Musim kemarau, petani rogoh kocek lebih besar
A
A
A
Sindonews.com - Petani di wilayah Cilacap Jawa Tengah, tahun ini bisa dipastikan akan merugi. Minimnya air di musim kemarau ini membuat para petani menggunakan pompa air untuk mengairi sawahnya. Sedangkan biaya untuk pompa air sendiri cukup tinggi.
Badriyah, salah seorang di Desa Sikampuh, Kecamatan Kroya, Cilacap, petani mengatakan, jika tak segera dialiri air, tanaman padi yang baru berusia 20 hari itu akan mati.
Satu-satunya cara untuk menyelamatan padi itu harus mengambil air dari sungai menggunakan pompa air. Pompa air itupun dilakukan dengan cara bergiliran.
"Terpaksa mengeluarkan dana lebih besar, harus menyewa pompa air, perjamnya Rp12 ribu, selain itu harus membeli bahan bakar 10 liter untuk memompa air selama delapan jam," jelas Badriyah, Senin (16/9/2013).
Padahal, lanjut Badriyah, dirinya sudah mengeluarkan biaya besar untuk masa tanam dan pemupukan.
Seperti diketahui, akibat musim kemarau yang melandar, ratusan hektar sawah di empat kecamatan yakni kecamatan Maos, Kroya, Binangun, dan Kesugihan mengalami kekeringan. Sungai Serayu yang biasa mengairi sawah para petani juga telah mengering.
Badriyah, salah seorang di Desa Sikampuh, Kecamatan Kroya, Cilacap, petani mengatakan, jika tak segera dialiri air, tanaman padi yang baru berusia 20 hari itu akan mati.
Satu-satunya cara untuk menyelamatan padi itu harus mengambil air dari sungai menggunakan pompa air. Pompa air itupun dilakukan dengan cara bergiliran.
"Terpaksa mengeluarkan dana lebih besar, harus menyewa pompa air, perjamnya Rp12 ribu, selain itu harus membeli bahan bakar 10 liter untuk memompa air selama delapan jam," jelas Badriyah, Senin (16/9/2013).
Padahal, lanjut Badriyah, dirinya sudah mengeluarkan biaya besar untuk masa tanam dan pemupukan.
Seperti diketahui, akibat musim kemarau yang melandar, ratusan hektar sawah di empat kecamatan yakni kecamatan Maos, Kroya, Binangun, dan Kesugihan mengalami kekeringan. Sungai Serayu yang biasa mengairi sawah para petani juga telah mengering.
(lns)