Tukang becak kurban sapi kumpulkan uang receh

Selasa, 15 Oktober 2013 - 05:27 WIB
Tukang becak kurban sapi kumpulkan uang receh
Tukang becak kurban sapi kumpulkan uang receh
A A A
HIDUP serba miskin bukan menjadi penghalang untuk berbagi kepada sesama. Sepanjang didasari niat yang tulus dan ikhlas, tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini.

Seperti dialami Bambang (52) penarik becak yang biasa mangkal di selatan Alun-alun Kota Pasuruan. Karena rajin mengumpulkan uang receh selama bertahun-tahun, keinginannya untuk berkurban pada Hari Raya Idul Adha ini terkabul. Dari hasil menabung, dia bisa membeli seekor sapi seharga Rp13 juta.

Suami Mahmudah (46), yang hidup serba pas-pasan dengan tekun menyimpan uang recehan dari hasil mengayuh becak. Bukan di dalam "celengan" atau bahkan di bank dia menabungkan uangnya. Uang receh dari pecahan Rp500, Rp1.000 hingga Rp50.000 dia simpan di sebuah kotak rahasia di bawah bangku penumpang becak.

Dia tak menyangka, uang hasil tabungannya telah mencapai Rp13 juta ketika dibuka beberapa hari lalu. Uang yang dikumpulkannya dalam sebuah tas kresek, akhirnya cukup untuk mewujudkan niatnya membeli seekor sapi untuk kurban.

"Saya sudah kepingin sejak lama untuk bisa kurban seekor sapi. Saya iri melihat orang bisa kurban setiap saat. Jalan satu-satunya, saya harus menabung. Saya yakin, kalau ada niat pasti akan terkabul keinginan itu," ujar Bambang, ditemui sesaat sebelum menyerahkan hewan kurban ke Takmir Masjid Al Ikhlas, Pucangan, Senin (14/10/2013).

Untuk memenuhi kebutuhan hariannya, dia bergotong royong dengan istrinya yang memiliki keahlian sebagai tukang pijat panggilan. Karena serba pas-pasan, tak jarang dia harus merelakan kotak penyimpanan uangnya dibongkar.

Semata-mata agar dapurnya tetap mengepul saat pasangan suami istri buta huruf ini tak memiliki uang untuk belanja atau membayar tagihan listrik, serta uang sekolah satu-satunya anak semata wayangnya.

"Kalau tidak punya sama sekali, saya nyukit (ambil uang) celengan. Uang itu untuk bayar listrik atau bayar keperluan sekolah. Karena tidak setiap hari saya bisa membawa uang dari menarik becak," kata Bambang yang tak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah.

Sebagai penarik becak, setiap hari belum tentu bisa membawa uang Rp20.000 untuk kebutuhan rumah tangganya. Namun dia masih bisa menyisihkan tabungan dari uang yang diterima dari pelanggan abonomennya. Dua pelajar yang setiap hari memanfaatkan jasa dan tenaganya, hanya membayar Rp3.000 sekali jalan.

Ayah Yosi Kurniawan, siswa kelas 2 SMKN 2 Kota Pasuruan, bukan kali ini saja menyisihkan tabungannya untuk berkurban pada Hari Raya Idul Adha. Beberapa tahun lalu, dia telah menyumbangkan seekor kambing untuk disembelih. Setahun lalu, dia berqurban dua ekor kambing di masjid yang tidak jauh dari rumahnya.

"Untuk membeli dua ekor kambing kurban, saya juga mengambilnya dari kotak celengan di bangku becak. Alhamdulillah, sisa tabungan itu terus saya tambah agar bisa membeli seekor sapi," kata Bambang.

Nur Salim Jamil, Takmir Masjid Al Ikhlas mengaku terharu dengan niat tulus dan keikhlasan yang ditunjukkan seorang jemaahnya. Dalam kesehariannya, Bambang dikenal suka membantu meski dia habis bekerja mengayuh becak.

"Kami berharap, niat tulus ini menjadi motivasi bagi jemaah lainnya untuk bisa berkurban. Karena meski keadaan ekonominya yang pas-pasan, ternyata dia bisa menyisihkan uang dan berkurban. Semua itu didasarkan niat yang tulus dan ikhlas," kata Nur Salim Jamil.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6969 seconds (0.1#10.140)
pixels