7 hari kritis, istri perampok akhirnya tewas

Selasa, 08 Oktober 2013 - 14:31 WIB
7 hari kritis, istri...
7 hari kritis, istri perampok akhirnya tewas
A A A
Sindonews.com - Setelah menjalani perawatan intensif selama tujuh hari, Sitti Aisyah (44) warga Desa Tamanyalang, Kabupaten Gowa, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, pada Senin 7 Oktober 2013 malam.

Aisyah meninggal dunia setelah diduga tertembus timah panas pada bagian kepalanya, saat terjadi kejar-kejaran antara polisi dan pelaku perampokan, di Jalan Batua Raya, pada Senin 30 September 2013.

Perempuan bertubuh gempal ini menghembuskan nafas terakhirnya, sekira pukul 22.30 Wita, di RS Bhayangkara, setelah sebelumnya di rawat intensif di RS Unhas Makassar.

Kemudian, sekitar pukul 00.30 Wita dini hari kemarin, jenazah dijemput oleh keluarganya, tanpa menjalani visum dan autopsi di RS Bhayangkara.

"Senin malam yang bersangkutan meninggal akibat pendarahan di bagian kepalanya," kata Wakasat Reskrim Polrestabes Makassar Kompol Anwar Hasan, kepada wartawan, Senin (8/10/2013).

Anwar mengaku, penyebab meninggalnya Aisyah bukanlah akibat serpihan yang diduga peluru bersarang di kepalanya. Melainkan akibat benturan benda keras saat petugas Resmob Polrestabes mengejar pelaku perampokan Rinto dan Mulyadi selama satu jam, pekan lalu.

"Dari hasil keterangan dokter, bukan akibat peluru dia kritis. Tetapi pendarahan di kepala akibat terkena benturan. Logam yang diduga peluru itu hanya menyerempet kepalanya," beber perwira menengah Polri ini.

Informasi yang dihimpun wartawan, tiga buah serpihan logam yang masuk ke dalam kepala Aisyah masing-masing berukuran 1,1 cm, 1,05 cm, dan 0,5 cm. Anwar mengklaim, seluruh biaya pengobatan ibu tiga anak ini sepenuhnya ditanggung pihak kepolisian.

"Kami sudah bertemu dengan pihak keluarga, dan merelakan meninggalnya Aisyah. Keluarga juga tidak akan menuntut," pungkasnya.

Sementara itu, salah satu anak Aisyah berinisial Y mengaku, selama ini pihaknya memang tak pernah setuju ibunya menikah dengan Rinto, yang diketahui berasal dari Lampung. Namun sejak 18 September 2013 lalu, Rinto dan Aisyah tetap memilih menikah meski tak mendapatkan restu dari keluarga.

"Kami sudah terima kematian Ibu Kami. Kami juga tak tahu kalau selama ini mereka terlibat perampokan dan pencurian di Makassar," katanya sembari meminta identitasnya ditutupi.

Diketahui, Aisyah bersama Rinto dan Mulyadi telah melakukan sedikitnya 19 kasus pembobolan mobil. Dalam pengejaran itu, Aisyah diketahui duduk di kursi belakang mobil Daihatsu Zenia DD 454 RY.

Rinto dan Mulyadi akhirnya dibekuk keesokan harinya oleh petugas di Jakarta, saat hendak kabur ke Lampung, pekan lalu.
(san)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2687 seconds (0.1#10.24)