Guru besar Unair Prof Soetandyo tutup usia
A
A
A
Sindonews.com - Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Soetandyo Wignjosoebroto, tutup usia.
Mantan anggota Komnas HAM periode 1993-2002 ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Elizabeth Semarang, sekira pukul 07.00 WIB, pagi, Senin (2/9/2013) setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit tersebut.
"Beliau meninggal pukul 07.00 WIB, karena gagal ginjal dan pendarahan di otak," kata dosen Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi, Senin (2/9/2013).
Menurutnya, saat ini jenazah sedang dalam proses penerbangan ke Surabaya untuk disemayamkan di rumah duka, di Jalan Dharmawangsa 3.
Meninggalnya ilmuwan Unair tersebut mendatangkan keprihatinan yang mendalam bagi anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa. Menurut murid Prof Soetandyo ini, ia merasa sangat kehilangan atas wafatnya ilmuwan besar dan sejati, yang pendapatnya selalu menjadi rujukan ilmuwan lainnya.
"Prof Soetandyo Ilmuwan Sejati Prof Soetandyo adalah ilmuwan di bidang sosiologi hukum yang terkemuka. Pendapatnya selalu menjadi rujukan ilmuwan lainya, khususnya pemerintah dalam menciptakan keteraturan sosial (social order)," papar Ali Masykur.
Diketahui, penerima Yap Thiam Hien Award ini lahir di Madiun, 19 November 1932. Ia merupakan anak dari pasangan Siti Nadiyah dan Soekandar Wignjosoebroto, kepala di perusahaan kereta api.
Soetandyo menikah pada 1965 dengan Asminingsih (almarhum) dan dikaruniai tiga putri, yaitu Sawitri Dharmastuti, Saraswati dan Titisari Pratiwi.
Mantan anggota Komnas HAM periode 1993-2002 ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Elizabeth Semarang, sekira pukul 07.00 WIB, pagi, Senin (2/9/2013) setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit tersebut.
"Beliau meninggal pukul 07.00 WIB, karena gagal ginjal dan pendarahan di otak," kata dosen Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi, Senin (2/9/2013).
Menurutnya, saat ini jenazah sedang dalam proses penerbangan ke Surabaya untuk disemayamkan di rumah duka, di Jalan Dharmawangsa 3.
Meninggalnya ilmuwan Unair tersebut mendatangkan keprihatinan yang mendalam bagi anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa. Menurut murid Prof Soetandyo ini, ia merasa sangat kehilangan atas wafatnya ilmuwan besar dan sejati, yang pendapatnya selalu menjadi rujukan ilmuwan lainnya.
"Prof Soetandyo Ilmuwan Sejati Prof Soetandyo adalah ilmuwan di bidang sosiologi hukum yang terkemuka. Pendapatnya selalu menjadi rujukan ilmuwan lainya, khususnya pemerintah dalam menciptakan keteraturan sosial (social order)," papar Ali Masykur.
Diketahui, penerima Yap Thiam Hien Award ini lahir di Madiun, 19 November 1932. Ia merupakan anak dari pasangan Siti Nadiyah dan Soekandar Wignjosoebroto, kepala di perusahaan kereta api.
Soetandyo menikah pada 1965 dengan Asminingsih (almarhum) dan dikaruniai tiga putri, yaitu Sawitri Dharmastuti, Saraswati dan Titisari Pratiwi.
(rsa)