Ogah direlokasi, pedagang UGM mengadu ke ORI
A
A
A
Sindonews.com - Perwakilan pedagang dari empat paguyuban yang biasa berjualan minggu pagi (Sunday morning/sunmor) di sekitar Universitas Gajah Mada (UGM) mendatangi Ombudsman Republik Indonesia (ORI) perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (9/10/2013).
Mereka mengadukan relokasi oleh UGM yang dilakukan tanpa musyawarah. UGM merelokasi mereka ke jalan lingkar timur Karangmalang. Tapi mereka keberatan karena lokasi itu tidak cukup representatif, lebar dan panjang jalan tidak cukup untuk menampung seluruh pedagang. Terlebih di lokasi itu sudah diisi warga sekitar.
Priatno Marbangun, perwakilan pedagang mengatakan, awalnya pedagang Sunmor hanya mendapat surat pemberitahuan dilarang berjualan di setiap akhir minggu terakhir mulai September- Desember. Tapi belum direalisasikan, pedagang kembali menerima surat edaran dari UGM pada 24 September.
Isi edaran menyebutkan bahwa kegiatan perdangan minggu pagi 29 September ditiadakan. Selain itu UGM menyebut sudah tidak lagi berurusan dengan pedagang karena kontrak pedagang dinyatakan habis. Kontrak akan diperbaharui bekerjasama dengan pedukuhan Karangmalang.
“Kami belum pernah mendapat sosialisasi. Padahal dalam Pasal 11 perjanjian kontrak, apabila terjadi sengketa para pihak akan menyelesaikannya secara musyawarah guna mencapai mufakat. Itu yang tidak ada sampai sekarang,” kata Priatno.
Dia menjelaskan, perwakilan pedagang sempat dua kali bertemu perwakilan dari UGM. Namun tidak sekalipun ada sosialisasi dari pihak kampus. Yang ada hanya penetapan bahwa kampus tidak lagi berurusan dengan pedagang.
“Kalau UGM pakai jurus pokoke, kami juga begitu,” tegasnya.
Dia mengakui, beberapa rumor berkembang terkait alasan relokasi. Di antaranya, relokasi dilakukan sebagai bentuk CSR kampus untuk pedukuhan di sekitarnya. Isu lain, ada rencana pembangunan embung di sisi timur masjid UGM. Dan terakhir, lokasi Sunmor akan diserahkan untuk kegiatan mahasiswa.
“Tapi sampai sekarang kami juga tidak tahu alasan pasti dibalik relokasi itu. Kami menduga ini hanya terkait kepentingan pihak tertentu saja. Kami sempat tanya kesiapan pedukuhan, katanya siap. Tapi kami tanya berapa panjang jalannya, mereka tidak tahu,” terangnya.
Mereka mengadukan relokasi oleh UGM yang dilakukan tanpa musyawarah. UGM merelokasi mereka ke jalan lingkar timur Karangmalang. Tapi mereka keberatan karena lokasi itu tidak cukup representatif, lebar dan panjang jalan tidak cukup untuk menampung seluruh pedagang. Terlebih di lokasi itu sudah diisi warga sekitar.
Priatno Marbangun, perwakilan pedagang mengatakan, awalnya pedagang Sunmor hanya mendapat surat pemberitahuan dilarang berjualan di setiap akhir minggu terakhir mulai September- Desember. Tapi belum direalisasikan, pedagang kembali menerima surat edaran dari UGM pada 24 September.
Isi edaran menyebutkan bahwa kegiatan perdangan minggu pagi 29 September ditiadakan. Selain itu UGM menyebut sudah tidak lagi berurusan dengan pedagang karena kontrak pedagang dinyatakan habis. Kontrak akan diperbaharui bekerjasama dengan pedukuhan Karangmalang.
“Kami belum pernah mendapat sosialisasi. Padahal dalam Pasal 11 perjanjian kontrak, apabila terjadi sengketa para pihak akan menyelesaikannya secara musyawarah guna mencapai mufakat. Itu yang tidak ada sampai sekarang,” kata Priatno.
Dia menjelaskan, perwakilan pedagang sempat dua kali bertemu perwakilan dari UGM. Namun tidak sekalipun ada sosialisasi dari pihak kampus. Yang ada hanya penetapan bahwa kampus tidak lagi berurusan dengan pedagang.
“Kalau UGM pakai jurus pokoke, kami juga begitu,” tegasnya.
Dia mengakui, beberapa rumor berkembang terkait alasan relokasi. Di antaranya, relokasi dilakukan sebagai bentuk CSR kampus untuk pedukuhan di sekitarnya. Isu lain, ada rencana pembangunan embung di sisi timur masjid UGM. Dan terakhir, lokasi Sunmor akan diserahkan untuk kegiatan mahasiswa.
“Tapi sampai sekarang kami juga tidak tahu alasan pasti dibalik relokasi itu. Kami menduga ini hanya terkait kepentingan pihak tertentu saja. Kami sempat tanya kesiapan pedukuhan, katanya siap. Tapi kami tanya berapa panjang jalannya, mereka tidak tahu,” terangnya.
(rsa)