Kemenhut harap RER jadi model kehutanan sosial
A
A
A
Sindonews.com - Restorasi Ekosistem Riau (RER) di area hutan lindung rawa gambut di Semenanjung Kampar, Riau bisa menjadi model social forestry.
Dimana RER bisa mewujudkan terciptanya upaya restorasi hutan sekaligus bertumbuhnya kesejahterakan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
"Parameter keberhasilan restorasi adalah masyarakat terlibat secara aktif untuk menjaga hutan. Sehingga sehingga ini akan lebih baik.Disisi lain kesejahteraan masyarakat meningkat. Ini bisa menjadi percontohan di daerah lain,” kata staf ahli Menteri Kehutanan Made Subagia dalam siaran persnya Senin (16/9/2013) usai melakukan kunjungan kerja ke Riau.
Namun demikian, Made mengakui, implementasinya tidak mudah, karena pola pemberdayaannya belum baku dan dirancang mengikuti situasi di lapangan.
Made mencontohkan, kebiasaan masyarakat mencari ikan dengan memanfaatkan transportasi kanal bisa dipertahankan dengan menggunakan sistem buka tutup untuk mengatur tata air.
"Ini agar kegiatan ekonomi masyarakat tidak terganggu dan restorasi gambut bisa dipertahankan," tandasnya.
Made juga mengatakan, hal tersebut harus disosialisasikan ke masyarakat
agar mereka memahami batasan areal yang bisa dimanfaatkan serta areal tertentu yang dilindungi secara hukum untuk kepentingan konservasi .
"Itu harus tegas diatur untuk meminimalisir konflik,” kata Made.
Persoalan lain adalah mengubah prilaku masyarakat agar tidak melakukan tebas, timbun dan bakar karena hutan gambut rawan terbakar. Caranya dengan menetapkan hutan masyarakat, hutan desa serta pola kemitraan.
Made berpendapat, metode yang diterapkan di RER cukup efektif karena melibatkan berbagai pihak atau multistakeholder. Selain itu, pembelajaran dari pengembangan kebijakannya berbasis ilmu pengetahuan.
Sementara itu, Bey Soo Khiang, anggota Advisory Board RER sekaligus Head Pulp & Paper APRIL menyebut, bahwa Badan Penasehat RER telah menyetujui rencana kerja untuk merestorasi 20.265 hektar restorasi ekosistem yang akan menjadi panduan roadmap.
"Kami sangat senang, akhirnya roadmap RER telah disepakati dan menjadi jelas. Kedepannya, tujuan merestorasi dan mengembalikan fungsi hutan untuk generasi mendatang dapat lebih terlihat konsisten perkembangannya," tambah Soo Khiang.
Ia juga menjelaskan rencana kerja mencakup restorasi lingkungan, keanekaragaman hayati, emisi karbon serta keterlibatan aktif masyarakat.
"RER juga akan menggunakan standard Community, Climate & Biodiversity (CCB) untuk mengukur kesuksesan program keragaman hayati dan keterlibatan masyarakat. Program awal akan dilakukan dalam kurun waktu dua bulan pertama, dimulai dengan inventori keragaman hayati, konsultasi yang mendalam serta penelitian sosial ekonomi ," jelas Soo Khiang.
RER bekerja sama dengan Fauna & Flora International, BIDARA , APRIL dan Daemeter. PT Gemilang Cipta Nusantara sebagai pemegang IUPHH-RE merupakan salah satu model dari program RER.
Dimana RER bisa mewujudkan terciptanya upaya restorasi hutan sekaligus bertumbuhnya kesejahterakan masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
"Parameter keberhasilan restorasi adalah masyarakat terlibat secara aktif untuk menjaga hutan. Sehingga sehingga ini akan lebih baik.Disisi lain kesejahteraan masyarakat meningkat. Ini bisa menjadi percontohan di daerah lain,” kata staf ahli Menteri Kehutanan Made Subagia dalam siaran persnya Senin (16/9/2013) usai melakukan kunjungan kerja ke Riau.
Namun demikian, Made mengakui, implementasinya tidak mudah, karena pola pemberdayaannya belum baku dan dirancang mengikuti situasi di lapangan.
Made mencontohkan, kebiasaan masyarakat mencari ikan dengan memanfaatkan transportasi kanal bisa dipertahankan dengan menggunakan sistem buka tutup untuk mengatur tata air.
"Ini agar kegiatan ekonomi masyarakat tidak terganggu dan restorasi gambut bisa dipertahankan," tandasnya.
Made juga mengatakan, hal tersebut harus disosialisasikan ke masyarakat
agar mereka memahami batasan areal yang bisa dimanfaatkan serta areal tertentu yang dilindungi secara hukum untuk kepentingan konservasi .
"Itu harus tegas diatur untuk meminimalisir konflik,” kata Made.
Persoalan lain adalah mengubah prilaku masyarakat agar tidak melakukan tebas, timbun dan bakar karena hutan gambut rawan terbakar. Caranya dengan menetapkan hutan masyarakat, hutan desa serta pola kemitraan.
Made berpendapat, metode yang diterapkan di RER cukup efektif karena melibatkan berbagai pihak atau multistakeholder. Selain itu, pembelajaran dari pengembangan kebijakannya berbasis ilmu pengetahuan.
Sementara itu, Bey Soo Khiang, anggota Advisory Board RER sekaligus Head Pulp & Paper APRIL menyebut, bahwa Badan Penasehat RER telah menyetujui rencana kerja untuk merestorasi 20.265 hektar restorasi ekosistem yang akan menjadi panduan roadmap.
"Kami sangat senang, akhirnya roadmap RER telah disepakati dan menjadi jelas. Kedepannya, tujuan merestorasi dan mengembalikan fungsi hutan untuk generasi mendatang dapat lebih terlihat konsisten perkembangannya," tambah Soo Khiang.
Ia juga menjelaskan rencana kerja mencakup restorasi lingkungan, keanekaragaman hayati, emisi karbon serta keterlibatan aktif masyarakat.
"RER juga akan menggunakan standard Community, Climate & Biodiversity (CCB) untuk mengukur kesuksesan program keragaman hayati dan keterlibatan masyarakat. Program awal akan dilakukan dalam kurun waktu dua bulan pertama, dimulai dengan inventori keragaman hayati, konsultasi yang mendalam serta penelitian sosial ekonomi ," jelas Soo Khiang.
RER bekerja sama dengan Fauna & Flora International, BIDARA , APRIL dan Daemeter. PT Gemilang Cipta Nusantara sebagai pemegang IUPHH-RE merupakan salah satu model dari program RER.
(lns)