harus dipertahankan, itu semua adalah bagian dari peninggalan sejarah yang harus dilestarikan. Di seluruh dunia hanya ada beberapa kota yang memiliki kereta uap seperti ini,” ujar pria yang akrab disapa Herman tersebut.
Meskipun demikian pihaknya yakin, ke depannya kereta dan bus tersebut bakal diminati oleh masyarakat. Selain itu transportasi wisata itu bakal menjadi tujuan utama turis untuk datang ke Solo.
Sementara itu, Kepala Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Widdi Srihanto, menyebutkan pihaknya sudah berjuang keras untuk mempromosikan transportasi wisata itu di kalangan masyarakat. Akan tetapi promosi tersebut belum mampu mengangkat jumlah peminat transportasi tersebut.
(lns)