Rela jalan kaki 1 kilometer demi 2 ember air
A
A
A
Sindonews.com - Musim kemarau yang melanda wilayah Jawa Tengah membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih.
Seperti warga di Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten, ini. Krisis air sudah dirasakan warga di sini sejak satu bulan terakhir. Warga rela berjalan kaki sejauh satu kilometer demi mendapatkan air bersih.
Poinem, ibu paruh baya ini mengaku terpaksa mencari air di sumur-sumur milik warga di desa tetangga. Meski jarak yang ditempuh cukup jauh, Poinem mengaku tak peduli.
"Sumur saya sudah mengering sejak sebulan lalu, jadi terpaksa mengambil air di sumur-sumur yang masih mengeluarkan air walau jauh," tutur Poinem sembari membawa dua ember yang dipikulnya, Selasa (3/8/2013).
Poinem harus melewati areal persawahan yang tandus cukup panjang. Sumur itu memang satu-satunya bagi Poinem dan puluhan warga yang lain untuk mendapatkan air bersih.
"Sekali jalan, saya mendapatkan dua ember air bersih, ini untuk kebutuhan minum, memasak dan mandi," tuturnya.
Biasanya, lanjut Pionem dalam sehari dirinya maupun warga lainnya mengambil air ini sebanyak tiga kali, pagi, siang dan sore hari.
Rutinitas menempuh perjalanan sejauh satu kilometer sebanyak tiga kali mau tidak mau harus dilakoni Poinem karena sampai saat ini belum ada pasokan air bersih dari pemerintah.
Poinem berharap agar pemerintah segera mengirimkan bantuan air bersih buat warga di kampungnya.
Sementara itu berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap sebanyak 77 desa di 11 kecamatan yang rawan krisis air bersih sepanjang musim kemarau ini.
Seperti warga di Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten, ini. Krisis air sudah dirasakan warga di sini sejak satu bulan terakhir. Warga rela berjalan kaki sejauh satu kilometer demi mendapatkan air bersih.
Poinem, ibu paruh baya ini mengaku terpaksa mencari air di sumur-sumur milik warga di desa tetangga. Meski jarak yang ditempuh cukup jauh, Poinem mengaku tak peduli.
"Sumur saya sudah mengering sejak sebulan lalu, jadi terpaksa mengambil air di sumur-sumur yang masih mengeluarkan air walau jauh," tutur Poinem sembari membawa dua ember yang dipikulnya, Selasa (3/8/2013).
Poinem harus melewati areal persawahan yang tandus cukup panjang. Sumur itu memang satu-satunya bagi Poinem dan puluhan warga yang lain untuk mendapatkan air bersih.
"Sekali jalan, saya mendapatkan dua ember air bersih, ini untuk kebutuhan minum, memasak dan mandi," tuturnya.
Biasanya, lanjut Pionem dalam sehari dirinya maupun warga lainnya mengambil air ini sebanyak tiga kali, pagi, siang dan sore hari.
Rutinitas menempuh perjalanan sejauh satu kilometer sebanyak tiga kali mau tidak mau harus dilakoni Poinem karena sampai saat ini belum ada pasokan air bersih dari pemerintah.
Poinem berharap agar pemerintah segera mengirimkan bantuan air bersih buat warga di kampungnya.
Sementara itu berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap sebanyak 77 desa di 11 kecamatan yang rawan krisis air bersih sepanjang musim kemarau ini.
(lns)