Penerapan ekohidro baik untuk perusahaan dan masyarakat

Sabtu, 31 Agustus 2013 - 01:51 WIB
Penerapan ekohidro baik untuk perusahaan dan masyarakat
Penerapan ekohidro baik untuk perusahaan dan masyarakat
A A A
Sindonews.com - Sejak tahun 2010, Kementerian Kehutanan telah menugaskan Tim Pakar lintas bidang keilmuan yang diketuai oleh Prof. Budi Indra Setiawan untuk memverifikasi kegiatan MRV (Measurement, Reporting and Verification) bagi kegiatan operasional PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Semenanjung Kampar, Provinsi Riau, khususnya penerapan teknologi ekohidro.

“Tujuan program MRV adalah untuk mendapatkan data dan bukti apakah pengelolaan hutan tanaman di lahan gambut melalui penerapan ekohido dapat berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat, lingkungan dan produktifitas hutan tanaman Akasia,” ujar Dr. Basuki Sumawinata selaku Sekretaris Tim MRV yang juga pakar gambut usai melakukan penelitian di Riau Jumat (30/8/2013)

Basuki menjelaskan tim MRV menyampaikan laporan hasil evaluasi dan verifikasi mereka yang dilakukan setiap 6 bulan sekali sejak pertengahan 2010 kepada Menteri Kehutanan . Menurutnya, berdasarkan hasil evaluasi dan verifikasi tersebut menunjukkan bahwa penerapan ekohidro mampu menjaga ketinggian air secara optimal, baik di kawasan hutan tanaman Akasia (bahan baku pulp and paper), tanaman kehidupan karet dan kawasan konservasi,

Sehingga hal ini dapat meminimalisir subsidensi atau penurunan gambut, emisi CO2, dan resiko kebakaran hutan; serta dapat meningkatkan produktifitas lahan dan pengelolaan kawasan secara berkelanjutan.

“Upaya yang dilakukan oleh PT RAPP juga akan dapat berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, terutama dari pengembangan tanaman kehidupan.”

Dian Novarina, Deputy Director Sustainability PT RAPP menerangkan bahwa sebagai pengembangan dari program MRV, Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) dan Himpunan Gambut Indonesia (HGI) telah menginisiasi dilakukannya beberapa Focused Group Discussion (FGD). Diantara para pakar dan praktisi untuk mendiskusikan isu-isu terkait pengelolaan lahan gambut di Indonesia, seperti subsidensi, emisi dan penyerapan CO2, kedalaman gambut termasuk penerapan ilmu dan teknologi untuk memperbaiki pengelolaan lahan gambut.

“Salah satu rekomendasi dari FGD yang ke-5 adalah penerapan remote sensing atau penginderaan jauh dan teknologi georadar untuk menduga cadangan karbon di lahan gambut. Bila radar adalah untuk menduga cadangan karbon di atas permukaan tanah, maka georadar adalah pendugaan cadangan karbon di tanah dan di bawah tanah. Penggunaan teknologi radar untuk pendugaan stok karbon diharapkan dapat memberikan hasil pengukuran yang lebih akurat dan mengurangi perdebatan diantara banyak pihak. Meski demikian, tentunya teknologi ini perlu di-uji coba dengan pengukuran di lapangan”, imbuh Dian.

Menindaklanjuti hasil FGD tersebut, HGI bekerja sama dengan IPB, BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan PT RAPP melakukan uji coba penggunaan instrumen georadar dan geolistrik untuk mengukur ketebalan gambut. Survey lapangan dilakukan di lokasi PT RAPP di Estate Meranti di Semenanjung Kampar,Riau pada tgl 25 – 28 Agustus 2013.

Pakar HGI yang juga ahli remote sensing, Mahmud Raimadoya menjelaskan bahwa, bahwa ada tiga komponen penyimpan karbon adalah biomassa tanaman, bahan organik mati di permukaan tanah seperti serasah daun dan ranting, dan tanah gambut.

"Pada komponen tanah gambut terutama tentang kedalaman gambut masih terjadi kontroversi dalam cara pengukurannya, terutama terkait dengan pengukuran kedalaman gambut.” imbuhnya.
(lal)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3774 seconds (0.1#10.140)