Sulawesi dirikan kampus pendidikan lingkungan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Lingkungan Hidup Prof Dr Balthasar Kambuaya, berencana menjadikan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai kawasan percontohan pengembangan pendidikan lingkungan.
Penujukan tersebut, ditandai dengan pennadatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementrian Lingkungan Hidup dan Pemprov Sulsel, tentang pendirian perguruan tinggi lingkungan pertama di tanah air.
“Kami melihat gubernur sangat komitmen dengan lingkungan. Ini sudah beliau sounding sejak tahun lalu dan dibuktikan dengan indeks kualitas lingkungan hidup Sulsel yang mencapai 80 persen. Padahal angka 60-70 persen saja sudah bagus,” ujar Balthasar, usai penandatangan MoU, di Makassar Golden Hotel (MGH), Sabtu (31/8/2013).
Melalui perguruan tinggi itu, dia berharap akan ada kontribusi nyata terhadap perbaikan lingkungan di Indonesia, dan 14 provinsi di Indonesia timur. Terlebih, minimnya sumber daya manusia dan kompleksnya masalahan lingkungan, mengakibatkan berbagai pelanggaran terjadi.
"Dimana-mana terjadi pelanggaran izin lingkungan dengan banyaknya kegiatan usaha yang berjalan tanpa dokumen amdal, pencemaran sungai, dan laut oleh industri," beber mantan Rector Universitas Cendrawasih ini.
Melalui pendidikan formal tersebut, dia berharap akan tercipta sumber daya manusia yang ahli dibidangnya, dan siap melakukan pengelolalaan dan perlindungan teradap lingkungan hidup.
Penerimaan mahasiswa baru di kampus ini, akan dilakuan tahun 2014, dengan menggunakan sistem boarding school (asrama). Gedung kampus, akan didirikan di atas lahan seluas 10 hektare, di area milik PT Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep. Mahasiswa dapat berasal dari tamatan SMA/SMK sederajat, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai swasta.
Ada lima jurusan yang akan dibuka, masing-masing pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), analisis mengenai dampak lingkungan hidup, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, udara dan tanah, pengelolaan/manajemen persampahan, dan pengawasan lingkungan hidup.
Sementara itu, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan besaran biaya pembangunan maupaun sharing dana pembangunannya. Hanya saja, jika memang penerimaan dilakukan tahun depan, maka pihaknya akan mengambil langkah taktis, dengan meminjam gedung bagi aktivitas perkuliahan.
“Kalau pemrov bertanggung jawab atas fisik bangunan, kami siap. Biar pemerintah pusat yang menyiapkan silabus materinya, termasuk apakah jenjangnya S1 atau D3. Minggu depan pemrov dan kementerian akan duduk bersama membicarakan ini,” terang mantan Bupati Gowa ini.
Lebih lanjut, dia berharap, kampus itu dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Sulsel. Karena, wilayah ini memiliki banyak resort, restoran, dan hotel yang berpotensi mendatangkan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Selain itu, Sulsel juga memiliki aneka tambang emas, galena, nikel yang jika tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan, maka membuat Sulsel hanya akan kaya sesaat.
Penujukan tersebut, ditandai dengan pennadatangan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementrian Lingkungan Hidup dan Pemprov Sulsel, tentang pendirian perguruan tinggi lingkungan pertama di tanah air.
“Kami melihat gubernur sangat komitmen dengan lingkungan. Ini sudah beliau sounding sejak tahun lalu dan dibuktikan dengan indeks kualitas lingkungan hidup Sulsel yang mencapai 80 persen. Padahal angka 60-70 persen saja sudah bagus,” ujar Balthasar, usai penandatangan MoU, di Makassar Golden Hotel (MGH), Sabtu (31/8/2013).
Melalui perguruan tinggi itu, dia berharap akan ada kontribusi nyata terhadap perbaikan lingkungan di Indonesia, dan 14 provinsi di Indonesia timur. Terlebih, minimnya sumber daya manusia dan kompleksnya masalahan lingkungan, mengakibatkan berbagai pelanggaran terjadi.
"Dimana-mana terjadi pelanggaran izin lingkungan dengan banyaknya kegiatan usaha yang berjalan tanpa dokumen amdal, pencemaran sungai, dan laut oleh industri," beber mantan Rector Universitas Cendrawasih ini.
Melalui pendidikan formal tersebut, dia berharap akan tercipta sumber daya manusia yang ahli dibidangnya, dan siap melakukan pengelolalaan dan perlindungan teradap lingkungan hidup.
Penerimaan mahasiswa baru di kampus ini, akan dilakuan tahun 2014, dengan menggunakan sistem boarding school (asrama). Gedung kampus, akan didirikan di atas lahan seluas 10 hektare, di area milik PT Semen Tonasa, Kabupaten Pangkep. Mahasiswa dapat berasal dari tamatan SMA/SMK sederajat, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai swasta.
Ada lima jurusan yang akan dibuka, masing-masing pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), analisis mengenai dampak lingkungan hidup, pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, udara dan tanah, pengelolaan/manajemen persampahan, dan pengawasan lingkungan hidup.
Sementara itu, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan besaran biaya pembangunan maupaun sharing dana pembangunannya. Hanya saja, jika memang penerimaan dilakukan tahun depan, maka pihaknya akan mengambil langkah taktis, dengan meminjam gedung bagi aktivitas perkuliahan.
“Kalau pemrov bertanggung jawab atas fisik bangunan, kami siap. Biar pemerintah pusat yang menyiapkan silabus materinya, termasuk apakah jenjangnya S1 atau D3. Minggu depan pemrov dan kementerian akan duduk bersama membicarakan ini,” terang mantan Bupati Gowa ini.
Lebih lanjut, dia berharap, kampus itu dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Sulsel. Karena, wilayah ini memiliki banyak resort, restoran, dan hotel yang berpotensi mendatangkan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Selain itu, Sulsel juga memiliki aneka tambang emas, galena, nikel yang jika tidak dikelola dengan baik dan berkelanjutan, maka membuat Sulsel hanya akan kaya sesaat.
(san)