Ratusan hektare lahan pertanian diserang tikus
A
A
A
Sindonews.com - Hama tikus mulai menyerang ratusan hektare lahan pertanian yang ada di Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Jika tidak segera diantisipasi, dikhawatirkan akan terjadi penurunan produksi atau gagal panen seiring serangan hewan pengerat tersebut.
Salah seorang petani Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Agung SR mengatakan hama tikus mulai menyerang lahan pertanian di wilayahnya setelah turun hujan awal pekan ini.
Hewan pengerat tersebut merusak tanaman padi para petani yang baru berumur 40 hari.
"Akibat diserang tikus ranting tanaman padi banyak yang putus dan warnanya kemerahan," kata Agung yang juga Ketua Kelompok Tani Subur Makmur II ini, di Kudus, Jumat (18/10/2013).
Lahan pertanian di Desa Gondoharum seluas 170 hektar. Sebagian besar ditanami padi, dan sisanya tanaman jagung.
Menurut Agung, upaya menekan hama tikus dengan cara gropyokan (memburu tikus beramai-ramai) atau dengan obat tidak akan efektif. Sebab areal lahan pertanian yang diserang sangat luas.
Selain itu, jumlah tikus yang menyerang juga banyak. Oleh karena itu, menurut Agung cara yang efektif yakni dengan melakukan penyetruman
listrik atau pengembangbiakan burung hantu (Tyto Alba).
Untuk penyetruman listrik, terkendala minimnya jaringan listrik di areal lahan pertanian.
Berdasarkan pengalaman di daerah lain penyetruman acapkali juga memakan korban nyawa manusia yang melintas di areal pertanian tersebut.
"Makanya menurut kami yang paling efektif dengan burung hantu. Kami berharap pemkab bisa membantu mengatasi persoalan ini," jelasnya.
Dalam hitungan Agung, masih ada waktu sekitar dua bulanan untuk mengatasi hama tikus ini. Sebab jika tidak, maka produktivitas tanaman padi para petani bisa menurun 50 persen lebih.
Tiap satu hektare lahan biasanya 1,2 ton padi. "Tapi kalau serangan tikusnya sangat parah bisa jadi malah terjadi gagal panen," ucapnya.
Wakil Ketua DPRD Kudus, M Khabsyin mengatakan pihaknya banyak mendengar aduan dari para petani terkait maraknya serangan hama tikus dalam beberapa hari terakhir.
Pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Pemkab Kudus untuk mengatasi persoalan ini.
"Jangan sampai terjadi gagal panen hanya gara-gara tikus. Kudus itu salah satu daerah penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah," papar politikus PKB ini.
Khabsyin menilai upaya pengembangbiakan burung hantu (Tyto Alba) layak
dikembangkan di Kudus. Setelah dikembangbiakkan, perlu adanya upaya lanjutan untuk melindungi burung hantu itu.
Menurutnya,populasi burung hantu menurun drastis karena diburu oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab.
"Nanti bisa saja dibuat Peraturan Bupati (Perbup). Isinya semisal adanya sanksi bagi warga yang membunuh burung hantu," tandasnya.
Salah seorang petani Desa Gondoharum, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Agung SR mengatakan hama tikus mulai menyerang lahan pertanian di wilayahnya setelah turun hujan awal pekan ini.
Hewan pengerat tersebut merusak tanaman padi para petani yang baru berumur 40 hari.
"Akibat diserang tikus ranting tanaman padi banyak yang putus dan warnanya kemerahan," kata Agung yang juga Ketua Kelompok Tani Subur Makmur II ini, di Kudus, Jumat (18/10/2013).
Lahan pertanian di Desa Gondoharum seluas 170 hektar. Sebagian besar ditanami padi, dan sisanya tanaman jagung.
Menurut Agung, upaya menekan hama tikus dengan cara gropyokan (memburu tikus beramai-ramai) atau dengan obat tidak akan efektif. Sebab areal lahan pertanian yang diserang sangat luas.
Selain itu, jumlah tikus yang menyerang juga banyak. Oleh karena itu, menurut Agung cara yang efektif yakni dengan melakukan penyetruman
listrik atau pengembangbiakan burung hantu (Tyto Alba).
Untuk penyetruman listrik, terkendala minimnya jaringan listrik di areal lahan pertanian.
Berdasarkan pengalaman di daerah lain penyetruman acapkali juga memakan korban nyawa manusia yang melintas di areal pertanian tersebut.
"Makanya menurut kami yang paling efektif dengan burung hantu. Kami berharap pemkab bisa membantu mengatasi persoalan ini," jelasnya.
Dalam hitungan Agung, masih ada waktu sekitar dua bulanan untuk mengatasi hama tikus ini. Sebab jika tidak, maka produktivitas tanaman padi para petani bisa menurun 50 persen lebih.
Tiap satu hektare lahan biasanya 1,2 ton padi. "Tapi kalau serangan tikusnya sangat parah bisa jadi malah terjadi gagal panen," ucapnya.
Wakil Ketua DPRD Kudus, M Khabsyin mengatakan pihaknya banyak mendengar aduan dari para petani terkait maraknya serangan hama tikus dalam beberapa hari terakhir.
Pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Pemkab Kudus untuk mengatasi persoalan ini.
"Jangan sampai terjadi gagal panen hanya gara-gara tikus. Kudus itu salah satu daerah penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah," papar politikus PKB ini.
Khabsyin menilai upaya pengembangbiakan burung hantu (Tyto Alba) layak
dikembangkan di Kudus. Setelah dikembangbiakkan, perlu adanya upaya lanjutan untuk melindungi burung hantu itu.
Menurutnya,populasi burung hantu menurun drastis karena diburu oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab.
"Nanti bisa saja dibuat Peraturan Bupati (Perbup). Isinya semisal adanya sanksi bagi warga yang membunuh burung hantu," tandasnya.
(lns)