Keluarga tak percaya Andri terlibat terorisme

Rabu, 21 Agustus 2013 - 17:56 WIB
Keluarga tak percaya...
Keluarga tak percaya Andri terlibat terorisme
A A A
Sindonews.com - Orangtua Andri Wahono (21) terduga teroris yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Bekasi tidak percaya jika putranya terlibat dalam jaringan terorisme.

Di mata keluarga, pemuda lulusan Diploma satu (D 1) jurusan Desain Grafis EL Rahma Kota Kediri itu sebagai sosok yang lugu.

Andri juga tidak memiliki perangai eksklusif, fanatik terhadap dogma agama, ataupun berpenampilan berjenggot, celana semata kaki lazimnya para penebar teror.

"Anak saya ini utun (jawa: lugu). Karenanya selain kaget, kami juga tidak percaya jika dia dikatakan terlibat masalah teroris," tutur Nandir (62) ayah kandung Andri ditemui di rumahnya Rabu (21/8/2013).

Rumah yang terdiri dari dua bangunan sederhana tersekat tembok itu berada di pelosok Dusun Gandu, Desa Gamping, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek.

Dari kota Trenggalek, jarak tempuh ke sana lebih dari 50 km, melintasi medan terjal aspal berlobang, disambung makadam dengan tikungan pegunungan curam.

Saat Sindo ke sana, di pelataran rumah Andri terhampar potongan kecil ketela pohon yang dikeringkan. Cacahan ubi kayu kering tersebut merupakan bahan baku gaplek, makanan alternatif pengganti nasi beras.

Menurut Nandir, kabar penangkapan anaknya oleh detasemen khusus 88 disampaikan pertama kali oleh kepala desa setempat Selasa 20 Agustus 2013 malam, sekitar pukul 23.00 WIB

Pagi harinya, beberapa orang yang mengaku dari kepolisian dan TNI mendatangi rumahnya.

"Informasi yang disampaikan sama dengan Pak Kades. Pak polisi yang datang juga menanyakan seputar aktivitas Andri," terang Nandir.

Biodata Andri Wahono menyebutkan sebagai anak bungsu satu saudara dari pasangan suami istri Nandir dan Ny Mukayah (55).

Sepengetahuan keluarga, selain hobi bermain bola, sejak kecil si bungsu memang menyukai organisasi.

Andri tercatat pernah menjabat sebagai Ketua OSIS di SMP Negeri 1 Karangan, Kabupaten Trenggalek.

Terduga teroris yang kini masih dalam pemeriksaan Densus 88 itu juga memiliki rekam jejak sebagai Komandan Peleton Pramuka.

Begitu juga saat masuk SMK Suruh jurusan Tata Boga, waktunya juga banyak dihabiskan untuk kegiatan organisasi intra sekolah.

"Adik saya ini juga aktif dalam kegiatan Paskibraka," timpal Prawito, (32) kakak kandung Andri yang mendampingi Nandir.

Setiap pulang dari Kediri seminggu sekali, Andri juga bergaul dengan semua warga desa lazimnya pemuda seusianya.

Selama kuliah diploma satu itu, Prawito mengaku tidak pernah melihat adiknya terlibat gerakan terkait terorisme atau menimba ilmu di pondok pesantren.

Satu-satunya konsentrasi ilmu agama Andri hanya mengaji Madrasah Diniyah pada saat masih SMP.

Kemudian juga pernah aktif dalam perkumpulan remaja masjid di desa.
Kendati demikian, mengenai ibadah salat lima waktu, Prawito mengakui Andri nyaris tidak pernah lalai.

"Kalau salatnya memang tidak pernah bolong. Itu sudah berlangsung dari dulu, "jelasnya.

Pada H-3 sebelum lebaran 8 Agustus 2013 lalu, Andri Wahono pulang ke rumah Trenggalek.

Pada kepulangan pertama kali sejak 7 bulan menjadi tenaga administrasi di show room mobil Bekasi, Andri tidak memperlihatkan keanehan apapun.

Baik cerita maupun tingkah laku, di mata keluarga tidak ada yang berubah.

"Seperti umumnya orang-orang bekerja di perantauan. Yang diceritakan soal bagaimana memenuhi kebutuhan dasar (makan). Dan dia mengatakan kerasan di Bekasi. Datang di Trenggalek H-3 lebaran dan kembali ke Bekasi tanggal 13 Agustus, " terang Prawito.

Pilihan kerja di Bekasi Jawa Barat adalah atas ajakan Andik, teman yang juga tetangga di Desa Gamping yang lebih dulu kerja di sana.

Ia menyambut ajakan tersebut setelah baru saja lulus dari diploma satu.

Selama di Bekasi, Andri cerita soal kerjanya. Bagaimana setiap hari menghadapi layar komputer dan mencatat semua keperluan administrasi show room.

Akibat seringnya menatap monitor itulah, kata Prawito, adiknya sempat mengeluh matanya sakit dan meminta tolong dibelikan kacamata.

"Saya membelikan kacamata dari sini seharga Rp800 ribu dan saya kirimkan ke Bekasi," paparnya.

Soal komunikasi dengan keluarga, kata Prawito nyaris berjalan intens (setiap hari) melalui via ponsel.

Bahkan sehari sebelum peristiwa penangkapan, Andri sempat berkomunikasi dengan ayahnya. Ia mengatakan ingin kuliah lagi.

"Ia mengatakan ingin kuliah lagi jurusan komputer di Bekasi dengan biaya sendiri. Namun kondisinya kok berubah seperti ini," keluhnya sedih.

Selain mendapat informasi dari kades dan aparat kepolisian setempat, keluarga juga mendapat kabar perihal penangkapan Andri Wahono dari Andik, yakni teman satu desa, satu kamar kosaan yang mengajaknya bekerja di Bekasi.

Menurut keterangan Andik melalui via phone, sekitar satu dua jam sebelum penangkapan, Andri sempat mengajak Andik untuk mengantarnya memfoto copy berkas perusahaan.

"Namun karena sore itu Andik mengaku lelah, Andri kemudian berangkat sendiri. Sekitar pukul 17.00 Wib, Andri berangkat, "kata Prawito.

Berdasarkan cerita Andik, sahabatnya (Andri) itu berada di tempat yang salah. Saat menunggu hasil foto copy, tiba-tiba datang anggota densus melakukan penggerebekan.

Lokasi penggerebekan sesungguhnya, kata Andik berada di belakang foto copy. Namun karena pada saat itu, Andri berada di lokasi yang berhimpitan dekat, ia dan beberapa orang ikut ditangkap.

"Harapan keluarga, semoga semua tuduhan teroris itu tidak benar, harap Prawito. Saat ini keluarga belum merencanakan apapun, termasuk berkunjung ke Bekasi. Yang dilakukan keluarga saat ini adalah menunggu kejelasan masalah yang ada.

"Kalau memang tidak terbukti bersalah, kami meminta keluarga kami untuk segera dilepaskan, "pungkasnya.

Seperti diberitakan, dalam aksi penggerebekan Densus 88 di Percetakan Andesche Jl Mator Hasibuan No 12 Bekasi Timur Selasa 20 Agustus 2013
petang, petugas mengamankan tiga orang terduga teroris.

Ketiganya, dengan salah satunya Andri Wahono diduga bagian kelompok yang merencanakan pengeboman di Kedutaan Besar Myanmar.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1167 seconds (0.1#10.140)