Pengusaha tahu-tempe mogok produksi
A
A
A
Sindonews.com – Pengusaha tahu dan tempe di Cisambeng, Palsah, Kabupaten Majalengka Jawa Barat menghentikan produksinya selama tiga hari mulai Senin hingga Rabu.
Mogok produksi itu dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari surat dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakopindo) yang diterima beberapa waktu lalu.
Salah seorang pengusaha tempe di Desa Cisambeng, Maman Zulkarnaen menjelaskan, surat tersebut, merupakan hasil rapat koordinasi (rakor) 31 Agustus sampai dengan 1 September di Gedung Bulog II Jakarta.
Keputusan tersebut, jelas dia sebagai bentuk protes terkait semakin melambungnya harga kacang kedelai di pasaran beberapa bulan terakhir.
“Ini karena pengusaha tempe dan tahu pada pertengahan (bulan) Agustus lalu banyak yang tidak produksi atau mengurangi produksi dan mengurangi karyawannya sebagai dampak dari kenaikan harga kacang kedelai. Hasil kesepakatan dari Rakor tersebut dijelaskan bahwa mulai hari ini hingga Rabu lusa tidak beroperasi,” kata Maman, Senin (9/9/2013).
Dia menjelaskan, keputusan mogok beroperasi bersama para pengusaha tahu dan tempe di sentra Tahu-tempe di Kabupaten Majalengka tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap para pengusaha tahu-tempe se-Indonesia.
Untuk waktu pelaksanaan mogok sendiri, dimulai Senin pukul 00.00 WIB hingga Rabu pulul 00.00 WIB.
“Para pengusaha tahu dan tempe di desa sini (Desa Cisambeng) sekitar 80 persen dari jumlah penduduk ini, sepakat melaksanaan aksi solidaritas ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf kepada warga jika selama tiga hari ke depan tidak ada tempe dan tahu di wilayah Majalengka,” jelasnya.
Pengusaha tahu-tempe lainnya, Ririn Sahirin mengaku aksi tersebut bisa berdampak terhadap kerugian materi. Namun demikian, Ririn mengaku rela untuk berhenti produksi sementara akibat semakin melambunnya harga kacang kedelai.
“Meskipun aksi ini berdampak terhadap kerugian materi karena tidak produksi, tapi saya rela. Ini sebagai bentuk keprihatinan kami para pengusaha tahu-tempe di Kabupaten Majalengka. Kami siap ikut serta dalam solidaritas ini,” tegas dia.
Lebih jauh dia berharap, pemerintah segera melakukan tindakan agar harga kacang kedelai kembali stabil.
“Realisasikan swasembada kedelai serta laksanakan peraturan presiden No. 32 tentang penugasan kepada perum Bulog untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai ke berbagai pengrajin di daerah,” tegas dia.
Mogok produksi itu dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari surat dari Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakopindo) yang diterima beberapa waktu lalu.
Salah seorang pengusaha tempe di Desa Cisambeng, Maman Zulkarnaen menjelaskan, surat tersebut, merupakan hasil rapat koordinasi (rakor) 31 Agustus sampai dengan 1 September di Gedung Bulog II Jakarta.
Keputusan tersebut, jelas dia sebagai bentuk protes terkait semakin melambungnya harga kacang kedelai di pasaran beberapa bulan terakhir.
“Ini karena pengusaha tempe dan tahu pada pertengahan (bulan) Agustus lalu banyak yang tidak produksi atau mengurangi produksi dan mengurangi karyawannya sebagai dampak dari kenaikan harga kacang kedelai. Hasil kesepakatan dari Rakor tersebut dijelaskan bahwa mulai hari ini hingga Rabu lusa tidak beroperasi,” kata Maman, Senin (9/9/2013).
Dia menjelaskan, keputusan mogok beroperasi bersama para pengusaha tahu dan tempe di sentra Tahu-tempe di Kabupaten Majalengka tersebut merupakan bentuk solidaritas terhadap para pengusaha tahu-tempe se-Indonesia.
Untuk waktu pelaksanaan mogok sendiri, dimulai Senin pukul 00.00 WIB hingga Rabu pulul 00.00 WIB.
“Para pengusaha tahu dan tempe di desa sini (Desa Cisambeng) sekitar 80 persen dari jumlah penduduk ini, sepakat melaksanaan aksi solidaritas ini. Oleh karena itu, kami mohon maaf kepada warga jika selama tiga hari ke depan tidak ada tempe dan tahu di wilayah Majalengka,” jelasnya.
Pengusaha tahu-tempe lainnya, Ririn Sahirin mengaku aksi tersebut bisa berdampak terhadap kerugian materi. Namun demikian, Ririn mengaku rela untuk berhenti produksi sementara akibat semakin melambunnya harga kacang kedelai.
“Meskipun aksi ini berdampak terhadap kerugian materi karena tidak produksi, tapi saya rela. Ini sebagai bentuk keprihatinan kami para pengusaha tahu-tempe di Kabupaten Majalengka. Kami siap ikut serta dalam solidaritas ini,” tegas dia.
Lebih jauh dia berharap, pemerintah segera melakukan tindakan agar harga kacang kedelai kembali stabil.
“Realisasikan swasembada kedelai serta laksanakan peraturan presiden No. 32 tentang penugasan kepada perum Bulog untuk pengamanan harga dan penyaluran kedelai ke berbagai pengrajin di daerah,” tegas dia.
(lns)