Kuli bangunan ungkap dugaan korupsi puskesmas Rp2,4 M
A
A
A
Sindonews.com - Dugaan kasus korupsi pembangunan puskesmas, di Desa Malei, Kecamatan Lage, Poso, Sulawesi Tengah, diungkap oleh puluhan tukang bangunan yang melakukan aksi boikot kerja, karena upah mereka selama dua minggu telat dibayar.
Dalam aksinya, para tukang bangunan ini pun tidak segan membongkar material bangunan senilai Rp2,4 miliar yang digunakan untuk mendirikan gedung. Dengan nilai itu, harusnya gedung dibuat oleh material yang bagus. Namun faktanya tidak demikian.
Para tukang bangunan menilai, kualitas material pembangunan puskesmas sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan dipecahnya dinding pagar gedung puskesmas yang sedang dibangun.
Tidak hanya itu, dalam aksinya mereka juga menyandera satu unit truk yang digunakan untuk mengangkut bahan material gedung. Mereka juga melakukan blokade dengan menumpuk sejumlah rangkaian kayu untuk kegiatan pembangunan di akses masuk ke lokasi proyek.
Selain pagar bangunan, kualitas lantai gedung juga nampak dengan sangat mudah di bongkar menggunakan potongan kayu. Hal ini, makin membuktikan kuatnya dugaan korupsi pengurangan kualitas material gedung.
Dengan sejumlah fakta tersebut, terungkap bahwa gedung yang dibangun tidak tahan terhadap gempa yang rawan terjadi di kawasan Malei. Sehingga gedung menjadi mudah rubuh, dan sangat membahayakan dokter, serta pasien puskesmas.
Gedung juga dibangun dengan semen yang rendah. Bahkan, kualitas besi juga diubah dari ukuran 12 menjadi ukuran lebih kecil, yaitu besi ukuran 8. Dan yang lebih mengkhawatirkan, konstruksi tiang bangunan yang seharusnya menggunakan cakar ayam, dibuat hanya menempel pada pondasi.
Sementara itu, pihak kontraktor mencoba berdialog dengan tukang bangunan untuk menghentikan aksi tersebut. Agar korupsinya tidak terungkap, para kontraktor itu sempat melarang wartawan untuk melakukan pengambilan gambar dengan menyebut masalah itu sebagai masalah keluarga.
Bahkan, mereka enggan melayani permintaan konfirmasi terkait kualitas bangunan. Dengan berbagai kejanggalan, dan ketakutan berlebih dari pihak kontraktor makin memperkuat dugaan para tukang bangunan.
Dalam aksinya, para tukang bangunan ini pun tidak segan membongkar material bangunan senilai Rp2,4 miliar yang digunakan untuk mendirikan gedung. Dengan nilai itu, harusnya gedung dibuat oleh material yang bagus. Namun faktanya tidak demikian.
Para tukang bangunan menilai, kualitas material pembangunan puskesmas sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan dipecahnya dinding pagar gedung puskesmas yang sedang dibangun.
Tidak hanya itu, dalam aksinya mereka juga menyandera satu unit truk yang digunakan untuk mengangkut bahan material gedung. Mereka juga melakukan blokade dengan menumpuk sejumlah rangkaian kayu untuk kegiatan pembangunan di akses masuk ke lokasi proyek.
Selain pagar bangunan, kualitas lantai gedung juga nampak dengan sangat mudah di bongkar menggunakan potongan kayu. Hal ini, makin membuktikan kuatnya dugaan korupsi pengurangan kualitas material gedung.
Dengan sejumlah fakta tersebut, terungkap bahwa gedung yang dibangun tidak tahan terhadap gempa yang rawan terjadi di kawasan Malei. Sehingga gedung menjadi mudah rubuh, dan sangat membahayakan dokter, serta pasien puskesmas.
Gedung juga dibangun dengan semen yang rendah. Bahkan, kualitas besi juga diubah dari ukuran 12 menjadi ukuran lebih kecil, yaitu besi ukuran 8. Dan yang lebih mengkhawatirkan, konstruksi tiang bangunan yang seharusnya menggunakan cakar ayam, dibuat hanya menempel pada pondasi.
Sementara itu, pihak kontraktor mencoba berdialog dengan tukang bangunan untuk menghentikan aksi tersebut. Agar korupsinya tidak terungkap, para kontraktor itu sempat melarang wartawan untuk melakukan pengambilan gambar dengan menyebut masalah itu sebagai masalah keluarga.
Bahkan, mereka enggan melayani permintaan konfirmasi terkait kualitas bangunan. Dengan berbagai kejanggalan, dan ketakutan berlebih dari pihak kontraktor makin memperkuat dugaan para tukang bangunan.
(san)